220109 EU Arbeitsmarkt
22 Januari 2009Saat istirahat makan siang, Cafe Hany Bany di Praha kerap jadi tempat persinggahan mahasiswa di sela-sela jam kuliah. Ada yang sekedar memesan kopi, ada yang memilih makanan kecil. Sambil berisitirahat para mahasiswa membahas sejumlah hal, mulai dari kuliah, ujian dan peluang untuk mendapat kerja. Seharusnya, sebagai anggota Uni Eropa, warga Ceko dapat mencari pekerjaan di luar negaranya. Tapi, sejumlah negara, di antaranya Jerman, membatasi arus masuk pekerja asing. Sikap yang sulit dimengerti kaum muda Ceko.
"Sikap negara yang menutup perbatasannya tidak masuk akal. Setahu saya, prinsip Uni Eropa adalah agar negara aggota saling memperkaya. Ketakutan warga Jerman dan Austria sungguh berlebihan."
"Seharusnya itu tak jadi masalah untuk Jerman. Rasanya tak mungkin Jerman dibanjiri ribuan warga Ceko. Mereka yang memang niat kerja di sana sudah lama masuk ke Jerman, misalnya sebagai juru rawat. Saya kira, pasar tenaga kerja yang terbuka tidak akan merugikan Jerman."
Nyatanya, tarik ulur mengenai pembukaan pasar tenaga kerja ini sungguh meracuni suasana di Uni Eropa. Banyak warga Jerman kuatir, adanya arus tenga kerja murah dari Eropa Timur. Sebaliknya, warga Ceko, Polandia dan Slowakia merasa dihina. Istilah "Warga Eropa Kelas 1 dan Kelas 2" mulai santer beredar. Padahal, menurut pakar ekonomi Daniel Münich dari Karlsuniversität di Praha, debat kusir seperti ini bisa dihindari:
"Selama ini diskusi tersebut bersifat politis belaka. Fakta menunjukkan, ancaman pembukaan pasar tenaga kerja sungguh minimal. Bila kita hanya fokus pada fakta ekonominya saja akan kelihatan bahwa kita dapat menghapuskan rintangan itu jauh lebih cepat. Keterbukaan ini akan menguntungkan kedua pihak.
Menurut Daniel Münich, Jerman akan bersikeras mempertahankan posisinya. Namun, sebagai isyarat politik langkah ini sangat riskan.
"Ini memberi angin pada kelompok yang kritis terhadap Uni Eropa di Ceko. Mereka berargumen, di Uni Eropa tidak ada kemitraan yang setara, negara besar seperti Jerman dan Prancis selalu untung. itu salah satu alasan mengapa pembatasan ini harus dicabut."
Tapi, Jerman pun kuatir pada reaksi kubu radikal. Karena itu pemerintah di Berlin berupaya menangguhkan pembukaan pasar tenaga kerja selama munkgin. Dalam kenyataannya, jalan sudah terbuka bagi warga Uni Eropa yang ingin kerja di Jerman. Untuk akademisi dari negara anggota baru misalnya, Jerman sudah menghapuskan sebagian besar pembatasannya. Tapi, ini hanya ditanggapi dengan senyuman oleh warga Ceko. Karena justru para akademisi muda - seperti pakar komputer dan insinyur - tak berminat untuk meninggalkan Ceko. Jiri Vahulka, mahasiswa teknis mesin, akan mengikuti ujian akhir pekan depan:
"Kondisi di Ceko hampir sempurna. Saya tak pernah berpikir untuk bekerja di luar negeri. Begitu juga, sahabat dan teman kuliah saya. Kami mendapat tawaran bagus dengan gaji tinggi di sini. Saya tak kenal seorangpun yang saat ini berniat untuk ke luar negeri."
Walau begitu, mahasiswa berusia 26 tahun ini beranggapan, mengurangi pembatasan dan rintangan akan menciptakan Eropa yang lebih baik. Selama masa kuliahnya ia sempat bekerja untuk perusahaan Jerman dan Ceko. Pengalaman yang menurutnya sangat berharga.(zer)