Vietnam Pererat Kemitraan dengan Negara-Negara Asia
21 Maret 2025Vietnam dan Singapura sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateralnya menjadi kemitraan strategis yang komprehensif ketika pemimpin Vietnam, To Lam, mengunjungi negara tersebut minggu lalu.
Lam, sekretaris jenderal Partai Komunis Vietnam yang juga politisi paling berkuasa di Vietnam, mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, dan para pejabat tinggi lainnya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan keamanan kedua negara.
Selama kunjungan tersebut, kedua negara menandatangani beberapa perjanjian dan mendiskusikan kerja sama pengembangan kabel bawah laut, konektivitas digital, dan pertukaran data lintas batas.
Berdasarkan pernyataan bersama kedua negara, Lam dan Wong juga turut membahas pembangunan hijau, perluasan kawasan industri, serta perdamaian dan stabilitas wilayah.
Ratusan trilliun investasi Singapura untuk Vietnam
Kedua negara, yang merupakan anggota blok regional Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), memiliki hubungan komersial yang erat. Tahun 2024, perdagangan bilateral keduanya mencapai 23,5 miliar USD (387 triliun Rupiah), menandai peningkatan sebesar 9,5% dari tahun 2023.
Singapura merupakan salah satu investor asing terbesar di Vietnam, dengan angka investasi yang mencapai 10,2 miliar USD atau sekitar 168 triliun Rupiah di tahun 2024. Jumlah tersebut menyumbang 27% dari total investasi asing di Vietnam, menurut data resmi.
Bich Tran, seorang peneliti pascadoktoral di Lee Kuan Yew School of Public Diplomacy di Singapura, mengatakan bahwa Hanoi sedang berusaha untuk "meningkatkan posisi internasionalnya” dengan meningkatkan hubungan dengan negara pulau tersebut.
"Singapura menawarkan investasi dan kemajuan teknologi dalam transformasi digital dan transisi hijau,” katanya kepada DW.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Vietnam yang terus berkembang
Langkah untuk meningkatkan hubungan ini dilakukan pada saat turbulensi geopolitik akibat kebijakan "America First” Presiden AS Donald Trump yang agresif, termasuk upaya untuk mengarahkan kembali arus perdagangan dan investasi global ditengah ancaman pemberlakukan tarif besar-besaran pada mitra ekonomi.
Ja Ian Chong, asisten profesor ilmu politik di National University of Singapore, mengatakan bahwa dengan memperkuat hubungan dengan Vietnam, Singapura berusaha untuk "mengurangi ketidakpastian” yang disebabkan oleh pernyataan dan tindakan Washington.
"Hubungan Singapura dengan Vietnam sudah cukup baik, terutama secara ekonomi. Ini adalah pasar yang besar. Jadi peningkatan hubungan keduanya akan mengurangi beberapa risiko ekonomi yang berasal dari ketidakpastian AS,” katanya kepada DW.
Hanoi berfokus pada "memprioritaskan kemitraan dengan negara-negara tetangga utama dan memperkuat jaringan aliansi regional,” kata Khac Giang Nguyen, peneliti tamu di Program Studi Vietnam di ISEAS - Yusof Ishak Institute Singapura.
"Bagi Vietnam, perlindungan nyata terhadap ketidakpastian geopolitik terletak pada kemampuan mereka untuk bersatu dan memperdalam hubungan dengan negara-negara yang berpandangan sama, daripada bergantung pada kekuatan eksternal yang tidak dapat diprediksi,” tambahnya.
Selama satu dekade terakhir, Vietnam telah menerapkan strategi "diplomasi bambu”, yang bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan dengan semua negara besar.
Namun, negara ini masih terlibat dalam perselisihan teritorial yang sudah berlangsung lama dengan Cina atas Laut Cina Selatan, dan sentuhan diplomatik Hanoi yang lembut memicu kebencian publik di Vietnam. Banyak yang menganggapnya sebagai sikap tunduk terhadap "musuh historis”.
Dalam tiga tahun terakhir, pemerintah Vietnam telah menjalin kemitraan strategis yang komprehensif dengan sejumlah negara, termasuk Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan.
Kepentingan bersama
Lam, yang menjadi pemimpin tertinggi Vietnam pada Agustus lalu setelah kematian pendahulunya Nguyen Phu Trong, turut mendorong hubungan yang lebih erat dengan negara-negara regional.
Zachary Abuza, seorang profesor di National War College di Washington, mengatakan bahwa Singapura adalah "negara dengan model politik yang sangat menarik” bagi pemimpin Vietnam tersebut.
"Lam berusaha untuk mengubah Vietnam dari negara dengan ideologi komunis menjadi negara dengan kepemimpinan otokrasi-pragmatis seperti Singapura,” katanya kepada DW.
Pada saat yang sama, Singapura mengharapkan kemitraan dapat meningkatkan pertahanan Vietnam, kata Abuza. Hal ini akan memungkinkan Hanoi untuk melawan dominasi militer Cina yang semakin meningkat di perairan Laut Cina Selatan yang disengketakan.
"Singapura jelas ingin melihat Vietnam berkembang secara ekonomi untuk mendukung militer yang lebih kuat, yang dapat menahan ‘perundungan' Cina,” katanya.
Diadaptasi dari Artikel DW Bahasa Inggris