UE Mengizinkan Penggunaan Bubuk Ulat Hongkong dalam Makanan
12 Februari 2025Tentu banyak orang yang akan kehilangan selera makan hanya dengan membayangkan cacing di makanan mereka. Sains menyebut reaksi ini sebagai "makanan dan minuman tabu”: Hewan, tanaman, atau jamur tertentu yang pada prinsipnya dapat dimakan mungkin disebut tabu bagi sebagian orang atau kelompok di suatu daerah tertentu.
Bagi mereka yang taat beragama terdapat beberapa makanan yang dianggap tabu atau dilarang. Umat Hindu yang tidak memakan daging sapi, umat Muslim dan Yahudi yang tidak memakan daging babi. Dalam budaya barat banyak yang merasa begitu jijik untuk mengkonsumsi serangga.
Namun, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB memperkirakan bahwa sekitar 2 miliar orang di seluruh dunia, di beberapa wilayah di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Selatan menganggap serangga sebagai bagian integral makanan mereka. Lebih dari 2.000 spesies serangga di seluruh dunia aman untuk dimakan.
Untuk pertama kalinya, tepung Ulat Hongkong yang sebelumnya diolah dengan sinar UV kini telah diizinkan untuk dipergunakan dalam makanan di Uni Eropa (UE). Otorisasi Uni Eropa juga mengizinkan produk lain, olahan larva kumbang Tenebrio molitor. Ini bukan soal memakan cacing utuh, jangkrik goreng, ulat sutera, atau skenario horor lainnya yang dibayangkan sebagian orang.
Di masa depan, tepung yang sangat tinggi protein ini, akan ditemukan dengan kadar kecil dalam adonan roti atau kue, pasta, campuran kentang hingga produk keju.
Tidak ada risiko kesehatan dari konsumsi serangga
Tepung ulat hongkong tidak menimbulkan risiko kesehatan, jika beresiko tentu Kantor Federal Perlindungan Konsumen dan Keamanan Pangan Jerman (BVL) tidak akan mengizinkannya.
Sebelum mendapatkan izin, produsen tepung harus mengajukan permohonan persetujuan yang merujuk pada regulasi pangan yang berlaku untuk setiap jenis serangga konsumsi yang ingin dipasarkan. The European Food Savety Authority (ed. Otoritas Keamanan Pangan Eropa atau EFSA) melakukan evaluasi ilmiah terperinci untuk menilai keamanan konsumsi serangga tersebut bagi kesehatan manusia.
Jumlah maksimum tepung Ulat Hongkong yang diizinkan terbatas: untuk pembuatan Roti dan kue, tepung boleh mengandung maksimal empat gram tepung ulat per 100 gram tepung yang digunakan; untuk keju, jumlah maksimumnya adalah satu gram per 100 gram tepung yang digunakan.
Penyinaran UV pada tepung akan membunuh patogen yang mungkin ada sebelum tepung Ulat Hongkong tersebut digunakan. Penyinaran UV ini juga meningkatkan kandungan vitamin D3 pada tepung.
Mengapa Ulat Hongkong baik untuk dikonsumsi?
Ulat Hongkong mengandung nutrisi penting seperti zat besi, seng, dan vitamin B. Ulat ini memiliki kandungan protein yang tinggi; tepung ulang hongkong yang baru saja disetujui, misalnya, memiliki kandungan protein 50 hingga 55 persen.
Selain itu, budidaya Ulat Hongkong ini lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sumber protein hewani umumnya seperti daging sapi, babi, dan ayam.Budidaya Ulat Hongkong membutuhkan lebih sedikit air, pakan, dan ruang, menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah.
Bahan pangan hewani yang tersembunyi dalam banyak makanan
Bahan pangan hewani telah lama ada dalam adonan makanan seperti roti, kue, pasta, mie, bahkan menjadi bahan baku pembuatan keju, namun penggunaannya seringkali sulit diketahui karena keterangannya tersembunyi di balik bahan-bahan tambahan atau dituliskan dengan istilah khusus.
Banyak toko roti industri telah lama menggunakan asam amino non esensial seperti L-Sisteina (E920) untuk membuat adonan lebih lentur. Asam amino ini sering kali berasal dari bulu unggas atau bulu babi namun tidak dideklarasikan pada produk.
Sekitar 35 persen keju di seluruh dunia mengandung Rennet hewan, yaitu enzim dari lambung hewan mamalia, seperti yang ditemukan pada lambung anak sapi. Enzim ini memecah protein susu dan memungkinkan susu mengental tanpa menjadi asam. Proses ini sangat penting untuk produksi keju karena memisahkan komponen padat susu dari cairan.
Banyak produk yang mengandung Gelatin. Gelatin adalah campuran protein yang diperoleh dari kulit dan tulang sapi dan babi. Gelatin memadatkan semur atau saus, mengentalkan krim keju, dan merekatkan sereal menjadi mueslibar atau snack muesli batangan.
Bahan baku dari serangga yang sudah ada dalam makanan
Sejak 2021, empat serangga telah diizinkan sebagai makanan di Uni Eropa - sebagian besar dalam bentuk kering atau bubuk: Ulat Tepung Kuning, Belalang Kembara (Locusta migratoria), Jangrik Rumah (Acheta domesticus), dan Larva Kumbang Hitam (Alphitobius diaperinus), yang juga dikenal sebagai Buffalo Worms.
Serangga tersebut sudah dapat ditemukan dalam produk daging olahan, adonan campuran kue, pasta, pizza, pada makanan ringan seperti keripik atau kripik kacang, cokelat, keju, selai, muesli, muesli bar, dan masih banyak lagi.
Jika hal ini mengganggu Anda, Anda perlu membaca label bahan baku pada produk dengan cermat. Ini karena pengunaan serangga umumnya dapat terlihat pada label makanan tersebut: makanan yang mengandung serangga harus dijelaskan pada label mengikuti peraturan yang dikeluarkan Uni Eropa. Pelabelan harus mencantumkan nama latin dan nama nasional serangga serta bentuk olahannya.
Produk juga harus diberi label yang menunjukkan kemungkinan reaksi alergi pada konsumen yang alergi terhadap krustasea, moluska, dan tungau debu rumah.
Diadaptasi dari Artikel DW Bahasa Jerman