Trump Akan Putuskan Serangan terhadap Iran dalam Dua Pekan
20 Juni 2025Presiden Donald Trump akan mengambil keputusan akhir dalam dua minggu ke depan terkait kemungkinan bergabungnya Amerika Serikat dalam serangan militer terhadap Iran, demikian disampaikan Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam konferensi pers pada Kamis (19/6).
Menurut Leavitt, Trump masih melihat adanya peluang yang “signifikan” untuk menyelesaikan ketegangan melalui jalur diplomatik, terutama guna memenuhi tuntutan Amerika Serikat dan Israel terhadap program nuklir Iran.
Trump telah menuntut agar Iran segera menghentikan seluruh kegiatan pengayaan uranium dan menutup semua fasilitas yang berpotensi digunakan untuk memproduksi senjata nuklir.
“Berdasarkan kenyataan bahwa masih ada peluang besar untuk negosiasi, yang bisa saja terjadi atau tidak dalam waktu dekat, saya akan mengambil keputusan apakah akan melancarkan serangan atau tidak dalam dua minggu ke depan,” kata Leavitt, mengutip pernyataan Presiden.
Washington tengah mempertimbangkan kemungkinan bergabung dalam serangan militer Israel terhadap fasilitas pengayaan uranium Fordow di Iran, sebuah lokasi bawah tanah yang dilindungi gunung dan diyakini hanya dapat dihancurkan dengan bom “bunker-buster” milik AS.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan keyakinannya bahwa Trump akan mengambil langkah yang sesuai dengan kepentingan nasional AS.
“Saya bisa katakan bahwa mereka sudah banyak membantu,” ujar Netanyahu.
Pemimpin tertinggi Iran: Rakyat harus terus bertindak dengan "kekuatan"
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyerukan kepada rakyat Iran untuk terus menunjukkan keteguhan dalam menghadapi tekanan asing. Dalam sebuah unggahan di platform X pada Kamis, Khamenei menegaskan pentingnya mempertahankan sikap tanpa rasa takut terhadap musuh-musuh negara.
“Saya ingin menyampaikan kepada bangsa tercinta kita bahwa jika musuh merasakan ketakutan dari kalian, mereka tidak akan melepaskan cengkeramannya,” tulisnya. “Lanjutkan sikap yang telah kalian tunjukkan selama ini; lanjutkan dengan kekuatan.”
Di tengah eskalasi konflik, seorang anggota senior Parlemen Iran memperingatkan bahwa penutupan Selat Hormuz masih menjadi salah satu opsi serius yang sedang dipertimbangkan Iran sebagai respons terhadap serangan dari luar.
“Menutup Selat Hormuz adalah salah satu opsi yang bisa diambil Iran sebagai respons terhadap musuh-musuhnya,” kata Behnam Saeedi, anggota presidium Komite Keamanan Nasional Parlemen, kepada kantor berita semi-resmi Mehr.
Selat Hormuz merupakan jalur pelayaran vital yang dilalui sekitar 20% dari total pengiriman minyak dunia setiap harinya. Iran telah berulang kali mengancam akan menutup jalur tersebut jika tekanan dari negara-negara Barat terus meningkat.
Pada Rabu (18/6), sejumlah sumber industri pelayaran melaporkan bahwa kapal-kapal komersial mulai menghindari perairan Iran di sekitar selat tersebut, mencerminkan kekhawatiran atas potensi konfrontasi militer di kawasan.
PBB: Serangan Israel-Iran berisiko picu perang regional
Serangan luas yang terus berlangsung antara Israel dan Iran, yang kini memasuki hari ketujuh, "berisiko membakar seluruh kawasan," ujar Volker Türk, Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam sebuah pernyataan resmi.
Menurut Türk, rentetan serangan udara, rudal, dan drone dari kedua pihak telah “menimbulkan kerusakan besar yang melampaui target militer.” Rumah sakit, gedung-gedung hunian, dan infrastruktur air menjadi sasaran yang turut hancur atau rusak akibat konflik ini.
Dia juga menyampaikan keprihatinan atas jumlah warga sipil yang terusir akibat konflik, terutama dari ibu kota Iran, Teheran, yang kini nyaris kosong setelah adanya peringatan evakuasi massal di berbagai wilayah kota.
“Sungguh mengerikan melihat warga sipil diperlakukan sebagai kerugian sampingan dalam peperangan,” kata Türk. “Ancaman dan retorika yang memprovokasi dari para pejabat tinggi di kedua pihak menunjukkan niat yang mengkhawatirkan untuk menyakiti warga sipil.”
Türk mendesak kedua negara untuk menahan diri secara maksimal dan kembali ke meja perundingan dengan itikad baik demi mencegah eskalasi yang lebih luas.
Menlu Eropa bertemu Menlu Iran, dorong jalur diplomasi
Menteri luar negeri dari Prancis, Jerman, dan Inggris dijadwalkan bertemu dengan perwakilan Iran di Jenewa, Swiss, dalam upaya membuka kembali jalur diplomasi terkait program nuklir.
Pembicaraan ini akan melibatkan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot, Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul, serta Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas.
Sebelum pertemuan ini, Lammy telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan utusan khusus Steve Witkoff di Gedung Putih. Seusai pertemuan tersebut, Lammy menyatakan bahwa masih ada waktu untuk mencapai solusi diplomatik dengan Teheran.
“Situasi di Timur Tengah tetap sangat berbahaya,” kata Lammy dalam pernyataan yang dirilis Kedutaan Besar Inggris di Washington.
“Kami membahas bagaimana Iran harus membuat kesepakatan guna menghindari konflik yang semakin dalam. Saat ini ada jendela waktu sekitar dua minggu untuk mencapai solusi diplomatik,” ujarnya.
Di tengah kampanye pengeboman Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, serta pertimbangan Presiden AS Donald Trump untuk bergabung dalam serangan tersebut, negara-negara Eropa menyerukan penurunan ketegangan dan penghentian eskalasi konflik.
Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Iryanda Mardanuz
Editor : Rahka Susanto dan Rizki Nugraha