Timnas Perempuan Yordania Ingin Tampil di Piala Dunia 2027
27 Juni 2025"Kami mencintai sepak bola seperti halnya negara mana pun di dunia," kata Ayah Hussein kepada DW. Dia adalah salah satu dari banyak fans perempuan, yang sedang menantikan penampilan kesebelasan Yordania beraksi di Stadion Internasional Amman pada 10 Juni lalu.
"Di kedai kopi itu, jumlah perempuan sama banyaknya dengan jumlah pria, dan para perempuan sama-sama gembira melihat bendera Yordania di Piala Dunia."
Pertandingan 10 Juni lalu melawan Irak sebenarnya lebih mirip laga persahabatan, karena beberapa hari sebelumnya Yordania telah memastikan tiket lolos dari kualifikasi untuk Piala Dunia 2026. Tim asuhan pelatih Jamal Sellami itu akhirnya kandas 0:1, tapi skor akhir tidak lagi berpengaruh. "Saya tidak sabar untuk menonton pertandingan Piala Dunia tahun depan," kata Ayah Hussein. "Itu akan menjadi pesta besar, karena kami sudah lama menunggu ini.”
Pertumbuhan yang stabil
Keberhasilan timnas pria menjadi pemicu bagi ambisi timnas perempuan. Yordania meluncurkan program sekabola perempuan pada tahun 2005. Saat itu, hanya ada sekitar 30 atlit sepakbola perempuan yang direkrut di seluruh negeri.
Kerja keras selama dua dekade itu akhirnya mulai membuahkan hasil. "Kami memiliki pemain yang sudah pensiun dan sekarang bekerja di federasi, ada pelatih dan wasit perempuan, dan perempuan yang bekerja di bidang administrasi," kata Rana Husseini, presiden komite perempuan Asosiasi Sepak Bola Yordania JFA dari 2009 hingga 2018, kepada DW.
Dulu, saat dia mulai bertugas, pertandingan hanya ditonton oleh keluarga pemain. "Sekarang semakin banyak orang yang datang, minat juga semakin meningkat."
Liga profesional perempuan sekarang berisikan enam klub, dan akan memulai kompetisi bulan September mendatang. Pemenangnya akan masuk babak penyisihan Liga Champions Perempuan Asia.
Pencapaian ini merupakan perjalanan panjang yang dikendalikan oleh Pangeran Ali bin Hussein, presiden JFA sejak 1999. Dia pernah menyatakan bahwa "perempuan merupakan 50% dari masyarakat kita dan harus terlibat dalam segala hal," termasuk sepak bola.
Sebaagai anggota Komite Eksekutif FIFA, Pangeran Ali bin Hussein berperan penting dalam membujuk FIFA mencabut larangan pemain mengenakan jilbab pada tahun 2012.
Di negara Muslim konservatif, tidak semua orang setuju bahwa perempuan harus berolahraga. "Mereka akan diserang, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara verbal, di media sosial juga terjadi perundungan siber," kata Rana Husseini.
Tetapi perubahan mulai muncul sejak tahun 2016 ketika Yordania menjadi tuan rumah Piala Dunia Perempuan U-17. "Orang-orang sudah terbiasa melihat perempuan berlari dan bermain. Mereka mendobrak tabu sosial, dan sekarang Anda bisa melihat pemain dari semua lapisan masyarakat."
Sepakbola perempuan makin diakui
Dua puluh tahun lalu, Yordania merupakan satu-satunya federasi dalam ajang sepak bola perempuan di Timur Tengah. Sekarang, negara Arab lain juga ikut ambil bagian. Palestina, Bahrain, Lebanon, Uni Emirat Arab dan, untuk pertama kalinya, Arab Saudi dan Irak mencoba lolos ke Piala Dunia Perempuan tahun 2027.
"Anda harus memikirkan Asia dalam konteks regional dan bukan kontinental," kata Khalil Al-Salem, sekretaris jenderal Federasi Sepak Bola Asia Barat WAFF kepada DW.
"Anda harus memberi tahu Yordania, bahwa jika mereka mengalahkan 11 tim lain di WAFF, maka mereka akan lolos ke Piala Dunia. Hal ini yang mendorong federasi muda seperti Qatar dan Arab Saudi untuk lebih banyak berinvestasi pada tim perempuan."
Peluang sekarang makin terbuka bagi perempuan muda untuk menjadi atlit profesional. "Yordania berfokus pada anak perempuan dan akar rumput, tapi masalah utamanya adalah di atas usia 17 tahun ada penurunan," kata Khalil Al-Salem.
"Saat itulah banyak anak perempuan memutuskan untuk kuliah dan berhenti bermain sepak bola. Namun, saat mereka melihat rekan senegaranya bermain di Piala Dunia dan liga serta klub lain di dekatnya, mereka akan melihat peluang untuk berkarir di bidang sepak bola," imbuhnya.
Di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah, sepak bola membawa kabar baik bagi Yordania. "Fakta bahwa kami akhirnya berhasil mencapai Piala Dunia akan memberikan dampak positif pada suasana hati di Yordania, khususnya di kalangan generasi muda," kata Husseini. "Para perempuan muda akan melihat sesuatu yang besar dari ini dan berkata 'Saya ingin bermain di seluruh dunia, saya ingin mengibarkan bendera kerajaan, saya ingin pergi ke Piala Dunia.'"
Artikel ini pertama kali dirilis dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh: Hendra Pasuhuk
Editor: Rizki Nugraha