Tembok Rafah Runtuh, Warga Jalur Gaza Masuki Mesir
23 Januari 2008Perbatasan kini telah terbuka. Kendaraan dari Jalur Gaza menuju ke arah selatan, arah kota Rafah. Taksi, bus mini, mobil pribadi, keledai atau gerobak mengantarkan warga Palestina yang kelaparan di Jalur Gaza menghirup udara kebebasan dan memborong bahan makanan di kota Rafah, Mesir yang berbatasan langsung dengan Jalur Gaza.
Eksodus puluhan ribu warga Jalur Gaza ke kota Rafah membuat kepolisian Mesir meningkatkan kewaspadaannya namun tetap membiarkan warga Palestina itu melewati perbatasan. Aparat keamanan Mesir kini terlihat berjaga-jaga dan mengawal warga Palestina yang memborong bahan makanan, rokok, bahan-bahan kepentingan pokok dan bensin.
Seorang pria mengungkapkan kegembiraannya. "Puji syukur pada Tuhan untuk kemenangan ini, warga dapat membeli barang, terigu, makanan dan lainnya. Syukurlah orang-orang sakit juga dapat keluar."
Rabu (23/01) dini hari, sekelompok pria bertopeng meledakkan tembok perbatasan Jalur Gaza dan Rafah sepanjang 200 meter dan setinggi enam meter dengan 17 bahan peledak. Tembok tersebut didirikan Israel pada tahun 2004, setahun sebelum Israel menarik mundur pasukannya dan pemukim Yahudi dari wilayah tersebut.
Runtuhnya tembok Rafah merupakan tantangan baru terhadap upaya Israel untuk tetap menekan Jalur Gaza dengan memblokir dan menghentikan pasokan makanan, obat-obatan dan bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik. Tekanan tersebut dilakukan walau pun masyarakat internasional secara terbuka dan tegas mengecam aksi Israel mengurung warga Palestina di dalam "penjara raksasa" tersebut.
Pintu perbatasan Rafah yang pernah menjadi gerbang utama warga Jalur Gaza ke dunia luar, ditutup setelah Hamas mengambil alih kawasan Gaza bulan Juni tahun lalu. Arye Mekel, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel kepada stasiun televisi Inggris BBC mengatakan, Israel tidak menugaskan pasukannya di perbatasan Jalur Gaza-Mesir. Keamanan wilayah perbatasan merupakan tanggung jawab Mesir.
"Reaksi kami adalah, Israel tidak menugaskan pasukannya di daerah itu. Tentara Mesir telah dikerahkan di sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir. Maka, merupakan tanggung jawab Mesir untuk memastikan perbatasan beroperasi sesuai perjanjian antara Israel dan Mesir. Dengan kata lain, kami menerima tindakan Mesir dalam mengatasi masalah itu."
Menanggapi Israel, juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir Hassam Zaki mengatakan kepada stasiun televisi Amerika Serikat CNN, "Kami sudah lelah dengan aksi tuding-menuding ini yang juga berusaha melemparkan masalah ke Mesir. Mesir siap dan akan terus memberikan kesempatan serta tangan terbuka bagi warga Palestina karena menyangkut masalah kemanusiaan. Warga Jalur Gaza diberi kesempatan untuk melewati perbatasan untuk membeli apa yang mereka perlukan. Kami tidak membuka perbatasan untuk membiarkan semua orang datang, tapi untuk mengatasi krisis kemanusiaan."
Juru bicara Hamas menyangkal bertanggung jawab dalam aksi peledakan perbatasan tersebut. Yang pasti, runtuhnya blokade Israel itu mengganggu rencana pemerintahan Fatah pimpinan Salam Fayyad untuk mengambil alih pengawasan perbatasan Jalur Gaza. Niat Fatah untuk mengawasi Jalur Gaza itu merupakan upaya untuk mengorganisir transportasi barang dan warga. (ls)