Tanpa Dukungan AS, Seberapa Lama Ukraina Bisa Bertahan?
7 Maret 2025Presiden AS Donald Trump semakin memperketat pendekatannya terhadap Ukraina yang tengah dilanda perang.
Setelah terjadi perang mulut di Gedung Putih antara Trump, Wakil Presiden AS JD Vance, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada awal Maret, Trump kini memutuskan untuk segera menghentikan seluruh bantuan militer AS ke Ukraina.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi mengenai cakupan atau durasi penghentian bantuan tersebut. Namun, besar kemungkinan keputusan ini mencakup penundaan pengiriman senjata dan amunisi senilai lebih dari $1 miliar (sekitar Rp16,4 triliun), yang sebelumnya telah disetujui oleh pemerintahan Biden tetapi belum sampai ke Ukraina.
Sejauh mana AS telah memberikan bantuan militer?
Sejak invasi Rusia dimulai pada Februari 2022, pemerintahan Biden telah memberikan dukungan militer kepada Ukraina dengan peralatan perang senilai lebih dari $65 miliar (sekitar Rp1 kuadriliun).
Selain itu, AS juga telah melatih tentara Ukraina, termasuk pilot jet tempur, serta menyediakan data intelijen dan pengawasan.
Di luar sektor militer, AS juga memberikan miliaran dolar dalam bentuk bantuan ekonomi dan kemanusiaan.
Menurut Komite non-partisan AS untuk Anggaran Federal yang Bertanggung Jawab, Kongres AS telah mengalokasikan dana sebesar $175 miliar (sekitar Rp2,9 kuadriliun) untuk Ukraina selama tiga tahun terakhir.
Namun, sejak Trump menjabat sebagai Presiden AS pada Januari lalu, tidak ada paket bantuan militer baru yang ditawarkan kepada Ukraina. Kyiv hanya menerima pengiriman senjata dan amunisi yang telah disetujui oleh pemerintahan sebelumnya di bawah kepemimpinan Joe Biden.
Pada Desember lalu, hanya seminggu sebelum meninggalkan jabatannya, Biden mengumumkan paket bantuan baru senilai hampir $6 miliar (sekitar Rp98,5 triliun) yang mencakup bantuan militer, dukungan anggaran untuk Ukraina, serta pendanaan melalui badan pembangunan AS, USAID.
Namun, pemerintahan Trump berencana membubarkan USAID, sehingga belum jelas apakah dana yang dijanjikan ini masih akan tersedia.
Dampak penghentian bantuan militer AS ke Ukraina
Menurut para analis militer Barat, tentara Ukraina diperkirakan masih bisa bertahan dengan intensitas pertempuran yang sama selama sekitar enam bulan, bergantung pada persediaan senjata AS yang telah dikirim sebelumnya.
Bantuan militer AS meliputi tank Abrams dan Bradley, howitzer, peluru mortir dan artileri, berbagai drone dan persenjataannya, peluncur roket, serta peralatan pembersih ranjau.
AS juga telah memberikan dukungan logistik militer, seperti kendaraan pengangkut pasukan, truk pendukung, dan armored bridgelayers atau kendaraan berlapis baja yang berfungsi sebagai jembatan.
Terutama. bantuan AS di sektor pertahanan udara sangat penting bagi Ukraina. AS sebelumnya telah menyediakan beberapa sistem pertahanan udara, seperti Hawk, Patriot, Stinger, dan Avenger, termasuk amunisinya. Jika bantuan ini dihentikan, sistem pertahanan udara Ukraina yang selama ini cukup efektif bisa menjadi tidak dapat dioperasikan.
Rusia telah berulang kali melakukan serangan udara terhadap Ukraina, menargetkan infrastruktur vital seperti jalur transportasi, pembangkit listrik, dan industri persenjataan.
Yang paling utama bagi pertahanan udara Ukraina adalah Patriot, yang sulit digantikan oleh sekutu Eropa karena keterbatasan teknologi dan sumber daya yang dimiliki. Akibatnya, Ukraina bisa menghadapi kesulitan besar dalam menangkis serangan udara Rusia.
Peran Uni Eropa dalam mendukung Ukraina
Pada Kamis (06/03), para pemimpin Uni Eropa akan menggelar pertemuan khusus di Brussels, Belgia, untuk membahas kebijakan masa depan terkait Ukraina.
Menjelang KTT tersebut, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan rencana lima poin untuk "Mempersenjatai Kembali Eropa". Rencana ini bertujuan memungkinkan Uni Eropa memobilisasi hampir €800 miliar (sekitar Rp14 kuadriliun) untuk pengeluaran pertahanan bersama, kata von der Leyen pada hari Selasa (04/03)
Von der Leyen juga menyatakan bahwa Uni Eropa akan mengembangkan "instrumen keuangan baru" yang memungkinkan pinjaman sebesar €150 miliar (sekitar Rp2,6 kuadiliun), dijamin oleh anggaran Uni Eropa. Dana ini akan digunakan untuk membeli sistem pertahanan udara, artileri, rudal, dan amunisi guna memperluas dukungan bagi Ukraina.
Namun, implementasi rencana ini masih belum jelas, dan harus mendapatkan persetujuan dari para kepala negara serta pemerintahan Uni Eropa.
Selain itu, dua anggota Uni Eropa, Hungaria dan Slovakia, telah menyatakan penolakan mereka terhadap rencana tersebut. Kedua negara ini, yang memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Moskow dibandingkan negara-negara Uni Eropa lainnya, lebih mendukung pendekatan Trump untuk mencapai gencatan senjata di Ukraina dan
Artikel ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Jerman.