Tajuk: Serangan AS ke Pakistan Langgar Hukum Bangsa-bangsa
29 Oktober 2008Tindakan Amerika di wilayah-wilayah suku Pakistan bukan hanya kontroversial dari segi hukum bangsa-bangsa, melainkan juga mengandung risiko secara politis. Semakin banyak warga sipil yang tewas dalam serangan serupa itu, semakin banyak pula orang yang berpihak pada kelompok ekstremis. Tetapi daripada Eropa hanya menuding Washington, sebaiknya Berlin, Paris dan London mengembangkan strategi yang ampuh dalam upaya memerangi kelompok Islam militan yang beroperasi lintas perbatasan negara. Selain itu juga Pakistan perlu memperoleh perhatian yang lebih besar daripada sebelumnya. Sebab serangan AS itu adalah dampak dari perasaan frustrasi.
Frustrasi, karena kelompok yang menyebut diri berjihad dan anti dunia barat itu, sejak tahun 2002 dapat membentuk formasi baru dengan tenang. Dari wilayah persembunyian yang aman mereka menyerang tentara asing, pasukan keamanan Afghanistan dan warga sipil, sekaligus membahayakan pembangunan kembali Afghanistan. Frustrasi, juga karena pemerintah Pakistan yang menjadi mitra dalam perang anti teror sudah memperoleh dana milyaran dolar dari AS, tetapi masih juga tidak berhasil menyingkirkan bahaya yang mengancam.
Oleh sebab itu sejak pertengahan tahun AS menggunakan langkah yang lebih keras. Bila militer dan pemerintah Pakistan melancarkan protes, maka itu ibaratnya hanya sandiwara belaka. Sebab orang-orang yang menjadi sekutu kelompok teror itu ada di Islamabad. Tepatnya, dalam dinas rahasia ISI. Presiden Pakistan Asif Ali Zardari tahu, bahwa hanya sedikit orang yang menginginkan kekuasaan Taliban. Tetapi di lain pihak mayoritas warga Pakistan tidak menyukai AS dengan alasan yang berbeda-beda. Dalam hal ini pidato berapi-api mengenai pertahanan bagi Pakistan mengena di hati masyarakat. Sebab ekstremisme yang menggunakan nama Islam sudah lama membahayakan keamanan Pakistan. Istri Zardari, Benazir Bhutto diperkirakan menjadi korban dari kelompok ekstremis itu.
Menyelamatkan Pakistan dari kebangkrutan, seperti yang dikemukakan oleh menlu Jerman Frank Walter Steinmeier dalam kunjungannya ke negara itu, memang perlu dilakukan, agar Pakistan sebagai negara pemilik senjata atom tetapi labil itu tidak ambruk. Hanya saja Islamabad harus diikutkan dengan lebih baik lagi dalam upaya memerangi teror trans-nasional dengan nama Islam. Pakistan harus membuktikan diri sebagai mitra yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Pesawat tak berawak dan pesawat tempur AS saja bukanlah strategi untuk melawan para pejuang yang menggunakan nama Tuhan. (dgl)