Tajuk: Pakistan Hendak Tanggulangi "Talibanisasi"
5 Juli 2007Pemerintah Pakistan nampaknya tidak bersedia lebih lama lagi mendiamkan provokasi kelompok ekstremis dengan gaya Taliban di Islamabad. Para pelajar madrasah-madrasah Mesjid Merah di pusat ibukota Pakistan itu, pekan lalu menimbulkan kehebohan, dengan menyerang toko-toko yang menjual CD dan video yang tidak bernafaskan Islam. Mereka juga berulang kali menculik perempuan yang dianggap sebagai pekerja seks, termasuk perempuan-perempuan Cina.
Tekanan politik Cina sebagai negara yang punya hubungan erat dengan Pakistan mungkin telah mengakibatkan pemerintah merasa malu dengan talibanisasi di jantung ibukotanya. Yang jelas, kelompok militan Islam yang di Pakistan biasa disebut sebagai "Jihadi" boleh dikatakan terkucil dari bidang politik, sosial dan keagamaan di sana. Mayoritas warga Pakistan merasa lega bahwa kasus Mesjid Merah ini kemungkinan besar akan segera berakhir.
Tetapi ini belum berarti Taliban akan tamat riwayatnya di Pakistan. Terutama keadaan di perbatasan dengan Afghanistan masih tetap bermasalah. Kalau belakangan ini serangan terhadap pasukan keamanan Pakistan terus meningkat, kiranya bukanlah suatu kebetulan. Berbagai laporan intern pemerintah menunjukkan bahwa disana sedang terjadi talibanisasi, yang mengancam stabilitas politik Pakistan. Pemerintahan daerah di berbagai provinsi yang berbatasan dengan Afghanistan kini sudah menjauhi para "Jihadi". Tetapi masih belum ada strategi yang mantap untuk menguasai mereka di wilayah-wilayah etnis Pashtu di Pakistan.
Kini diperlukan kebijakan politik yang jelas dari pemerintah Pakistan. Sengketa dengan para "Jihadi" tidak boleh dijadikan taktik dalam adu kekuatan dengan pihak oposisi. Dalam 30 tahun terakhir, sejak kekuasaan diktatur militer Zia ul-Haq, Pakistan punya pengalaman buruk dalam upaya mencari keuntungan politik dengan menyuapi berbagai kelompok sempalan.
Sudah waktunya untuk berhenti bermain api. Sayangnya patut diragukan apakah pemerintah Pakistan sekarang ini, pihak militer dan terutama lagi dinas rahasia Pakistan bersedia melakukannya.
Oleh sebab itu kalangan luas oposisi dan penduduk Pakistan berpendapat, bahwa pemerintah sengaja merekayasa atau mengulur sengketa di Mesjid Merah, guna mengalihkan perhatian masyarakat dari protes berkesinambungan sehubungan dengan pemecatan terhadap hakim tinggi Iftikhar Chaudry oleh Presiden Musharraf. Selama pendapat itu masih merebak, tidak akan pernah ada aliansi luas untuk menentang kekuatan ekstremis di Pakistan.
Sedangkan di Waziristan pemerintah masih tetap bermain api, yaitu menjalin perjanjian dengan "Taliban lokal" untuk mengusir para "Jihadi" asing. Artinya memperkuat kelompok ekstremis untuk menghadapi kelompok lain.
Selain itu tentu juga ada aspeknya di segi politik dunia. Para politisi dari kubu mana pun cenderung untuk melebih-lebihkan sikap anti-Islam yang ada di dunia barat.
Pernyataan-pernyataan anti-Inggris seputar silang pendapat menyangkut kasus Salman Rushdie, yang dikeluarkan beru-baru ini oleh menteri urusan agama Pakistan, dianggap oleh para wakil Mesjid Merah sebagai membangkitkan semangat untuk melakukan serangan bunuh diri. Ini pun merupakan permainan yang berbahaya.
Dalam memerangi Islam radikal yang militan, jarak yang harus ditempuh Pakistan masih jauh. Tetapi setidaknya sudah tercermin adanya kemajuan.