Tajuk: Israel-Palestina, Stop Konflik!
23 Juni 2008Pemerintah Jerman tetap berpegang pada solusi pembentukan dua negara. Terakhir, pekan lalu, Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier menandaskan hal tersebut dalam perundingan Jerman-Israel yang diselenggarakan penerbit Axel-Springer. Namun melihat peta kondisi wilayah, nampaknya hal tersebut terlalu terlambat. Karena tidak ada tempat lagi bagi negara Palestina diantara pemukiman warga Israel, kawasan cagar alam dan semakin rapatnya jalan-jalan yang dikhususkan bagi para pemukim Yahudi di daerah pendudukan Tepi Barat Yordan.
Nampaknya politik Jerman bukanlah untuk mencari pemecahan yang menjamin terbentuknya negara yang berfungsi bagi warga Palestina. Jerman cenderung mengutamakan menangani masa lalu. Semua pidato terkait 60 tahun kemerdekaan Israel selalu mendengungkan bahwa Jerman merasa memiliki tanggungjawab sejarah terhadap negara Yahudi dan merasa memiliki kewajiban terhadap keamanan Israel.
Hal ini pula yang ditekankan oleh menteri luar negeri Jerman Frank Walter Steinmeier dalam pertemuan Dialog Jerman-Israel pekan lalu, yang akan diulangi lagi oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel dalam pertemuan Timur Tengah di ibukota Jerman. Diharapkan para delegasi dari 40 negara yang ambil bagian dalam pertemuan itu dapat mengusulkan bagaimana meningkatkan kemampuan aparat keamanan di Palestina, agar dapat menjamin eksistensi warga mereka dan juga eksistensi Israel.
Keamanan bagi warga Palestina berarti keamanan pula bagi Israel. Demikian ujar menteri luar negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier. Itu memang benar, tetapi pemahamannya terlalu dangkal. Sebab yang diinginkan oleh rakyat Palestina bukanlah sekedar keamanan belaka, melainkan masa depan mereka, kehidupan yang mandiri, kemampuan mengelola perekonomian yang baik dan negara yang berdaulat.
Bila hal-hal tersebut tak terwujud, maka Israel juga tak akan memiliki jaminan masa depan yang baik di Timur Tengah, meski saat ini sudah ada sinyal pendekatan dan rekonsiliasi antara keduanya. Di kawasan Palestina dan di seluruh Jalur Gaza tumbuh generasi baru, yang tak punya perspektif masa depan. Konferensi Timur Tengah di Berlin mungkin bertujuan baik, namun tak mampu memecahkan problem yang ada dan dengan demikian konferensi itu tak bisa benar-benar membantu Israel dalam jangka panjang. (ap)