Tajuk: Apakah Perang di Afghanistan Dapat Dimenangkan?
21 Oktober 2008Tentara Jerman yang ditugaskan di Afghanistan boleh saja bertindak sangat waspada. Akan tetapi mereka tidak berdaya menghadapi pelaku serangan bunuh diri. Setiap warga Afghanistan yang mendekat ke pasukan patroli Jerman, dapat saja menyembunyikan bahan peledak di badannya. Dan siap meledakkan dirinya bersama sasaran yang diserang. Juga jika anak-anak bermain dengan ceria di dekat situ. Ini bukan jaminan bahwa pelaku serangan bunuh diri akan membatalan niatnya. Buktinya, dalam serangan terbaru yang menewaskan dua serdadu Jerman, juga lima anak ikut tewas.
Taliban sudah mengaku bertanggung jawab untuk serangan ini. Gubernur provinsi Kundus mengatakan, pelaku serangannya diselundupkan dari Pakistan. Anggota kelompok perlawanan Taliban, dengan taktik perang gerilya secara terarah menyerang tentara NATO dalam misi ISAF, dan setelah itu dengan cepat kembali menghilang di kawasan perbatasan ke Pakistan. Lawan semacam ini tidak dapat dikalahkan dengan cara militer.
Tapi jawaban NATO adalah, melawannya dengan menambah jumlah serdadu. Pekan lalu parlemen Jerman juga sudah memutuskan pengiriman tambahan 1000 tentara ke Afghanistan. Tidak mengherankan karena serangan semakin meningkat dan markas tentara Jerman di Afghanistan terus ditembaki roket.
Juga bila NATO tidak memikirkan penarikan pasukan, tapi para penyerang sudah menabur bibit keraguan di tanah air pasar serdadu yang bertugas di Afghanistan. Perancis mengalami pukulan telak, ketika bulan Agustus lalu 10 serdadunya tewas akibat sebuah serangan. Belanda apalagi, karena bertugas langsung di kawasan pertempuran di selatan Afghanistan, jumlah serdadunya yang tewas jauh lebih banyak lagi. Karena itu pemerintah Belanda menyatakan, dalam waktu dekat ini akan menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan. Juga di Jerman, keraguan akan sukses misi di Afghanistan mulai meningkat.
Jika para pembuat kebijakan di Berlin paling banyak terjebak perang retorika. Di Afghanistan tentaranya benar-benar menghadapi jebakan bahan peledak. dengan akibat cacat atau mati. Bahaya permanen ini menyebabkan tentara Jerman semakin tidak percaya diri dan gugup. Akibatnya, musim panas lalu seorang tentara Jerman menembak mati seorang perempuan dan dua anak-anak, karena mengira terdapat pelaku serangan bunuh diri, ketika tiba-tiba mobil yang ditumpanginya memutar arah di pos pemeriksaan. Hal semacam itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam penugasan pasukan Jerman di Afghanistan yang sudah berlangsung tujuh tahun.
Ancaman yang terus meningkat, menyebabkan para serdadu Jerman bersembunyi di markasnya dan tidak menjalin kontak dengan warga setempat. Akibatnya warga semakin memusuhi tentara. Lingkaran setan dari sikap semakin menjauh semacam itu, tidak berdampak positif pada tugas pembangunan kembali di Afghanistan. Mayoritas warga Afghanistan di utara yang relatif tenang memang masih bersedia berkomunikasi dengan tentara Jerman, kata para jenderal.
Tapi jika dukungan ini semakin memudar, di sini dipertaruhkan seluruh arti penting misi NATO. Sebab, boleh jadi perang untuk menciptakan sebuah Afghanistan yang stabil, tidak akan dapat dimenangkan. (as)