Tahun Baru yang Panas di Jalur Gaza
2 Januari 2008Saling gempur terjadi sehubungan dengan peringatan ulang tahun kelompok Fatah ke- 43, yang diperingati para pengikutnya bersamaan dengan perayaan tahun baru. Sebelumnya, Hamas yang telah menguasai jalur Gaza sejak bulan Juni, melarang para pengikut Fatah berkumpul di ruang terbuka. Pertikaian ini melengkapi ketegangan yang terus-menerus terjadi sepanjang tahun 2007 di Jalur Gaza. Pertikaian keduanya semakin memanas setelah Fatah tidak menerima kekalahan pemilu Palestina tahun 2006, Fatah ingin tetap memegang komando. Sebaliknya Hamas yang memenangkan pemilu, terpukul akibat sanksi ekonomi dari dunia barat dan Israel. Saat pemerintahan menjadi lumpuh, kedua kubu kembali saling mempersalahkan. Akibatnya, baku tembak rutin terjadi di jalan-jalan, rakyat terluka dan terenggut nyawanya.
Awal tahun 2007 Arab Saudi berusaha menengahi, menyerukan kedua kubu duduk bersama. Perjanjian damai ditandatangani dan pemerintahan koalisi dibangun. Perdana Menteri dipegang Ismail Haniyah dari Hamas. Namun pemerintahan koalisi tak bertahan lama. Perselisihan dalam tubuh kabinet mengakibatkan koalisi pemerintahan Fatah-Hamas pecah. Di bulan April dan Mei 2007 perundingan kembali dilakukan di Gaza City, namun perjanjian yang sudah disepakati bersama tidak dijalankan di hari-hari berikutnya. Tak lama berselang, tepatnya di bulan Juni, kelompok Hamas mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza. Di sepanjang Jalur Gaza dari selatan ke utara, Hamas menembaki pejabat-pejabat pemerintah dari kelompok Fatah, menyerang pos-pos militer, menjarah barang-barang mantan pemimpin PLO Yasser Arafat dan membuat warga hidup dalam ketakutan dan teror. Dengan dikuasainya Jalur Gaza oleh Hamas, bantuan energi dan kebutuhan bagi rakyat di Jalur Gaza terhambat akibat boikot Israel dan dunia barat. Situasi yang memburuk di Jalur Gaza membuat Presiden Palestina Mahmud Abbas kehilangan kendali politik. Musim panas lalu, ia menginginkan percepatan pemilu. „Kami menyerukan pada Komite Sentral Organisasi Pembebasan Palestina PLO, untuk mempercepat pemilihan umum parlemen dan presiden. Kami tahu bahwa Hamas telah mengambil rakyat kami secara paksa bagaikan membajak pesawat. Kami akan mengambilnyakembali. Kami tidak akan membiarkan seluaruh rakyat Palestina dihukum karena ulah Hamas. Hamas lah yang seharusnya menanggung hukuman.“
Namun pemilu baru tidak pernah digelar. Presiden Abbas tidak pernah berhasil menyelenggarakannya. Presiden Palestina itu akhirnya membiarkan Hamas mengambil alih Jalur Gaza dan membiarkan 1,5 juta warganya hidup di bawah kekuasaan Hamas. Kelanjutannya, Israel dan barat memblokir pasokan kebutuhan hidup warga Jalur Gaza dan akibatnya warga Jalur Gaza semakin terjerumus ke dalam jurang kemiskinan dan penderitaan. Untuk mengatasi semakin memburuknya situasi di Jalur Gaza, November lalu Abbas melakukan perundingan damai dengan Israel. Lebih dari 7 milyar dolar Amerika Serikat dana bantuan internasional akan dikucurkan untuk membangun kembali pemerintahan Palestina yang terkeping-keping. Namun bantuan itu tak akan ada artinya tanpa perdamaian diantara pihak-pihak yang bertikai.