Spekulasi dan Saling Menuduh di Pakistan
19 Oktober 2007Konvoi kendaraan hanya dapat berjalan lambat, karena ratusan ribu pendukung mantan Perdana Menteri Pakistan, Benazir Bhutto berada di jalan menyambut kedatangannya. Sudah lebih dari sepuluh jam konvoi kendaraan yang membawanya berada dalam perjalanan ke pusat kota Karachi. Sesaat sebelum tengah malam waktu setempat terjadi dua ledakan di dekat konvoi.
Pertama-tama sebuah granat meledak. Kemudian seorang pelaku serangan bunuh diri meledakkan bom, yang disembunyikan di baju rompinya, tepat di sebelah bus yang mengangkut Bhutto. Pemimpin oposisi berusia 54 tahun itu tidak terluka, karena beberapa menit sebelum ledakan, ia turun dari bagian atap ke bagian dalam bus yang dilapisi baja tahan peluru.
Tekad Benazir Bhutto
Untuk pertama kalinya dalam sebuah konferensi pers, yang diadakan Jumat malam kemarin Benazir Bhutto menceritakan pengalamannya saat terjadi serangan. Ia menceritakan, sesuatu dalam hati saya mengatakan, itu bukan petasan lagi, melainkan serangan bunuh diri. Setelah 30 sampai 60 detik kami mendengar ledakan dan cahaya terang berwarna oranye, serta jenasah di mana-mana.
Bhutto mengakui, kepulangannya dari pengasingan, walaupun ada ancaman, bisa dibilang naiv. Tetapi itu keputusan yang benar, dan ia bersedia menanggung konsekwensinya. Pada saat bersamaan, Benazir Bhutto mengumumkan akan melanjutkan kampanye, dan mengimbau dukungan untuk kemenangan Partai Rakyat Pakistan - PPP dalam pemilu Januari mendatang.
Spekulasi dan Saling Menuduh
Hari terjadinya serangan bunuh diri itu adalah hari spekulasi dan saling menyalahkan. Wakil pemerintah dan partai Bhutto bertikai tentang siapa dalang serangan. Polisi menuduh, ekstrimis Islam, yang berhubungan dengan suku-suku di kawasan perbatasan ke Afganistan yang berada di balik serangan. Kelompok militan yang dekat dengan Taliban pernah mengancam akan mengadakan serangan bunuh diri, jika Bhutto berani kembali ke Pakistan.
Sedangkan pihak Bhutto melancarkan tuduhan berat terhadap dinas rahasia, politisi pemerintah dan kalangan mantan penguasa militer Zia ul Haq. Benazir Bhutto sendiri, tidak bersedia menuduh orang tertentu. Ia tidak menuduh pemerintah, melainkan orang-orang yang menyalahgunakan posisi dan kuasanya. Sikap kepahlawanan dibutuhkan untuk menyelamatkan Pakistan. Ia berharap seluruh rakyat akan mendukung dirinya dan partai-partai lainnya, agar negara bisa diselamatkan dari ancaman militan.
Musharraf Kutuk Serangan
Sementar itu, Presiden Pervez Musharraf mengutuk serangan dan menilainya sebagai persekongkolan menentang demokrasi. Jurubicara presiden, Rashid Qureshi mengatakan, Presiden Musharraf bertekad menyelidiki sebaik mungkin, siapa dalang serangan dan menghukumnya. Ia juga meminta semua pihak untuk menahan diri dan tidak saling menyalahkan.
Kembalinya Benazir Bhutto dari pengasingan seyogyanya menjadi langkah untuk mempermudah upayanya kembali menjadi perdana menteri. Partainya memperkirakan dapat memperoleh suara mayoritas lagi pada pemilu Januari mendatang. Dekrit amnesti yang dikeluarkan Presiden Musharraf menghapus tuduhan korupsi atas Bhutto dan memungkinkannya kembali ke Pakistan. Penghapusan tuduhan itu menjadi dasar pembagian kekuasaan antara kedua politisi yang bermusuhan. (ml)