Situasi Tenaga Kerja dan Imigran di Portugal
16 Juli 2007Sejak awal bulan ini Portugal mengambil alih tongkat pimpinan di Dewan Eropa dari Jerman. Tugas terhormat dalam politik internasional yang juga tidak mudah bagi negara yang semakin digemari sebagai tujuan pariwisata ini. Negara yang terletak di tepi Samudra Atlantik ini memang memiliki tingkat pengangguran yang rendah, 4 persen dari penduduk yang berjumlah sekitar 11 juta jiwa. Tapi masalah lapangan kerja dan ketidakpuasan ekonomi, mendorong warga Portugal untuk beremigrasi. Paradoksnya Portugal semakin menarik sebagai tujuan migrasi warga asing.
Nama samarannya Maria, karena ia tidak ingin disebutkan nama aslinya. Perempuan berusia 26 tahun ini memproduksi radio untuk mobil di kota industri Braga di Utara Portugal. Ia bekerja sama dengan perusahaan Jerman. Meskipun demikian masa depan Maria belum pasti
“Selama 8 setengah tahun saya harus membatalkan kontrak kerja yang ditandatangani dan kemudian kembali menandatanganinya. Satu kali bahkan saya harus satu bulan penuh diam di rumah.“
Karena jika tidak ia dapat menggugat untuk mendapat posisi tetap. Dan ini tidak ingin diberikan perusahaan yang mempekerjakannya. Maria adalah salah satu dari sejuta warga Portugal yang bekerja dalam kontrak dengan waktu terbatas. Atau tanpa kontrak sama sekali. Kontrak kerja dengan waktu terbatas seharusnya menjadi pengecualian. Tapi pada prakteknya di Portugal hal ini sudah menjadi peraturan tidak tertulis. Demikian kekesalan yang disampaikan Manuel Carvalho da Silva, Ketua Perhimpunan Serikat Buruh Portugal CGTP
„Perusahaan dengan sangat gampang melakukan perombakan pegawainya. Kami tidak percaya itu merupakan langkah yang benar.“
Selain itu upah yang diperoleh jauh di bawah upah rata-rata di Eropa. Inilah yang membuat Portugal begitu menarik bagi perusahaan asing. Gaji yang diperoleh Maria 500 Euro atau kira-kira 6 juta per bulan. Itu sekitar 100 Euro lebih tinggi dari upah terendah yang ditetapkan pemerintah. Kondisi sehari-hari pekerja di Portugal, 20 tahun setelah masuknya negara itu ke dalam Uni Eropa, sebenarnya diharapkan membawa perubahan besar. Karena tidak membawa pengaruh positif, hal ini meredam kegairahan banyak warga Portugal terhadap Uni Eropa. Bahkan gaji pegawai negeri sekali pun tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, keluhan Elisa seorang juru rawat di Lissabon
„Kami melihat kenaikan inflasi sekitar 4, 5 atau 6 persen. Sedangkan pendapatan kami naik sekitar 1 setengah persen. Itu skandal tentu saja, kami tidak dapat puas karenanya.“
Pemerintah tentu saja memandangnya secara berbeda. Bertahun-tahun Komisi Eropa mengirimi surat peringatan secara bertubi-tubi akibat defisit keuangan yang dialami Portugal. Tidak satu pun pemerintahan di Lissabon yang sanggup mengatasi masalah hutang. Sekarang, dengan program penghematan besar-besaran perbaikan mulai tampak. Demikian dikatakan Perdana Menteri José Socratés
„Saya punya alasan baik untuk mengatakan kepada warga Portugal bahwa kami berada di jalan yang benar dan keberhasilan mulai dicapai. Tidak hanya dalam pertumbuhan ekonomi tapi juga dalam disiplin anggaran belanja, yang sangat mendasar agar kami dapat memandang optimis ke masa depan.“
Tidak banyak yang memiliki optimisme ini. Para pemuda sudah lama menarik konsekwensi dari kondisi buruk tersebut: Mereka meninggalkan desanya dan mencoba mencari keuntungan di kota-kota besar. Atau mereka mencoba langkah yang lebih besar, seperti montir radio Maria
“Saya sudah mempertimbangkan untuk beremigrasi. Dengan kondisi negara kami yang seperti ini, tidak ada pilihan lain. Itu kenyataan.”
Gelombang emigrasi semakin meningkat, seperti tahun 60-an. Dimana saat itu Portugal belum menjadi anggota Uni Eropa.
Bagi warga Brasil belakangan ini Portugal justru merupakan negara tujuan emigrasi yang menjanjikan. Saat ini hampir 80 ribu warga Brasil yang tinggal secara legal. Jumlah kelompok warga asing terbesar, disusul Ukraina, Tanjung Verde dan Angola. Selain itu masih terdapat sekitar 20 ribu warga Brasil yang tinggal secara ilegal di Portugal.
Tahun 1990-an merupakan awal gelombang emigrasi warga Brasil ke Portugal, terutama para dokter gigi. Hal ini mengejutkan para ahli medis Portugal yang sama sekali tidak suka dengan kedatangan saingan baru tersebut. Tapi para pemain sepak bola Brasil yang memperkuat klub sepakbola di Portugal adalah kelompok imigran yang menjadi favorit.
Meskipun demikian beberapa tahun terakhir, banyak warga Brasil yang datang ke Portugal sebagai imigran illegal. Hal yang tentu saja membebani hubungan kedua negara. Pihak Brasil menuduh Portugal kurang membuka negaranya bagi kaum imigran. Sebaliknya Portugal menyatakan selalu membuka diri bagi Brasil.
Tahun 2003 dalam kunjungan presiden Brasil Lula da Silva, pemerintahan di Lissabon dan Brasilia mengadakan perjanjian yang disebut Acordo Lula. Menurut perjanjian tersebut dalam waktu 5 tahun sekitar 30 ribu warga Brasil yang berada di Portugal secara illegal akan dilegalisir. Bagi mereka yang dapat menunjukkan kontrak kerja resmi akan memperoleh ijin tinggal.
Namun akibat kendala birokrasi, hanya sekitar 2 per tiga dari jumlah tersebut yang mendapat legalisasi dan sisanya tetap tinggal illegal di Portugal. Imigran illegal juga menjadi tema bahasan dalam pertemuan puncak Uni Eropa Brasil awal Juli lalu. Yang terutama oleh pemerintah di Lissabon hendak dijadikan loncatan awal Eropa ke Amerika Selatan untuk mencari keuntungan. Perdana Menteri José Socratés
"Eropa telah mengadakan pertemuan tahunan dengan Cina, India dan Rusia. Kini juga waktunya melakukan pertemuan puncak dengan Brasil. Di sini Portugal memiliki andil agar politik luar negeri Eropa menguntungkan hubungan formal dan institusional bagi kedua belah pihak dan memperluas hubungan Brasil dan Eropa.“
Banyak pengusaha Portugal selama dua puluh tahun terakhir melakukan investasi besar di Brasil. Antara lain membangun hotel-hotel, pusat perbelanjaan dan perusahaan telefon seluler.
Sementara itu investasi Brasil di Eropa dan investasi Eropa di Brasil sudah sejak lama tidak banyak menemui hambatan. Meskipun demikian pembicaraan perjanjian perdagangan bebas antara Uni Eropa dengan Mercosur, pasar bersama di Selatan, yang telah berlangsung sejak tahun 1995 hingga kini belum membuahkan hasil kongkrit.. Di Uni Eropa sendiri hambatan terutama ditemui dalam lobby bidang pertanian, untuk impor gula, sapi dan ayam dari Brasil. Tapi itu semua tidak mengurangi minat warga Brasil untuk beremigrasi ke Portugal.