Situasi Meruncing, Israel dan Palestina Cari Dukungan
23 Desember 2008Hari Senin (22.12) , Perdana Menteri Ehud Olmert berada di Ankara menemui Presiden Turki, Abdullah Gül dan Perdana Menteri, Recep Tayyip Erdogan yang bertindak sebagai mediator dalam perundingan tidak langsung. Sedangkan Presiden Palestina, Mahmud Abbas mengakhiri perjalanannya dari Washington di Kremlin hari Senin, untuk menggalang bantuan dari Rusia.
Pada Senin (22.12) yang sama, Hamas menyatakan tidak akan menyerang Israel selama 24 jam, tapi mengancam akan mengirimkan para pelaku bom bunuh diri, apabila Israel menyerang markasnya di Gaza. Ayman Taha, pejabat senior Hamas mengatakan, bahwa perpanjangan gencatan senjata itu menyusul mediasi Mesir untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dari Mesir ke jalur Gaza. Sejak hari Jumat, kekerasan yang dilancarkan Hamas dan kelompok lainnya marak lagi sebagai protes atas penderitaan masyarakat yang mengalami blokade Israel terhadap jalur Gaza.
Sementara Israel pada hari Senin itu juga mulai melakukan kampanye untuk menggalang dukungan internasional, apabila akhirnya melakukan serangan besar-besaran ke wilayah Palestina. Sebelum berangkat ke Ankara, Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert yang masih memimpin kabinet transisi Jerusalem, mengutarakan pesan yang ditujukan kepada kelompok Hamas: “Pemerintah yang bertanggung jawab tidak gemar berperang, tapi juga tidak menghindar bila terpaksa. Kami akan mengambil langkah yang sesuai.”
Peringatan Olmert disampaikan karena sejak berhari-hari di Israel semakin keras seruan untuk menyerang jalur Gaza dan kelompok pejuang radikal Palestina, Jihad Islam. Tanpa menggubris pernyataan Hamas mengenai perpanjangan gencatan senjata itu, kelompok radikal Jihad Islam kembali menembakan roket-roket Kassam ke arah Sderot di Israel. Hal inipun berulangkali dilakukannya selama enam bulan gencatan senjata sebelumnya, maupun selama tiga hari setelah gencatan senjata itu berakhir .
Seruan untuk menyerang Palestina didukung dua tokoh pemimpin Israel yang kini bersaing, yakni pemimpin partai Likud yang konservatif, Benjamin Netanjah dan Menteri Luar Negeri Tzipi Livni dari partai Kadima. Menlu Tzipi Livni menyatakan bahwa apabila keluar sebagai pemenang dalam pemilihan Parlemen Israel pada 10 Februari mendatang, maka Hamas di jalur Gaza akan dihancurkan olehnya.
Tak pelak lagi dari kalangan militer Israel juga terdengar seruan senada. Mantan Wakil Ketua Dinas Rahasia, Mayjen Amiram Levine misalnya mengusulkan penghancuran seluruh perumahan warga sipil Palestina di Utara jalur Gaza. “Kita harus menghantam orang-orang yang menembak. Kita memerintahkan mereka untuk mengevakuasi seluruh wilayah itu, kemudian kita masuk dan menghancurkan seluruh kota itu”, demikian Levine. Menurut dia, hukuman semacam itu bisa dilancarkan dalam waktu singkat dan dilakukan berulang kali, sampai warga Palestina menyadari bahwa Israel tidak mentolerir penembakan terhadap warganya.
Sementara itu di Moskow hari Senin, Presiden Rusia Dmitri Medvedev menyatakan akan terus mendukung Palestina dalam upaya perdamaian di Timur Tengah. Hal ini diungkapkan setelah Presiden Medvedev menerima kunjungan Presiden Palestina, Mahmud Abbas di Kremlin. Rusia merupakan anggota kwartet pendukung proses perdamaian di Timur Tengah, yang termasuk Perserikatan Bangsa-bangsa, Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Presiden Palestina Abbas berkunjung ke Rusia dalam perjalanan pulang dari Washington, di mana ia meminta dukungan pemerintah Amerika Serikat untuk menyelamatkan proses perdamaian yang terancam gagal. Juga di Palestina persaingan antara pendukung Mahmud Abbas di kelompok Fatah serta para pendukung Hamas belum teratasi. (ek)