Serangan Bom Guncang Pakistan
4 September 2007Pemerintah Pakistan menduga, hal ini didalangi oleh kelompok radikal Islam yang selama ini ingin meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Presiden Musharraf. Serangan bom di dua tempat yang sangat dekat dengan markas besar angkatan bersenjata Pakistan dan dengan kantor Presiden Pakistan Musharraf terjadi pada saat yang sangat tidak tepat.
Rival politik Musharraf, Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif, yang keduanya sempat menjabat sebagai perdana menteri Pakistan berencana untuk kembali ke Pakistan dari pengasingan. Mereka ingin menentang kekuasaan Musharraf. Popularitas Musharraf sedang sangat menurun dan ia tidak dapat membuktikan kesuksesan apapun dalam perang melawan teror. Ini juga membuat Amerika Serikat kesal, karena sejak serangan 11 September, negara tersebut menganggap Musharraf sebagai mitra terpentingnya di wilayah tersebut dalam hal melawan terorisme.
Kejadian Selasa kemarin ini juga merupakan serangan terhadap pusat kekuasaan Pakistan. Bom pertama meledak di dalam sebuah bus yang ditumpangi angkatan bersenjata di tengah-tengah kemacetan lalu lintas pagi hari Ralwapindi. Beberapa menit setelahnya bom kedua meledak, kali ini dipasang di sebuah motor di kawasan pasar ramai di pusat kota. Penduduk pun panik. Seorang saksi mata melaporkan
„Ketika saya mendengar bomnya meledak, saya segera lari kesana, jaraknya sekitar 3-5 menit. Orang lain melarikan diri setelah serangan ini. Dimana-mana ada mayat, di jalan dan di toko-toko. Waktu itu ramai sekali, banyak orang sedang berbelanja atau pergi bekerja. Disini ada mayat-mayat, disini ada 2 dan disana juga masih ada lagi.“
Sampai sekarang belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Brigjen Javed Cheema mengecam kejadian ini:
„Milisi, kelompok radikal dan terorisme merupakan bahaya terbesar bagi keamanan dan stabilitas Pakistan saat ini. Hal ini juga terutama berbahaya bagi generasi masa depan. Polisi, angkatan bersenjata dan semua yang bertugas untuk menjaga kemanan tidak dapat bertindak sendirian melawan hal-hal seperti ini. Untuk itu kita semua harus bersatu danberjuang bersama.“
Biasanya pemerintah militer Pakistan menuduh Al-Kaida atau Taliban atas perbuatan semacam ini. Pemerintah menduga, bahwa hal ini merupakan reaksi atas tindakan militer melawan pemberontakan di wilayah perbatasan dengan Afghanistan. Disana 300 prajurit Pakistan ditahan oleh pemberontak Taliban. Mereka menginginkan ditariknya pasukan Pakistan dari wilayah tersebut dan dibebaskannya tahanan Taliban.
Serangan Selasa kemarin ini juga secara politis mempengaruhi Musharraf, yang ingin tetap menjadi presiden untuk lima tahun mendatang. Disamping itu ia juga tetap memegang kedudukannya sebagai komando tertinggi angkatan bersenjata. Ini merupakan hal yang diperdebatkan secara hukum. Organisasi-organisasi sosial dan pihak oposisi menuntut diakhirinya era militer dan kembali ke demokrasi. Mantan perdana menteri Bhutto berusaha untuk membagi kekuasaan dengan Musharraf. Sedangkan rival lain, Sharif, ingin menjatuhkan Musharraf dari kekuasaan. Belum jelas, apakah Musharraf akan mengumumkan keadaan darurat. Yang jelas, hal ini akan kembali mengguncang stabilitas Pakistan.