Rusia Penjarakan Mantan Jurnalis DW, Tekan Kebebasan Pers
16 April 2025Pengadilan di Moskow pada Selasa (15/04), menghukum jurnalis Antonina Favorskaya, Konstantin Gabov, Sergey Karelin, dan Artyom Kriger, atas tuduhan ekstremisme. Mereka dikenakan hukuman lima setengah tahun penjara.
Mereka dituduh menjadi bagian dari "organisasi ekstremis”. Organisasi yang dimaksud merujuk pada Yayasan Anti-Korupsi (FBK), yang didirikan oleh politisi oposisi Rusia Alexei Navalny, yang meninggal dalam kondisi yang tidak jelas di penjara Arktik pada Februari 2024.
Konstantin Gabov dan Sergey Karelin sebelumnya bekerja untuk Deutsche Welle (DW) di kantor biro Moskow.
Keempat jurnalis itu membantah tuduhan tersebut, dan mengatakan bahwa mereka tidak bekerja untuk yayasan tersebut, melainkan hanya melaporkan kegiatannya.
Pengadilan tertutup itu merupakan bagian dari tindakan keras Rusia terhadap perbedaan pendapat, yang telah mencapai skala yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022.
DW mengutuk vonis Rusia
Peter Limbourg, Direktur Jenderal DW, mengatakan bahwa dengan putusan ini, Rusia "sekali lagi membuktikan dengan tegas bahwa mereka adalah negara yang tidak mengindahkan supremasi hukum.”
"Rezim Rusia melakukan segala cara untuk memutarbalikkan fakta, memperlakukan jurnalis yang berani seperti penjahat kelas kakap. Setiap hari yang dijalani Antonina Favorskaya, Konstantin Gabov, Sergey Karelin, dan Artyom Kriger dibalik jeruji besi adalah satu hari yang tidak seharusnya terjadi. Mereka dan keluarganya mendapat dukungan penuh dari kami,” tambah Limbourg.
Para jurnalis itu ditahan pada musim semi dan musim panas 2024. Favorskaya ditahan pada Maret, Gabov dan Karelin pada April, sementara Kriger pada Juni.
Para jurnalis: Kondisi penjara tidak manusiawi
Dalam surat-suratnya, Gabov dan Karelin menggambarkan kondisi mengerikan di penjara Matrosskaya Tishina, Moskow, tempat mereka dipindahkan pada awal Oktober lalu.
"Rasanya seperti ditahan di suatu tempat di ruang bawah tanah. Ada sebuah jendela kecil di suatu tempat di lantai atas,” tulis Gabov.
"Sel itu penuh sesak. Saya tidur di lantai dengan seorang pria. Dia sudah hidup seperti ini selama sebulan. Pada siang hari, kami duduk di bangku (tanpa sandaran) karena tidak ada ruang. Kasur, selimut, dan bantal sudah usang dan ternyata ada kutu busuk. Suasana penindasannya sangat terasa,” tambahnya.
Karelin menulis bahwa di "Matrosskaya Tishina” ia dimasukkan ke dalam sel yang penuh sesak dengan empat ranjang untuk 8 orang. "Kami tidur dari atas ke bawah, tapi bukan di atas ranjang yang permukaannya lurus dan keras, melainkan di atas ranjang penjara dengan 'lubang' di tengahnya,” tambahnya.
Pengacara Karelin, Katerina Tertukhina, menggambarkan kondisi penahanan seperti itu sebagai penyiksaan. Dia menekankan bahwa dalam kondisi seperti itu kliennya tidak dapat sepenuhnya mempersiapkan diri untuk persidangan.
Menjelang vonis, Krieger mengatakan bahwa ia hanya melakukan pekerjaannya sebagai "jurnalis yang jujur, tidak tercela, dan independen,” dan menggambarkan persidangan itu "benar-benar gila.”
"Sekarang mereka mencoba menggambarkan saya sebagai seorang ekstremis, penjahat, seseorang yang harus dipenjara,” katanya.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Rusia makin menekan kebebasan pers
Dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia, Reporters Without Borders menempatkan Rusia di peringkat ke-162 dari 180 negara, dan menyatakan bahwa kebebasan media di negara ini "hampir tidak ada.”
Di bawah pemerintahan Presiden Vladimir Putin, setidaknya 37 jurnalis telah dibunuh sebagai akibat langsung dari pekerjaan mereka, menurut organisasi tersebut.
Pada 4 Februari 2022, Rusia melarang siaran DW, memaksa kantornya di Moskow untuk ditutup, dan memblokir dw.com dalam semua bahasa di internet Rusia.Namun, layanan DW Rusia terus beroperasi di Riga, Latvia.
Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.