Ratifikasi konstitusi UE / Hubungan Jerman-Israel
12 Mei 2005Tema pertama: Ratifikasi Konstitusi UE. Beberapa negara Eropa di hari-hari belakangan meratifikasi konstitusi UE. Parlemen Austria Rabu ( 11/5 ) telah meratifikasinya dengan suara mayoritas mutlak. Jerman meratifikasinya Kamis (12/5). Tampaknya di dua negara itu sikap pro-integrasi Eropa sangat kuat. Berbeda dengan di Perancis, misalnya, di mana ratifikasinya tergantung pada hasil referendum akhir bulan Mei ini.
Pemungutan suara mengenai konstitusi UE di parlemen Jerman oleh suratkabar Frankfurter Allgemeine Zeitung dikomentari sbb:
Proses integrasi Eropa merupakan salah satu prinsip negara Jerman. Partai Demokrat Kristen CDU di zaman Adenauer dan terlebih di zaman Kohl , menjadi partai Eropa. Partai sosial demokrat SPD yang menolak Eropa pada tahun 50-an, telah mengoreksi sikapnya. Manfaat utama dari konstitusi adalah membangun UE yang mampu menghadapi tantangan proses perluasan yang belum berakhir. Memang sulit memfungsikan sebuah UE dengan 25 negara anggota atau lebih.
Suratkabar Stuttgarter Zeitung memperingatkan:
Mereka yang kini hendak memblokir konstitusi yang belum sempurna, hanya mendukung mereka yang tidak pernah menginginkan integrasi Eropa. Konstitusi yang buruk pun, bisa menjadi peluang . Peluang , untuk ikut mewujudkan Eropa, peluang untuk membangun Eropa yang lebih baik , yang menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan sehari-hari para warganya.
**********
Tema berikutnya: Hubungan Jerman-Israel.
Hari Rabu lalu (10/5), Jerman memperingati 40 tahun dibukanya hubungan diplomatik dengan Israel.
Harian Tagesspiegel yang terbit di Berlin dalam tajuknya menanggapi hubungan Jerman-Israel:
Jerman secara historis terkait erat dengan Israel. Hal itu tidak berubah , juga setelah 60 tahun PD II berakhir, dan setelah 40 tahun dibukanya hubungan diplomatik antara kedua negara. Sebaliknya , Israel , negara kolektif orang Yahudi, merupakan simbol peringatan permanen, juga bagi Jerman. Sebagian rakyat Jerman masih tetap anti-Yahudi. Kedutaan Israel di Jerman lebih terancam dari pada kedutaan Jerman di Israel. Hubungan Jerman-Israel belum bisa dikatakan normal kembali. Tidak pada tempatnya, Jerman merayakan peringatan 40 tahun sebagai suatu event, sebagai pesta ulangtahun. Dewasa ini orang bisa mendiskusikan tentang kekejaman Nazi, siapa yang bersalah dan siapa korbannya. Mengapa hal itu tidak dapat dibicarakan di tahun-tahun pertama setelah holocaust? Hendaknya, itulah yang harus direnungkan, dan yang akan menentukan masa depan hubungan Jerman-Israel setelah 40 tahun.
Akhirnya sorotan suratkabar Die Welt mengenai hubungan Jerman-Israel:
Pandangan berbeda menunjukkan bahwa kedua negara hidup di dunia yang berbeda. Sementara Jerman merasa aman di negaranya, rakyat Israel merasa terancam oleh serangan terorisme global. Sementara banyak orang Jerman kini memandang AS sebagai negara jahat, Israel dan AS bersatu dalam kekhawatirannya menghadapi ancaman teroris Osama Bin Laden. Bagi Israel yang berbahaya bukan AS, tetapi Suriah, Iran dan Korea Utara. Israel tidak suka dengan sikap anti-AS di Jerman . Akibatnya sudah terasa . Israel secara mental semakin menjauhi diri dari Eropa. Perkembangan ini akan berlanjut. Akhirnya hubungan Jerman-Israel akan renggang.