Produsen Senjata Jerman Siap Bangun Kapal Selam di India
4 Februari 2025Thyssenkrupp dari Jerman akan membangun enam kapal selam untuk angkatan laut India dalam kesepakatan bernilai miliaran dolar, setelah tawaran yang diajukan bersama dengan mitranya dari India disetujui.
Divisi pembuatan kapal Thyssenkrupp Marine Systems, TKMS, bekerja sama dengan perusahaan negara Mazagon Dock Shipbuilders, MDS, di India melalui kontrak yang ditandatangani pada tahun 2023. Kedua perusahaan belum lama ini mengonfirmasi, Kementerian Pertahanan India telah membuka tawaran untuk "pemrosesan lebih lanjut".
Tawaran tersebut merupakan satu-satunya yang lolos uji lapangan angkatan laut India, mengalahkan pesaingnya, perusahaan Spanyol Navantia, yang juga bermitra dengan sebuah perusahaan dari India, Larsen & Toubro.
MDS mengatakan Kementerian Pertahanan India telah mengundang perusahaan untuk menegosiasikan pembiayaan. Laporan media yang mengutip orang-orang di lingkaran negosiasi menyebutkan, nilai proyek berkisar $5,2 miliar, tetapi biaya akhirnya bisa lebih tinggi.
Dalam pernyataan yang diberikan kepada DW oleh Thyssenkrupp, Oliver Burkhard, CEO TKMS, mengatakan: "Dengan bertindak dalam kemitraan, dan dengan dukungan pemerintah Jerman dan India, MDL dan Thyssenkrupp Marine Systems akan menetapkan standar untuk transportasi maritim yang berkelanjutan dan aman di masa depan."
Namun kesepakatan itu bukan berarti bahwa kebergantungan India pada impor militer Rusia akan berkurang dalam waktu dekat. Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, SIPRI, Rusia masih menyumbang 36% dari impor pertahanan India dari tahun 2019-2023, terbanyak dibandingkan negara lain.
"Kebergantungan India pada platform militer Rusia masih kuat. Pemerintah sejauh ini hanya menunjukkan sedikit keinginan untuk secara substansial mengurangi kebergantungan pada Moskow," kata Sushant Singh, dosen studi Asia Selatan di Universitas Yale, kepada DW.
Namun S.L. Narasimhan, seorang pensiunan anggota angkatan bersenjata dan pakar keamanan India, mengatakan kepada DW bahwa dirinya mengharapkan lebih banyak kolaborasi antara India dan Eropa di bidang pertahanan "ketika kebutuhan, ekspektasi harga, dan ketersediaan sesuai."
Dia merujuk pada perjanjian baru-baru ini antara Prancis dan India untuk membangun kapal selam kelas Scorpene di India sebagai contoh kolaborasi lain. Jerman juga telah mengekspor senjata dalam jumlah besar ke India. Dalam enam bulan pertama tahun 2024, India merupakan penerima senjata Jerman terbesar ketiga, dengan nilai sekitar 153,75 juta Euro.
Desain Jerman, pabrikan India
Kesepakatan dengan ThyssenKrupp mencakup pembuatan enam kapal selam konvensional berpenggerak diesel. Di antara persyaratan teknis yang diajukan India adalah teknologi propulsi independen udara, AIP, yang memungkinkan mereka bertahan di bawah air lebih lama untuk meningkatkan kapasitas siluman.
Pengadaan ini adalah bagian dari strategi Angkatan Laut India untuk meningkatkan kapasitas dalam menghadapi kehadiran Angkatan Laut Cina di Samudra Hindia. "India sekarang menjadi kekuatan maritim utama dunia," tukas Perdana Menteri Narendra Modi awal bulan ini saat peluncuran dua kapal perang dan sebuah kapal selam buatan India.
Dalam perjanjian dengan TKMS, Jerman akan membuat desain kapal selam tersebut, dan MDS akan membangunnya di India.
ThyssenKrupp memiliki sejarah panjang berkolaborasi dengan Angkatan Laut India. Galangan Howaldtswerke-Deutsche Werft milik TKMS, misalnya, pernah membangun empat kapal selam untuk India pada tahun 1980-an, dengan dua dibangun di kota Kiel Jerman dan dua di Mumbai.
Sushant Singh mengatakan "tidak ada yang baru" tentang kesepakatan ini. "Proyek ini sudah dimulai lama, dan baru berlanjut setelah mengalami penundaan besar ketika jumlah armada kapal selam di Angkatan Laut India mencapai tahap kritis," kata dia.
Meskipun pemerintah di New Delhi meningkatkan anggaran militer dan memprioritaskan produksi alutsista di dalam negeri, kelangkaan di lapangan tidak terbantahkan. "Angkatan bersenjata sudah meminta modernisasi tetapi tidak mendapatkan dana untuk membeli senjata dan platform modern," menurut Singh lagi.
"Lebih dari separuh pengeluaran pertahanan India digunakan untuk biaya personel, dan dengan inflasi yang tinggi dan nilai tukar mata uang asing yang menurun, dana untuk membeli peralatan pertahanan berkurang drastis dalam nilai riil."
Kebergantungan dari Rusia
Kesepakatan dengan ThyssenKrupp untuk membangun kapal selam di India sudah sejalan dengan gagasan manufaktur domesik yang digencarkan PM Narendra Modi.
India saat ini merupakan importir senjata terbesar di dunia, menurut data terbaru dari SIPRI. Antara tahun 2019 dan 2023, New Delhi menyumbang hampir 10% dari impor senjata global.
Rusia masih menjadi mitra utama Delhi dalam hal impor senjata. Tapi sejak invasi Rusia di Ukraina, kebergantungan tersebut berangsur-angsur menurun. Jika dari tahun 2017-2021, impor senjata Rusia masih berkisar 46%, jumlahnya berkurang menjadi 36% dari tahun 2019-2023. Angka tersebut bahkan mencapai 69% dalam periode 2012-2016.
Namun Singh ragu bahwa kesepakatan dengan ThyssenKrupp mewakili sebuah tren. "Kolaborasi terbatas semacam ini, dengan rekam jejak masa lalu dan untuk beberapa peralatan tertentu, dapat saja terjadi," katanya.
Dalam kunjungannya ke India pada bulan Oktober lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz bersepakat dengan PM Modi untuk "meningkatkan kerja sama industri di sektor pertahanan," dengan fokus pada "kolaborasi teknologi, manufaktur atau kolaborasi produksi dan pengembangan bersama platform dan sistem pertahanan."
Saat dihubungi DW, Kementerian Pertahanan Jerman merujuk pada pernyataan yang dibuat oleh Menhan Boris Pistorius saat berkunjung ke India pada tahun 2023.
"Kita memerlukan kerja sama yang andal di bidang persenjataan dan kerja sama militer dengan mitra-mitra yang andal secara strategis. Dan itu termasuk India," katanya saat itu.
Meskipun demikian, Singh memperkirakan impor Rusia ke India dalam jumlah besar akan terus berlanjut, karena beberapa faktor. "Hal ini disebabkan oleh rendahnya harga senjata Rusia, kesediaan Moskow untuk mentransfer teknologi tinggi, dan kendali Rusia atas suku cadang dan amunisi untuk peralatan yang sudah digunakan dalam dinas militer India," katanya.
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris