Presiden Israel Dukung Pemilu yang Dimajukan
27 Oktober 2008Presiden Israel Shimon Peres mendukung pemilihan umum yang dimajukan. Di depan parlemen Knesset di Yerusalem, Peres mengungkapkan bahwa Menteri Luar Negeri Tzipi Livni, hari Minggu lalu (26/10), menyatakan tidak mampu membentuk pemerintah yang stabil. Saat ini Peres telah berbicara kepada para pemimpin partai dan meyakinkan mereka bahwa tidak ada suara mayoritas bagi pembentukan pemerintah.
Atas dasar itu, dalam pembukaan sidang pleno pertama parlemen setelah masa reses, Presiden Shimon Peres mengimbau kepada parlemen. Katanya, "Dalam beberapa hari mendatang, Israel akan memulai kampanye pemilu yang menentukan. Ini merupakan saat-saat kebenaran pertama dan datangnya sangat cepat, yang dihadapi Anda, anggota parlemen. Ini tergantung kalian, membuat kampanye pemilu menjadi titik balik yang menunjukkan bahwa Israel dan sistem politiknya menuju rehabilitasi dan pemulihan.“
Partai-partai politik sebaiknya menangani lebih banyak isi ketimbang prosedur. Peres menekankan, jika reputasi Israel semakin diperburuk, semakin banyak generasi muda Israel yang berpaling dari proses politik. Peres menambahkan, keamanan nasional tidak dapat diukur dengan jumlah panser dan pesawat tempur, melainkan warga yang punya mental kuat.
Shimon Peres juga optimis melihat perundingan damai dengan Palestina dan Suriah. "Israel berhasil menunjukkan kemajuan dalam beberapa perundingan, yaitu dengan Palestina dan Suriah. Masalah yang dibicarakan dalam agenda harian, merupakan masalah menyangkut nasib dan kita tahu bahwa harga perdamaian sangat mahal, menyakitkan, dan penuh penderitaan,“ ujarnya.
Pemimpin oposisi potensial Benyamin Netanyahu memiliki pandangan yang berbeda. Netanyahu langsung mengungkapkan ambisinya jika memenangkan pemilu.
Di depan Knesset, Netanyahu mengatakan bahwa dia akan mempertahankan Yerusalem, Dataran Tinggi Golan, dan sebagian besar wilayah Tepi Barat Yordan, jika partainya memenangkan pemilu. Netanyahu menambahkan, dia akan mencari perdamaian dengan negara tetangga Israel, namun tidak memberikan sejengkal tanah pun dari Yerusalem. Netanyahu juga tidak banyak menunjukkan kompromi menyangkut masalah Dataran Tinggi Golan, di mana Israel diminta mundur dari wilayah Suriah itu, seperti yang tercantum dalam sebuah perjanjian damai.
Perdana Menteri Ehud Olmert, yang akan menyerahkan jabatannya dalam waktu dekat, duduk di sebelah Menteri Luar Negeri Tzipi Livni, dalam ruang parlemen Knesset. Olmert menegaskan bahwa pemerintah Israel tetap berfungsi penuh dalam masa peralihan sebelum pemilu. Olmert juga memuji upaya Livni lima pekan sebelumnya dalam membentuk pemerintah koalisi baru.
"Sebelumnya saya berharap pemerintah koalisi baru dapat terbentuk lewat pemilihan pendahuluan dalam tubuh Partai Kadima, sebelum adanya pemilu baru. Namun sesudah kejadian ini dan terlihat bahwa sistem politik menginginkan pemilu baru, saya akan menyelesaikan tugas saya hingga pemerintah baru terbentuk dari pemilu,“ tutur Olmert di hadapan anggota parlemen Knesset.
Hasil jajak pendapat menyebutkan, Partai Kadima pimpinan Tzipi Livni dan Partai Likud pimpinan Benyamin Netanyahu akan bersaing ketat dalam pemilu. Diperkirakan, Partai Kadima akan meraih 29 hingga 31 kursi parlemen dan dengan begitu menjadi fraksi terkuat dari 120 jumlah mandat yang tersedia. Sementara Partai Likud pimpinan Netanyahu diperkirakan akan meraih 26 hingga 29 mandat, itu berarti berada di posisi kedua terkuat. Menurut hasil jajak pendapat, Partai Buruh pimpinan Menteri Pertahanan Ehud Barak akan mengalami kekalahan telak, yaitu hanya meraih 11 kursi parlemen.(ls)