PM Israel Benjamin Netanjahu di Berlin
26 Agustus 2009Dalam kunjungan dua harinya di Jerman, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanjahu dijadwalkan melakukan pembicaraan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Menteri Luar Negeri Frank Walter Steinmeier hari Kamis ini (27/08). Ini merupakan lawatan pertama Benjamin Netanjahu di Jerman sejak ia terpilih sebagai pemimpin pemerintah Israel Maret lalu.
Kunjungan empat hari Netanjahu di Eropa dibayangi oleh desakan masyarakat internasional agar ia segera menghentikan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Kepada pemancar TV N24 Kanselir Jerman Angela Merkel mengutarakan, ia kembali menyarankan penyelesaian dua negara dalam konflik Israel-Palestina. Peluang untuk melakukan perundingan baru cukup baik dan seharusnya kedua negara tidak menyia-nyiakan waktu yang berharga ini, ujar Merkel.
Dalam upayanya menjaring dukungan negara barat dalam proses perdamaian Timur Tengah, Perdana Menteri Israel sendiri mengaku telah melihat kemajuan. Seusai pertemuan dengan utusan khusus AS untuk Timur Tengah, George Mitchell di London, Netanjahu menunjukkan sikap puas, namun tidak merincinya. Menurut informasi harian Israel "Haaretz" Netanjahu dan Mitchell tidak menemukan kesepakatan dalam masalah permukiman Yahudi di Tepi Barat.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan di Ramallah, perundingan tidak akan dilakukan selama Israel tidak menghentikan semua aktivitas pembangunannya di seluruh permukiman Yahudi di Tepi Barat dan di Yerusalem Timur. Selain itu Abbas menuntut agar perundingan perdamaian dilanjutkan dari titik saat dihentikan tahun yang lalu. Menyangkut isu ini Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad mengatakan kepada BBC bahwa orang tidak dapat mulai dari titik nol setelah 16 tahun perjanjian Oslo ditandatangani: "Yang kami bicarakan adalah mengenai penghentian pembangunan permukiman baru dan tidak membiarkan situasi yang sudah buruk menjadi lebih parah."
Sementara itu, harian Inggris "The Guardian" melaporkan, sebuah kompromi antara Presiden AS Barack Obama dan Israel mengenai pembukaan kembali perundingan perdamaian Timur Tengah sedang dirampungkan. Selanjutnya dikatakan bahwa AS menjanjikan Israel sikap yang keras dalam sengketa atom dengan Iran. Dengan dukungan Inggris dan Perancis, Dewan Keamanan PBB diminta untuk memperketat sanksi terhadap Iran. Untuk imbalannya Israel diduga menyetujui untuk membekukan sebagain dari kegiatan pembangunan permukimannya.
Menurut laporan media Israel, kompromi tersebut diperkirakan memuat bahwa Israel tidak boleh lagi menjalankan proyek pembangunan yang dibiayai pemerintah di permukiman yang ada, namun diizinkan menyelesaikan pembangunan 2500 unit yang sudah dimulai.
Pemerintah AS dan Netanjahu ingin segera melanjutkan perundingan, tetapi Israel menolak semua prasyarat yang diajukan Palestina. Juga mengenai status kota Yerusalem, PM Israel dengan tegas mengatakan: "Yerusalem adalah ibukota Israel yang berdaulat dan kami tidak menerima pembatasan kedaulatan kami ini."
Menurut keterangan dari lingkungan pemerintahan, sebuah pertemuan antara Netanjahu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden AS Barack Obama kini sedang diupayakan untuk digelar bulan September depan di New York.
Christa Saloh/dpa/ape/dpae
Editor: Ging Ginanjar