Pertukaran Sandera Antara Israel dan Hisbollah
17 Juli 2008Rabu (16/07) lalu, Israel dan milisi Libanon Hisbollah melakukan pertukaran tahanan dan sandera. Lima tahanan Libanon, di antaranya tersangka teroris Samir Kuntar ditukar dua jenazah tentara Israel yang diculik dua tahun lalu. Penculikan tersebut memicu serangan Israel terhadap Libanon yang berujung pada perang di kawasan itu.
Harian Belanda de Volkskrant menulis:
Sangat sulit untuk melepaskan diri dari perasaan bahwa Israel saat ini melalui masa yang sulit. Semuanya berawal dua tahun lalu dengan Perang Libanon. Militer Israel yang begitu dibanggakan karena ketangguhannya tidak berhasil memukul Hisbollah. Israel kini lebih rentan daripada sebelumnya. Ditambah lagi dengan kekuatiran akan menguatnya Iran dan kekecewaan akan lemahnya kepemimpinan Perdana Menteri Olmert yang hanya pintar bersilat lidah. Tapi, paling tidak pertukaran sandera ini membawa kelegaan bagi keluarga tentara yang diculik. Mereka akhirnya mendapat kepastian mengenai nasib kedua tentara Israel yang hilang dua tahun lalu itu. Sementara bagi Israel, permasalahnya belum tuntas. Peristiwa ini menyebabkan luka baru. Israel butuh pemimpin politik yang tak sibuk memperbaiki citranya yang sudah tercoreng.
Harian Inggris The Independent melihat pertukaran sandera ini sebagai peluang untuk membuka bab baru proses perdamaian. Surat kabar yang berhaluan liberal kiri ini menulis:
Pertukaran sisa jenazah dan tahanan di perbatasan antara Israel dan Libanon merupakan bab terakhir perang mengenaskan yang terjadi dua tahun lalu. Perang Libanon menghancurkan mitos mengenai supremasi militer Israel yang tak terkalahkan. Andai pihak Palestina tak dilemahkan pertikaian intern dan posisi Perdana Menteri Ehud Olmert tak digoyahkan tuduhan korupsi, mungkin saja proses perdamaian mencapai kemajuan yang lebih berarti. Pertukaran sandera ini tak hanya menutup bab yang menyedihkan tapi juga berpeluang membuka lembaran baru dengan perkembangan yang lebih baik.
Sebaliknya, harian Italia Corriere della Sera menurunkan tajuk yang lebih bernada pesimis:
Selama satu hari kawasan Jalur Gaza seolah menjadi bagian Libanon. Bendera kuning Hisbollah menghias toko-toko dan pasar. Semua warga duduk di depan televisi dan menonton siaran stasiun TV Hisbollah Al Manar. Di jalanan Jalur Gaza, para pendukung Hamas membagikan coklat pada anak-anak. Dengan latar belakang itu, pernyataan Sekjen PBB Ban Ki Moon terdengar jauh dari realita saat ia dengan penuh semangat menyatakan 'puas' dan menyambut baik pertukaran sandera itu. Ban mengharapkan peristiwa ini mendorong diambilnya tindak lanjutan yang positif. Pernyataan Ban ini disampaikan seorang juru bicara di saat pemimpin Hisbollah Nasrallah memeluk pahlawannya Samir Kuntar di atas panggung.
Harian Swiss Neue Züricher Zeitung mengomentari peran Perdana Menteri Ehud Olmert dalam krisis yang dihadapi Israel.
Tentu, perang Libanon dua tahun lalu tak dapat disebut cerita sukses bagi Israel. Perdana Menteri Ehud Olmert kehilangan pengaruh politiknya. Ia tersandung tuduhan korupsi. Ada dua hal yang dapat dilakukan Olmert dalam situasi terjepit ini. Yang pertama, meningkatkan upaya dalam negosiasi tidak langsung dengan Hamas agar Gilad Shalit, tentara Israel yang diculik di Jalur Gaza dua tahun lalu dan diduga masih hidup, segera dibebaskan. Dan yang kedua: segera mengundurkan diri dan menyerahkan tampuk pemerintahan kepada Menteri Luar Negeri Tzipi Livni. (zer)