Permintaan Maaf Jepang Sehubungan PD II
15 Agustus 2005Pada hari peringatan 60 tahun kapitulasi Jepang, Perdana Menteri Junichiro Koizumi meminta maaf atas penderitaan yang disebabkan oleh Jepang selama Perang Dunia II. Berikut laporan Stefan Gauss dari Tokyo:
Seluruh jajaran pemimpin Jepang berkumpul di Bangsal Nihon Budokan di Tokyo untuk mengheningkan cipta bagi para korban PD II. Beberapa hari setelah dijatuhkannya bom atom atas Hiroshima dan Nagasaki 60 tahun lalu, Kaisar Hirohito menyatakan kapitulasi Jepang. Penggantinya, Kaisar Akihito, pada hari Senin 15 Agustus berdoa demi perdamaian.
"Upaya berkesinambungan bangsa Jepang selama 60 tahun sesudah perang, telah mendatangkan perdamaian dan kesejahteraan. Tetapi bila saya mengingat masa lalu, saya masih tetap terharu. Saya menengok ke belakang pada sejarah dan berharap bencana peperangan tidak akan pernah terulang lagi. Saya ingin menyampaikan belasungkawa bagi orang-orang yang tewas dalam perang. Dan saya berdoa demi perdamaian di dunia."
PM Junichiro Koizumi sebelumnya juga sudah menujukan pidatonya bagi negara-negara tetangga yang diserbu dan diduduki oleh tentara Jepang dalam PD II.
"Dalam perang itu Jepang mengakibatkan kerusakan besar dan penderitaan di banyak negara, terutama negara-negara Asia. Saya berdoa agar jiwa-jiwa para korban perang di dalam dan luar negeri menemukan kedamaian. Jepang tidak akan pernah berperang lagi dan justru akan memberikan kontribusinya bagi perdamaian. Jepang harus meningkatkan hubungan persahabatan dengan negara-negara lain dan berupaya memperoleh kepercayaan dunia sebagai negara yang cinta damai."
Dengan kalimat serupa bulan April lalu Koizumi sudah meminta maaf pada negara-negara tetangganya. Ketika itu ia berusaha mengurangi ketegangan dengan Cina. Beijing menuduh pemerintah di Tokyo meremehkan kejahatan perang. Kenyataannya, 60 tahun sesudah perang, Jepang masih sulit melakukan pembahasan kritis terhadap sejarahnya. Yang paling dipermasalahkan adalah kunjungan para tokoh politik Jepang ke monumen Yasukuni, karena selain tentara dan warga sipil yang tewas dalam perang, di tempat itu juga dihormati penjahat perang Jepang yang dieksekusi. Kunjungan para politisi Jepang ke monumen itu tetap merupakan salah satu alasan mengapa hubungan Jepang dengan negara-negara tetangganya tetap tegang, walaupun telah dilakukan permintaan maaf secara resmi.
Di Jepang sendiri tanggal 15 Agustus adalah hari kerja biasa. Di samping upacara resmi, tidak banyak penyelenggaraan yang berkaitan dengan kapitulasi Jepang.
Dilain pihak, untuk pertama kalinya sejak 60 tahun, para wakil pemerintah Korea Utara dan Korea Selatan melakukan peringatan bersama. Sebuah delegasi politik dari Pyongyang sejak hari Minggu sudah berada di Seoul. Delegasi itu bahkan mengunjungi pula makam pahlawan di ibukota Korea Selatan itu. Para pengamat menilainya sebagai kondisi baru dalam hubungan kedua negara yang resminya masih saling bermusuhan.