Perang Israel-Iran: Ancaman Nyata bagi Pusaka Peradaban
8 Juli 2025Dewan Museum Internasional- International Council of Museums (ICOMS) yang bermarkas di Paris telah mengeluarkan peringatan yang tegas setelah serangan bom pertama Israel ke Iran: Telah muncul "bahaya yang kian mengancam" terhadap museum-museum dan para pegawainya di Israel dan Iran.
ICOM, yang terdiri atas 8.000 profesional museum dari seluruh dunia—termasuk para anggota dari Israel dan Iran—telah mendesak kedua belah pihak untuk tetap mematuhi konvensi internasional mengenai perlindungan warisan budaya, bahkan di tengah-tengah konflik.
"Namun, kami tak dapat berbuat lebih dari sekadar mengingatkan dan memperingatkan," keluh Ketua Komite Nasional ICOM Jerman, Felicia Sternfeld kepada DW.
Apakah seruan membuahkan hasil?
Kabar dari lapangan sangat terbatas, khususnya dari Iran, sebab pemerintahnya nyaris tak mengizinkan jurnalis asing masuk dan mengekang pers secara ketat. Namun satu hal tampaknya dapat dipastikan: Rencana darurat telah diaktifkan di kedua negara sejak dimulainya konflik antara Israel dan Iran.
Para ahli, sejauh mungkin, telah berusaha untuk mengamankan, memindahkan, dan merelokasi harta budaya. Hingga kini, belum jelas apakah telah terjadi kerusakan.
Harta karun Museum Nasional di Teheran dievakuasi
Iran memiliki warisan budaya yang kaya. Warisan ini mencakup 28 Situs Warisan Dunia UNESCO dan sekitar 840 museum, 300 di antaranya berada di bawah naungan Kementerian Kebudayaan.
"Iran memiliki otoritas warisan budaya yang tertata dan profesional," ujar Kepala Cabang Institut Arkeologi Jerman di Teheran Judith Thomalsky, dalam sebuah wawancara dengan radio Deutschlandfunk.
Kantor Thomalsky telah beroperasi dari Berlin sejak tahun 2023, ketika ribuan rakyat Iran berdemonstrasi menentang rezim, dan Kementerian Luar Negeri Jerman menarik staf dari lembaga-lembaga Jerman sebagai langkah berjaga-jaga.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Institut tersebut tetap melanjutkan pekerjaannya di dalam kompleks Kedutaan Besar Jerman di Teheran melalui staf lokal, dan Thomalsky tetap menjalin kontak semaksimal mungkin dengan jaringan rekannya di Iran.
Direktur Museum Peradaban Kuno Timur Tengah (Museum für Vorderasiatische Archäologie) di Berlin Barbara Helwing, dan pendahulu Thomalsky dari tahun 2000 hingga 2014, juga merupakan pakar tentang Iran.
Ia mengisahkan kepada penyiar regional Jerman, RBB, bahwa ia masih menjalin komunikasi dengan rekan-rekannya di Museum Nasional Iran hingga baru-baru ini; namun kadang kala komunikasi terputus karena pemerintah Iran mematikan jaringan internet.
"Kami mengetahui bahwa museum tersebut dan dua bangunan besarnya yang terletak di dekat kementerian luar negeri telah dikosongkan," tutur Helwing. Ia menambahkan bahwa ia telah melihat foto-foto yang memperlihatkan vitrin kosong.
Karung pasir melindungi pameran penting
Museum Nasional Iran bukan hanya museum tertua, melainkan juga yang terpenting di negeri itu. Terdiri dari dua bangunan dengan masing-masing tiga aula, museum ini menyimpan lebih dari 300.000 temuan arkeologis dari masa pra-Islam (sebelum abad ke-7 Masehi) maupun masa Islam, mencakup banyak benda dari batu, keramik, kaca, dan logam.
"Di Iran, hubungan masyarakatnya dengan warisan budaya sangat erat," ujar Helwing. Identitas budaya negeri itu berakar pada sejarah yang panjang serta kesadaran bahwa kekaisaran dunia pertama dalam sejarah, Kekaisaran Persia kuno (sekitar 550 hingga 330 SM), bermula di Iran. Menurut Helwing, semua benda museum yang dapat dipindahkan telah segera diangkut ke ruang bawah tanah.
Adapun artefak yang tak dapat dipindahkan—kebanyakan berupa benda batu—telah ditutup dengan karung pasir untuk melindunginya dari serangan dan pecahan peluru. Berbeda dengan Israel, Iran tidak memiliki bunker—baik untuk manusia maupun untuk harta seni yang bernilai.
Melindungi situs arkeologi yang biasanya berada di area terbuka terbukti jauh lebih sulit. "Tak banyak yang bisa dilakukan untuk melindungi mereka," ujar Helwing. "Yang dapat kita harapkan hanyalah bahwa mereka cukup jauh dari sasaran-sasaran potensial."
Relief batu Taq-e Bostan yang termasyhur terancam?
Menurut surat kabar berbahasa Inggris Tehran Times, Taq-e Bostan—sebuah kompleks arkeologi dari era dinasti Sasaniyah (224–651 M) yang memuat relief batu monumental yang unik—berada dalam bahaya.
Surat kabar itu melaporkan bahwa Angkatan Udara Israel membombardir gudang senjata yang terletak hanya dua kilometer dari situs tersebut. Gelombang kejut dan getaran yang dihasilkan mungkin telah merusak situs itu, ujar Helwing, meskipun ia belum memiliki informasi yang lebih rinci.
"Departemen Purbakala Iran mengetahui apa yang harus dilakukan," kata Judith Thomalsky, sejarawan yang menekuni masa prasejarah dan telah menghabiskan lebih dari dua puluh tahun bekerja di Iran.
Ia juga meyakini bahwa mustahil melindungi situs arkeologi terbuka seperti kompleks Persepolis, inskripsi Bisotun, dan Takht-e Soleyman atau "Takhta Sulaiman", sebuah situs arkeologi.
Ia mengatakan kepada harian Tagesspiegel di Berlin bahwa meskipun ia tidak percaya bahwa warisan budaya tengah menghadapi ancaman langsung, tetap saja tak seorang pun tahu bagaimana situasi ini akan berkembang.
Institusi-institusi di Israel, juga mengaktifkan rencana darurat
Sebagai contoh, Museum Seni Tel Aviv mengamankan koleksi seni Israel dan internasionalnya di ruang penyimpanan bawah tanah, demikian dilaporkan oleh majalah Prancis Beaux Arts. Museum itu kembali dibuka pada tanggal 3 Juli lalu.
Kini, Museum Israel di Yerusalem sudah kembali menerima pengunjung—dengan koleksi sebanyak 500.000 benda, museum ini merupakan salah satu yang terbesar di Timur Tengah.
Situs web museum menginformasikan bahwa fasilitas ini telah dilengkapi dengan ruang-ruang aman yang tersedia di dalam gedung untuk keadaan darurat.
Komite Warisan Dunia UNESCO bersidang di Paris
Israel saat ini memiliki sembilan Situs Warisan Dunia UNESCO, termasuk Kota Putih Tel Aviv—sebuah kawasan yang dihiasi banyak bangunan bergaya arsitektur Bauhaus—benteng puncak gunung Masada, serta Kota Tua Akko.
"Sejauh yang kami ketahui, belum ada kerusakan pada artefak arkeologi yang berada di bawah pengelolaan Otoritas Purbakala Israel, maupun pada benda-benda dalam museum," demikian pernyataan dari otoritas tersebut, sebagaimana dilaporkan oleh Tehran Times dan The Times of Israel.
Situs warisan dunia berada dalam naungan perlindungan formal komunitas internasional. Konvensi Den Haag tahun 1954 mengatur perlindungan material budaya dalam konflik bersenjata, sementara Konvensi Warisan Dunia UNESCO tahun 1972 menetapkan pedoman pelestarian warisan budaya di antara bangsa-bangsa.
Mulai tanggal 6 hingga 16 Juli, Komite Warisan Dunia UNESCO akan mengadakan sidang ke-47 di Paris. Di antara agendanya, para pakar akan membahas calon situs budaya yang dapat menjadi warisan dunia UNESCO di masa depan. Sidang ini akan disiarkan langsung. Hingga tanggal 30 Juni, konflik Israel-Iran belum tercantum dalam agenda resmi.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Hendra Pasuhuk