Peran Militer dalam Politik Pakistan
25 Februari 2008Campur tangan militer Pakistan dalam politik tampak jelas misalnya melalui peran Dinas Rahasia Military Intellligence (MI) atau Inter-Services Intelligence (ISI). Dinas Rahasia Pakistan dituduh memanipulasi hasil pemilu atau memediasi pembentukan koalisi pemerintahan.
Munir Ahmed seorang penulis yang meluncurkan buku mengenai Dinas Rahasia Pakistan mengungkapkan bahwa keterkaitan antara politik dan militer Pakistan adalah suatu fakta. Menurutnya, Dinas Rahasia memegang peran penting, baik dalam pembentukan dan juga dalam destabilisasi pemerintahan di Pakistan.
Tokoh Militer dalam Politik
Presiden saat ini Pervez Musharraf pun datang dari kalangan militer. Tahun 1999 Jendral Musharraf mengambil alih kekuasaan melalui kudeta yang melengserkan Perdana Menteri Nawaz Sharif. Tahun 2001 Musharraf resmi diangkat sebagai presiden Pakistan. Selama masa jabatannya, ia berulang kali memanfaatkan Dinas Rahasia (MI) untuk merekayasa hasil pemilu sehingga ia dapat mempertahankan kedudukannya. Ini merupakan rahasia umum yang bahkan didukung sejumlah pernyataan bekas anggota dinas rahasia.
Janji Musharraf untuk membawa Pakistan kembali ke jalan demokrasi tinggal janji. Kebjiakan dan politik yang dijalankan Musharraf menyebabkan rakyat Pakistan makin tak puas dan memicu gelombang protes dari kalangan oposisi. Musharraf berdalih dan berusaha menyelamatkan posisinya, antara lain dengan melepaskan komando Angkatan Bersenjata Pakistan. Sebagai penggantinya Musharraf menunjuk Ashfaq Pervez Kiyani. Hamid Gul, bekas kepala Dinas Rahasia ISI menyatakan:
"Saya kira Angkatan Bersenjata mendapat sejumlah pengalaman buruk sejak terlibat dalam politik dalam 60 tahun terakhir. Semoga mereka menarik pelajaran dari pengalaman ini. Setidaknya para petinggi tampak berusaha untuk tidak ikut campur lagi dalam politik luar negeri. Ini kelihatan dalam pemilu 18. Februari lalu."
Berbeda dengan pemilu-pemilu lalu, pemilu parlemen Pakistan yang digelar 18 Februari tidak menunjukkan indikasi campur tangan militer. Asfhaq Kiyani memang berhutang budi pada Musharraf yang mengangkatnya sebagai komandan Angkatan Bersenjata. Namun bukan berarti Kiyani otomatis loyal pada Musharraf, kata Hamid Gul. Justru sebaliknya, politik Pakistan diwarnai sejumlah pengkhianatan dan bentrokan antar pemerintah dan militer. Pakar Dinas Rahasia Pakistan Munir Ahmed menjelaskan:
"Misalnya saja ayah Benazir Bhutto yang mendukung Zia ul-Haq, tapi akhirnya mati di tangan Zia. Saya kira, Kiyani tidak merasa bertanggung jawab menjaga kepentingan Musharraf. Kiyani ingin menyelamatkan citra Angkatan Bersenjata Pakistan."
Buruknya Citra Militer di Pakistan
Citra militer Pakistan tahun-tahun belakangan makin tercoreng karena rakyat menyamakannya dengan kebijakan politik Musharraf yang tidak populer. Rakyat tidak percaya Presiden Musharraf adalah pilihan terbaik untuk mengantar Pakistan keluar dari kemelut politik. Dalam pemilu parlemen 18 Februari lalu, hanya sebagian kecil rakyat Pakistan memberikan suaranya bagi partai pemerintahan PML-Q yang dekat dengan Musharraf. Mayoritas suara dikantongi dua partai oposisi besar Pakistan, yaitu Partai Rakyat Pakistan (PPP) mendiang Benazir Bhutto dan Liga Muslim yang dipimpin bekas perdana menteri Nawaz Sahrif. Mereka lah yang kini bertanggung jawab membentuk masa depan Pakistan, kata bekas kepala Dinas Rahasia ISI Hamid Gul.
"Ini tergantung dari para politisi yang mendapat mandat rakyat Pakistan, apakah mereka benar-benar menjalankan tugas mereka. Kalau tarik ulur antar partai kembali terjadi mereka membuka peluang munculnya tokoh yang tidak mendapat legitimasi konstitusi."
Tampaknya, kedua partai oposisi yang memenangkan pemilu menyadari bahaya ini. Partai Rakyat Pakistan (PPP) dan Liga Muslim, yang dulu adalah rival politik kini bekerja sama untuk membentuk koalisi pemerintahan. Kedua partai menjagokan politisi senior PPP Makhdoom Amin Fahim sebagai perdana menteri baru Pakistan. Apakah Fahim akan menggugat legitimasi Musharraf sebagai presiden seperti yang terus didengung-dengungkan pemimpin Liga Mulism Nawaz Sahrif? Fahim tampak berhati-hati dalam menjawab pertanyaan ini. Kepada stasiun siaran CNN Fahim mengatakan, sebaiknya situasi jangan dibuat keruh lagi dan ia mendukung transisi kekuasaan yang damai. (zer)