Pentingnya Kepercayaan dalam Kecerdasan Buatan
18 Maret 2025Kata "kepercayaan” begitu sering terdengar di Konferensi HumanX. Sekitar 3.000 pengunjung dan 350 pembicara mengunjungi konferensi yang berlangsung selama 8-13 Maret 2025 di resor hotel mewah, Fontainebleau, Las Vegas, Amerika Serikat, untuk mendiskusikan topik seputar Artificial Intelligent atau Kecerdasan Buatan (AI), tentang kepercayaan terhadap teknologi ini. Stefan Weitz, yang membuka acara tersebut, mengimbau pada para insinyur AI untuk membangun kepercayaan pada model-model AI yang mereka garap.
Perusahaan-perusahaan yang hadir di konferensi tersebut berjanji untuk menjaring kepercayaan dari para penggunanya melalui aplikasi-aplikasi yang akan mereka jual. Bahkan mantan Wakil Presiden AS Kamala Harris, tamu kehormatan di acara tersebut, dalam pembukaan acara turut menyampaikan pentingnya untuk memiliki keseimbangan antara inovasi dan keamanan yang dalam hal ini adalah sebuah kepercayaan.
DeepSeek dan "momen Sputnik”
Ada beberapa hal di bidang kecerdasan buatan yang sepertinya tidak mencerminkan sebuah kepercayaan sama sekali. Contohnya DeepSeek, model AI buatan Cina, yang dapat melakukan hampir semua hal seperti yang dilakukan model AI lainnya - hanya saja dengan harga yang jauh lebih murah dan dengan usaha yang jauh lebih sedikit. Meskipun demikian DeepSeek mungkin dipantau dan dikendalikan oleh Partai Komunis Cina, yang tidak benar-benar menginspirasi sebuah kepercayaan.
Namun Pedro Bizarro, perwakilan perusahaan keamanan AI, Feedzai, yang juga merupakan salah satu sponsor kongres tersebut, menyebut bahwa dirilisnya open source tandingan buatan Cina tersebut sebagai "momen Sputnik”, maksudnya kejutan Uni Soviet ketika mengirim satelit ke luar angkasa dan mengagetkan Amerika Serikat yang merasa tertinggal teknologinya. "Cina menunjukkan kepada kita bahwa mereka tidaklah tertinggal jauh, seperti yang kita duga,” kata Bizarro dalam sebuah wawancara dengan DW.
Perusahaan-perusahaan besar Amerika mungkin hanya unggul beberapa bulan dari kompetisi dengan Cina. Selain itu karena pembatasan ekspor Amerika terhadap superprocessor, perusahaan Cina pun mencari cara yang inovatif melalui superprocessor yang kecil, bagus, dan murah - berbeda dengan Amerika Serikat yang menggunakan komputer yang lebih besar dengan daya komputasi yang juga lebih besar. "Kami akan mendapatkan lebih banyak kejutan,” ujar pemimipin perusahaan dan ilmuwan yang juga meneliti dan mengajar di Carnegie Mellon University. "Disini jelas bahwa perusahaan OpenAI tidak terisolasi di 'puncak dunia' seperti yang diasumsikan sebelumnya.”
Open source AI untuk Afrika
Hal ini membuat teknologi Cina sangat menarik bagi pasar Afrika, pendiri HumanX Stefan Weitz menjelaskan kepada DW: "Afrika akan mengandalkan model open source seperti DeepSeek. Di satu sisi, mereka lebih murah, dan di sisi lain, pasar Afrika tumbuh dengan kelas menengah yang berkembang.”
Weitz, yang pernah bekerja di Microsoft, percaya bahwa Afrika akan melewatkan langkah pengembangan dan memilih versi AI Cina yang murah beserta aplikasinya daripada model Amerika yang mahal: "Ini seperti 'Jalur Sutra' teknologi informasi yang baru.” Di saat presiden Amerika terus menyatakan "America First”, ini sebenarnya perkembangan yang cukup logis dan konsisten. Seperti yang telah kita dengar berkali-kali - AI adalah soal kepercayaan.
Hal ini juga terkai dengan regulasi, di mana regulasi Eropa yang ketat sangat kontras dengan upaya Presiden AS untuk menghapus semua regulasi. "Trump telah membatalkan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Presiden Biden,” kata Daniela Braga, mantan penasihat AI Kantor Kepresidenan AS, kepada DW. "Namun di banyak negara bagian di AS, ada peraturan-peraturan kompleks yang masih berlaku.” Braga memberikan saran kepada mantan Presiden Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris tentang AI dan berharap adanya regulasi global, meskipun hal ini masih jauh dari harapan.
Menyangkut "perang sistem AI” yang sering disebut-sebut, Braga tidak melihat bahaya besar dari Cina. Sistem Amerika setidaknya berakar kuat di pasar domestik yang besar. Terkait menyangkut pasar global, Braga menjelaskan: "Pertama, Amerika harus memastikan bahwa sekutunya tetap berada di pihaknya. Namun hal ini hanya dapat dicapai dengan kebijakan kerja sama yang konstruktif.” Jadi, sekali lagi dengan sebuah kepercayaan. Stefan Weitz percaya bahwa kita harus bersatu dalam hal mengatur kecerdasan buatan. Dua pemain utama, Amerika Serikat dan Eropa, harus berusaha untuk menemukan jalan tengah - tentu saja dengan dasar kepercayaan.
Kepercayaan, kepercayaan, kepercayaan
Peserta pameran di HumanX juga berlomba-lomba untuk mendapatkan kepercayaan. Apakah ChatGPT atau DeepSeek? Keduanya ternyata bukan peran utama dalam konferensi ini. Aplikasi yang dijual dirancang untuk membuat model AI yang lebih aman: "Platform kami membuat transaksi keuangan lebih aman dan bahkan mendeteksi upaya pencucian uang,” kata Pedro Bizarro dari Feedzai.
Daniela Braga menjual materi berhak cipta yang dapat digunakan untuk melatih AI - terlepas dari apakah itu AI tersebut berasal dari open source Cina atau dengan sistem tertutup dari Amerika. Hal yang paling penting, merujuk pada pernyataan pendiri HumanX, Stefan Weitz, adalah bahwa konsumen memiliki kepercayaan terhadap aplikasi tersebut. Untuk memastikan bahwa kepercayaan ini tumbuh dengan kuat, akan ada Kongres HumanX lanjutan di tahun 2026, yang rencananya diselenggarakan di Los Angeles, AS.
Diadaptasi dari Artikel DW Bahasa Jerman